Kemesraan antara PDIP dan Demokrat di beberapa pilkada serentak tahun 2020 ini ternyata dinilai pengamat ada pihak yang tidak menyukai hal tersebut. Hal itu dikarenakan pernyataan Ibas banyak dijawab dan dibalas oleh politisi pendukung pemerintah.
Kata pengamat politik dari Arus Survei Indonesia Ali Rifan,"Sangat disayangkan. Padahal, suasana silaturahmi tersebut sangat positif membangun iklim politik yang kondusif pada saat ini. Kenapa mesti dicederai oleh serangan-serangan yang kontra produktif oleh beberapa kader PDIP dan Golkar terhadap pernyataan Ibas Yudhoyono dilansir dari Sindonews.com, 7/8/2020.
Dari kondisi itu, apakah salah membantah dan mengkritik balik pernyataan Ibas tersebut dikarenakan partai politik pemerintah membela pemerintah?.
Siapa?
Pertanyaannya adalah siapakah yang tidak ingin melihat kemesraan antara PDIP dan Demokrat?. Apakah dengan membalas Ibas menandakan ada yang tidak ingin PDIP dan Demokrat mesra?.
Apakah yang dimaksud oleh pengamat tersebut yang tidak ingin PDIP dan Demokrat mesra adalah politisi yang membalas pernyataan Ibas?.
Kalau penulis mencermati, sebenarnya membalas pernyataan Ibas bukanlah bentuk ketidakinginan PDIP dan Demokrat mesra. Itu adalah bagian dari refleks untuk membela Presiden Jokowi yang saat ini masih bekerja keras menyelamatkan perekonomian di masa Pandemi.
Namanya juga politik pasti ada yang sepaham ada juga yang tidak. Namanya politik pasti ada manuver-manuver dari politisi untuk mengkritik maupun menyerang lawan politiknya.
Jadi, sebagai politisi pendukung pemerintah, maka politisi itu menjawab dan membalas pernyataan dari Ibas. Wajar sih.
Lagipula, saling menjawab kritik adalah bagian dari demokrasi kita. Kalau ada yang mengkritik dan ada yang membalas merupakan sesuatu yang sah di negeri yang menjunjung tinggi Demokrasi ini.
Apalagi politisi yang menjawab Ibas adalah bagian dari pemerintah. Wajar kalau ada pembelaan yang dilakukan. Kalau kita tanya langsung, pasti jawabannya tidak ada niatan untuk merusak kemesraan PDIP dan Demokrat di beberapa pilkada tahun ini.
Oleh karena itu, terlalu jauh sebenarnya pemikiran bahwa menjawab Ibas berarti tidak ingin PDIP dan Demokrat mesra.
Kita anggap saja itu bagian dari dinamika politik di Indonesia. Politik itu memang begitu. Ucapan berbeda tapi hati tetap satu. Sekarang seperti berseteru tapi beberapa hari lagi saling memuji dan saling memahami.
Itu adalah bagian dari manuver politik tadi. Niatannya juga sulit kita prediksi apakah itu buruk atau baik. Politik itu memang tidak bisa diprediksi dan diterka. Apa yang kita lihat saat ini bisa berubah semenit kemudian.
Itulah mengapa penulis ingin mengatakan politik itu sulit dimengerti. Para politisi yang memainkannya jadi semakin seru dan semakin diminati oleh orang lain.
Jadi, kesimpulannya adalah tidak ada yang ingin merusak kemesraan PDIP dan Demokrat. Itu bagian dari dinamika politik yang terus bergerak dan bergerak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI