Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Belajar Daring Dinilai Mahal, Bagaimana Ini Mas Nadiem?

27 Juli 2020   22:03 Diperbarui: 27 Juli 2020   22:09 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Geralt/Pixabay

Di masa Pandemi Covid-19 ini, para peserta didik atau siswa diminta untuk belajar di rumah aja memakai handphone atau gadget maupun laptop secara digital. Atas dasar belajar dari rumah pun menuai banyak komentar negatif karena dinilai sangat memberatkan dan tidak efektif.

Persoalannya, tidak semua daerah mendapatkan akses internet yang baik atau sinyal yang bagus. Contoh saja, dalam pemberitaan di televisi khusus di daerah Pollung, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara banyak siswa yang naik ke tempat yang lebih tinggi untuk mendapatkan sinyal yang baik buat belajar daring.

Itu masih di Humbang Hasundutan, belum lagi di daerah lainnya di seluruh daerah di Indonesia punya masalah yang sama.

Bukan itu saja, ada lagi siswa yang tidak punya handphone android atau gadget maupun laptop untuk belajar daring tersebut. Jadi, sangat terbatas sekali sebenarnya untuk memenuhi hak pendidikan melalui belajar daring.

Kali ini, terdapat lagi kritikan terkait belajar dari rumah tersebut. Hal itu berasal dari wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani.

"Pendidikan zaman Mas Menteri Pendidikan (Nadiem Makarim) itu mahal tanpa edukasi. Tolong siapapun yang peduli pendidikan Indonesia, anak-anak kami butuh pemerintah hadir!" ujar Zita Anjani dilansir dari detik.com, 27/7/2020.

Hal itu terkait perjalanan Zita Anjani bertemu Ibu Eka Purwati, salah satu ibu rumah tangga yang merasakan beban berat pendidikan selama Pandemi.

Dalam sehari, mereka harus menghabiskan Rp. 50.000 hanya untuk membeli kuota agar bisa belajar. Yang artinya dalam 1 bulan membutuhkan Rp.1.000.000-Rp.1.500.000 untuk kuota internet.

Atas dasar itulah yang patut jadi perhatian pemerintah terutama Mas Nadiem Makarim. Bagaimana ini mas Nadiem?.

Kalau kita cermati bersama, sebenarnya belajar dari rumah tidak terlalu efektif disebabkan harus beli handphone android, mengisi kuota dan proses belajar mengajar juga belum tentu cepat dipahami siswa-siswi.

Bayangkan saja, belajar tatap muka langsung saja, masih banyak siswa-siswi yang sulit sekali mengerti pelajaran, bagaimana lagi yang pakai daring atau online?.

Tentu ini jadi masalah yang serius tentunya. Belum lagi masalah biaya beli kuota yang tentu banyak makan biaya. Soalnya, kalau kita pakai internet live streaming maupun pakai YouTube atau aplikasi pendidikan lainnya, sangat banyak makan kuota.

Padahal, kalau bersekolah biayanya ada yang hanya ratusan ribu sebulan dan ada juga sampai jutaan sampai puluhan juta yaitu sekolah-sekolah favorit berstandar internasional.

Itu artinya, orangtua menganggap kalau bersekolah bertatap muka, biaya uang sekolah tidak sebanyak uang beli kuota untuk belajar daring atau online.

Sebab itu, Mas Nadiem harus memperhatikan rakyat kecil tentunya dengan kebijakan belajar dari rumah secara daring beserta pemerintah kita juga harus beri perhatian.

Kalau siswa-siswi dari keluarga mampu tentu tak jadi masalah belajar daring karena mereka sanggup untuk beli kuota. Coba seandainya masyarakat miskin, kekurangan, susah, tentu belajar daring jadi momok menakutkan.

Saran penulis, tak masalah sebenarnya belajar daring digulirkan bagi mereka yang mampu. Bagi yang tidak mampu sebaiknya dibantu biaya beli kuota. Atau daerah zona hijau dibuka saja sekolah dengan tatap muka tapi siswa-siswi terbatas, misal satu kelas hanya diisi 10 sampai 20 orang saja, esok hari berbeda lagi siswa-siswinya, seperti di rumah ibadah juga umatnya terbatas untuk beribadah.

Diingat juga penyediaan sarana cuci tangan, dan pakai masker kepada siswa-siswi. Yakinlah pasti anak-anak akan tetap sehat walafiat, tidak terinfeksi virus Corona.

Semoga jadi perhatian pemerintah kita terutama Mas Nadiem tentunya. Masukan, kritikan dan komentar masyarakat dijadikan informasi berharga untuk menolong masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun