Kemarin, tanggal 18 Juni 2022, saya bersama kedua teman menonton film Ngeri-Ngeri Sedap yang menjadi film terpopuler akhir-akhir ini. Para pengguna media sosial, baik itu Facebook maupun Instagram, begitu ramai memposting di story medsos mereka film Ngeri-Ngeri Sedap ini.
Bahkan, mereka mengungkapkan perasaan ketika menonton film tersebut. Bagaimana rasa bangga, terhibur dan juga sedih dirasakan. Hingga akhirnya saya juga merasakan hal yang sama.
Selesai menonton film tersebut, saya mendapatkan pesan-pesan penting yang bisa kita jadikan pelajaran buat kehidupan kita kedepannya. Meskipun alur ceritanya tentang kehidupan keluarga Batak, namun semua orang bisa mengambil hikmah yang sama.
Beberapa poin yang bisa saya ambil:
Pertama, Film tersebut menceritakan tentang kerinduan seorang Ibu kepada anaknya yang tak kunjung pulang ke kampung halaman untuk melihat orangtuanya.
Si Ibu sudah sangat rindu kepada anaknya sehingga si Ibu dan si Bapak bersepakat untuk membuat skenario atau sandiwara bahwa mereka akan bercerai demi membuat anak-anak mereka pulang dan melihat Bapak dan Ibunya.
Kedua, Film tersebut juga bercerita bagaimana seorang Bapak yang sudah berjuang menyekolahkan anak-anaknya sampai sukses, ingin sekali si anak mendengarkan saran, nasehat dan keinginan hati anaknya.
Si Bapak ingin sekali anak pertama yang diperankan Boris Manullang menikah dengan Boru Batak agar membuat orangtuanya senang. Selain itu, ingin anaknya yang diperankan oleh Lolox yang merupakan lulusan Fakultas Hukum agar menjadi Hakim ataupun Jaksa. Selanjutnya, anak terakhir diinginkan untuk pulang ke kampung halaman selesai menamatkan kuliah agar ada yang mengurus orangtuanya dan akan diberikan harta warisan.
Namun, ketiganya tidak mau memenuhi keinginan orangtuanya tersebut dan berharap orangtua bisa mengerti.
Dari kedua hal itu, kita bisa memahami bahwa sesungguhnya zaman sudah berubah. Apa yang menjadi kebiasaan dulu kala tidak bisa diterapkan lagi di kehidupan sekarang.
Orangtua memang boleh berharap banyak pada anaknya dan anak bisa memenuhinya, namun pilihan anak pun adalah yang utama juga dimengerti oleh orangtua.
Setiap orangtua punya cita-cita kepada anaknya, namun tidak bisa juga dipaksakan karena kepentingan terbaik anak juga penting. Sebab itu, sudah selayaknya kita mau membebaskan anak memilih yang terbaik untuknya.
Ketika anak menolak keinginan orangtuanya, bukan berarti si anak durhaka. Perlu juga orangtua memahami kemauan anak. Karena, kebahagiaan terbesar orangtua adalah ketika anaknya bisa bahagia dengan pilihannya.
Kalau pilihannya itu baik, maka dibebaskan saja. Ketika pilihan anak ke jalan yang salah, maka bisa diluruskan maupun diingatkan.Â
Dengan demikian, terciptalah suasana yang damai dalam keluarga. Tidak terjadi hal-hal yang membuat anak bertengkar dengan orangtuanya. Antara anak dan orangtua harus bisa saling memahami satu dengan lainnya. Semoga saja, dengan film tersebut bisa menginspirasi kita dan kita mendapatkan pembelajaran yang terbaik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H