Sejarah Kristus bukanlah warisan masa lalu. Itu cerita kita, dan selalu tepat waktu.
Bagi penulis, apa yang disampaikan Sri Paus dalam memperingati hari Komunikasi Sosial Sedunia tersebut adalah bagian dari edukasi dan literasi bagi masyarakat.
Edukasi maksudnya sebagai bahan pendidikan buat semua orang untuk lebih memahami arti dari sebuah informasi. Banyak informasi sekarang ini berisikan kebohongan atau hoaks, ujaran kebencian dan menyerang SARA.Â
Itu terbukti saat ini, dimana kita banyak dihantui oleh berita hoaks dan ujaran kebencian. Di masa Pandemi Covid-19 ini pun banyak beredar hoaks tentang Covid-19, karena itu pihak kepolisian sangat banyak menindak para pelaku tersebut secara hukum.
Begitupun ujaran kebencian yang masih merajai negeri kita, dimana banyak kata-kata kasar ditujukan kepada pemerintah tanpa disaring, tanpa fakta dan data.
Begitupun diantara kita pun saling melemparkan kata-kata benci kepada sesama atau musuh kita sendiri.
Sebab itulah, penulis mengatakan bahwa di hari Komunikasi Sosial Sedunia ini, Paus Fransiskus hanya ingin memberikan edukasi buat rakyat di dunia untuk lebih aktif dalam membaca dan mencerna sebuah informasi. Jangan cepat terprovokasi. Jangan cepat percaya dan menshare sebuah informasi atau berita yang belum jelas asal-usulnya.
Literasi maksudnya, pesan hari Komunikasi Sosial Sedunia itupun ingin disampaikan oleh Paus Fransiskus agar kita lebih mengedepankan literasi dalam kehidupan.
Maksudnya adalah kita diajak untuk jadi pencerita kepada anak cucu kita. Menjadi pencerita adalah bagian dari literasi. Literasi itu sendiri mencakup didalamnya adalah membaca, menulis, berhitung dan lainnya.
Sebagai seorang pencerita berarti kita diajak untuk jadi seorang pembaca yang baik, penulis yang baik dan diajak menjadi baik dalam mengkomunikasikan segala hal yang ada di kehidupan kita.