Penganut Nrimo, sampai pada level yang ekstrim, dapat menyebabkan terhambatnya inisiatif. Biasanya orang-orang seperti ini takut mencoba hal baru dan selalu diikuti dengan rasa takut salah. Akibatnya hanya akan menjadi orang yang pasif dan menunggu perintah.
Selain itu perkembangan potensi juga terhambat. Penganut nrimo yang ekstrim cenderung menghindari masalah dan tidak siap menghadapi tantangan, perdebatan atau diskusi yang tajam. Padahal sebenarnya diskusi yang tajam, tantangan dan perdebatan yang baik bisa menghasilkan ide yang brilian.
Dampak negatif lain dari sikap nrimo bisa membuat orang bersikap tidak transparan. Di depan tampak setuju, senyum dan menerima. Tetapi beberapa waktu kemudian bisa melakukan pengkhianatan atau sering disebut "menusuk dari belakang" atau "musuh dalam selimut."
Yang lebih berbahaya lagi pada level nrimo yang ekstrim adalah para penganutnya bisa kompromi dengan sesuatu yang salah dan tidak memiliki keberanian untuk berpihak pada yang benar. Atau mungkin hanya diam saja dan tidak berbuat apa-apa ketika menemukan sesuatu yang salah.
Kesimpulan
Agar lebih bijak dalam menerapkan Nrimo sebaiknya kita mulai berpikir kritis. Memilah dan memilih tindakan yang berlandaskan nilai-nilai kebenaran merupakan kebajikan yang lebih tinggi daripada hanya nrimo tetapi sebenarnya kompromi dengan sesuatu yang salah.
Butuh waktu untuk memiliki keberanian mengkonfrontasi sesuatu yang salah. Tetapi setidaknya berani mencoba merupakan langkah awal yang lebih baik daripada bersikap abai.
Jika dikelola dengan baik, perbedaan pendapat, perdebatan, ataupun konflik dapat menghasilkan ide brilian. Daripada sekedar nrimo, mari kita mencoba untuk menghasilkan sebuah terobosan yang lebih baik dengan setitik keberanian berkonfrontasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H