Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Untungnya Menjadi Provokator?

12 April 2020   23:23 Diperbarui: 12 April 2020   23:27 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Namanya provokator memang sudah sangat kental terjadi dalam kehidupan kita. Sebagai contoh saja, dulu sewaktu saya sekolah ada-ada saja teman yang ingin mengadu domba teman yang satu dengan teman lainnya.

Apalagi kalau ada masalah kecil antar teman, selalu saja ada orang ketiga yang memanas-manasinya atau sering disebut kompor. Dengan cara itu membuat teman menjadi emosi dan akhirnya berkelahi.

Misal kata-katanya begini, " kok gak marah kau digituin dia, hajar aja, tumbuk aja, gak berani kau". Kira2 begitu bahasa sehari-hari di daerah saya.

Hal itu masih saya ingat sewaktu duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA), ada teman yang diadu oleh pihak ketiga supaya berkelahi dan akhirnya terjadi. 

Di dalam kehidupan kita sehari-hari pun pasti demikian. Itulah namanya provokator alias kompor.

Hal itu pula yang terjadi dalam beberapa hari ini, dimana diberitakan pihak kepolisian menangkap provokator penolakan pemakaman jenazah positif Covid-19. 

Akibat itu juga Ridwan Kamil (Emil) Gubernur Jawa Barat meminta aparat keamanan menindak tegas setiap pengganggu keamanan dan kenyamanan warga termasuk provokator di masa Pandemi Covid-19 (Media Indonesia.com, 12/4/2020).

APA UNTUNGNYA?

Terkait itu, menjadi pertanyaan adalah apa untungnya menjadi provokator?. Apakah bisa dapat makan dari itu?. Malah yang dapat adalah masalah hukum yakni ditangkap dan diproses pihak kepolisian.

Tetapi, bisa-bisanya ada provokator dibalik penolakan pemakaman jenazah positif Covid-19 atau Corona. Ini sangat memprihatinkan sekali.

Tidak ada rasa kemanusiaan, rasa empati dan simpati. Menghimpun masyarakat untuk beramai-ramai menolak pemakaman jenazah positif Corona.

Tentu saja cara memprovokasinya seperti yang saya terangkan diatas tadi. Masyarakat  dipanas-panasi atau dikompori dengan kata-kata hasutan dan menakuti masyarakat dengan mengatakan jenazah akan membawa virus yang dapat menjangkit tubuh anda. 

Saya bisa mencermati provokasi-provokasi itu, karena rata-rata seperti itu gaya provokasi oknum tertentu.

Begitu juga aksi Vandalisme yang kemarin terjadi dengan menampakkan tulisan-tulisan hasutan untuk menghimpun amarah masyarakat.

Itu tindakan tidak benar dan bagian dari bentuk pemecah belah bangsa di masa Pandemi Covid-19 ini.

Karena itu, jangan mau terprovokasi saudara, teman dan masyarakat Indonesia. Jangan juga mau menjadi pembuat provokasi, karena tak ada untungnya. Lebih baik mengajak masyarakat atau menghimpun masyarakat hidup bersih, pakai masker dan tinggal di rumah aja saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun