Isu-isu mengenai kendaraan politik yang dipakai putra Presiden Jokowi Gibran Rakabuming untuk mencalon sebagai Walikota Solo kini sudah menemui titik temu.
Akhirnya, Gibran jadi mencalonkan diri sebagai calon walikota Solo melalui PDIP.Â
Namun, menarik, pencalonan itu banyak kritikan bahwa akan terjadi dinasti politik, dimana ayah dan anak menjadi pemimpin di masa waktu yang sama.
Ada pandangan bahwa untuk mencegah dinasti politik itu, maka harusnya Gibran mencalonkan diri sebagai walikota setelah Jokowi habis masa jabatannya.
Dilansir dari mediaindonesia.com, 12/12/2019, Presiden Jokowi membantah tengah membangun dinasti politik lantaran putra sulungnya, Gibran mencalonkan diri sebagai calon Walikota Solo dan menantunya Bobby Nasution yang ikut Pilkada Medan 2020.
Menarik memang melihat dinamika politik ini. Waktu lalu, sering sekali saya mendengar dan menonton bahwa Gibran dan Kaesang menurut Pak Jokowi tidak tertarik politik saat ini.
Keduanya pun menegaskan tidak tertarik politik, tetapi buktinya sekarang semua berubah. Gibran akhirnya mencalonkan diri sebagai calon Walikota Solo.
Beginilah dinamika politik yang tak dapat ditebak. Tetapi, mengenai dinasti politik yang diributkan saat ini, kalau saya pribadi berharap saja agar Presiden Jokowi dan Gibran kalau menang Walikota Solo benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik.
Tidak menggunakan kekuasaan yang mereka miliki untuk sesuatu hal yang mereka mau. Tidak ada juga praktik-praktik penyelewengan kekuasaan dan juga praktik korup selama mereka memimpin di daerah yang dipimpin.
Itu harapan saya pribadi. Memang benar kalau Gibran belum tentu menang dan dipilih rakyat. Tetapi mungkin juga menang. Nah, ketika menang jangan menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki.
Semoga istilah dinasti politik yang dipakai masyarakat terkait Gibran dan Jokowi tidak berdampak buruk bagi sistem pemerintahan dan politik kita.