Contohnya, kasus penyebaran virus Corona sangat signifikan mengalami penurunan atau kenaikan di Indonesia dibandingkan di Singapura. Itu lebih baik.
Kata istimewa yang digunakan Pak Muhadjir seakan-akan menyepelekan kasus terinfeksi virus Corona di Indonesia. Karena masih sedikit yangg terinfeksi, maka kita tak perlu cemas-cemas sekali?. Apa begitu?.
Diksi-diksi seperti ini harusnya tidak dikeluarkan oleh pejabat negara karena bisa menimbulkan komentar dan kritikan yang lebih masif sehingga bisa membuat kegaduhan dan keributan di bangsa ini.
Alangkah baiknya, kita tidak menggunakan kata-kata yang ambigu. Menurut anda benar dan menurut orang lain tidak benar. Seharusnya gunakan kata-kata yang umum dan biasa didengar masyarakat.
Belajarlah dari kata yang diungkapkan Pak Jokowi antara mudik dan pulang kampung itu beda, tetapi pada masyarakat itu sama saja. Karena itu, penulis membaca komentar di berbagai media online sangat banyak dan dishare juga sebanyak-banyaknya.
Itu karena dalam benak masyarakat sangat asing di telinga mereka. Masyarakat kurang familiar dengan diksi maupun pengertian-pengertian sebuah kata yang disampaikan. Sebab itulah, menuai banyak komentar publik bahkan bisa viral dengan berisi kata mengandung kekasaran.
Kedepannya, para pejabat negara negara tidak menggunakan diksi yang kurang dipahami masyarakat secara umum. Meski menurut pejabat negara kata itu memang benar, tetapi masyarakat berkata lain.
Semoga ke depannya lebih baik dalam membuat pernyataan, apalagi di situasi sulit ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H