Introspeksi diri adalah hal yang sangat mudah dilakukan dan bisa sebagai bentuk penyesalan atas apa yang sudah kita lakukan selama ini.
Introspeksi dimulai dari diri sendiri, bertanya pada diri sendiri, apa salahku kepada alam dan lingkunganku?. Kita butuh mengingat lagi kesalahan kepada alam.
Mungkin dulu sering menebang hutan, membakar bahkan merampasnya demi kepentingan pribadi.
Atau mungkin pernah berburu satwa liar untuk dijual dengan harga mahal, maupun menyiksa hewan dengan sadisnya sehingga hewan itu merasa tersiksa dan mati.
Baru-baru ini saja beredar kabar dari media bagaimana seekor gajah dibunuh dengan dipotong belalainya. Ditemukan pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam atau BBKSDA Riau, belalai gajah sudah terpotong-potong.
Itu tindakan siapa?. Sudah pasti tindakan manusia itu sendiri. Hewan adalah bagian dari alam. Manusia pun hidup di alam. Maka dari itu, kita diminta berbaur dengan alam sebagai sumber kehidupan sampai kakek nenek bahkan sampai meninggal dunia.
Gajah, harimau, ular, burung dan beragam jenis tumbuhan lainnya adalah sahabat dari manusia sebagai bentuk keanekaragaman makhluk hidup di bumi.
Kita tak boleh mengganggu mereka agar hewan pun tak mengganggu kita. Sudah terlalu banyak dosa yang manusia lakukan terhadap alam sehingga terjadilah Pandemi ini.
Yang dikatakan Paus Fransiskus itu adalah agar kita bisa intropeksi diri. Memang bentuk perlakuan tak layak sering kita lakukan terhadap alam dengan berbagai bentuk kejahatan. Karena itulah, intropeksi diri maupun merefleksikan diri menjadi sebuah solusi saat ini.
Andai kita tak mau, ya memang tidak ada yang memaksa, tetapi hukuman bisa saja datang, baik itu dalam bentuk pidana maupun bencana alam dan non bencana alam seperti Pandemi Covid-19 ini.