Sebagai penulis aktif di media cetak saya tak sanggup melihat keadaan ini. Biasa saya terbantu dari sisi ekonomi, sekarang semua akan tinggal kenangan.
Saya sudah beberapa kali memang menuliskan tentang disrupsi ini. Tapi sepertinya tidak ada solusi tepat untuk memberikan ruang bagi penulis menuliskan kegelisahan, opini dan pandangannya.
Tak tahu apakah pemerintah Indonesia melihat ini. Tak tahu apakah para penulis juga diperhatikan sebagai aktor literasi di negeri ini.
Banyak media online di negeri ini pun saya lihat jarang juga memberikan ruang untuk menulis. Hanya beberapa saja yang memang fokus dalam upaya pengembangan literasi.
Saya mencari-cari media online yang menerima tulisan, itupun hanya sedikit. Ada yang membatasi tiap hari berapa tulisan yang akan terbit. Berbeda dengan media cetak yang bisa sampai 5 tulisan satu hari terbit dan honornya cukuplah.
Saya hanya berharap semoga ada solusi terbaik untuk mengembangkan literasi di Indonesia. Para penulis juga banyak diberi ruang untuk menulis demi meningkatkan perekonomian rakyat juga.
Bukan hanya bekerja di perusahaan, PNS dan pengusaha saja yang bisa meningkatkan perekonomian. Lihat juga para penulis berbakat, penulis pemula dan aktor literasi lainnya yang ingin mencoba melalui tulisan bisa sedikit membantu perekonomian.Â
Semoga tulisan ini bermanfaat dan menyentuh semua pihak dalam memperhatikannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H