Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koalisi Mendua, Siapa Lagi di Pihak Prabowo?

17 Juni 2019   17:45 Diperbarui: 17 Juni 2019   17:52 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koalisi BPN Prabowo-Sandi semakin dipertanyakan kesolidannya. Pasalnya, sudah kita lihat secara jelas bahwa partai yang masuk koalisi semakin hari semakin menjauh ataupun mendua. Kita lihat perselisihan antara Demokrat dan BPN Prabowo, dimana Andi Arief memainkan peran dengan menyerang koalisi sendiri. Termasuk juga PAN (Partai Amanat nasional), dimana Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan pun mulai mendekati tim Jokowi-Ma'ruf Amin.

Selain itu, Faldo Maldini yang termasuk politisi PAN pun sudah memulai aksinya menjauh dari koalisi BPN. Lihatlah kawan pernyataannya, bahwa "Prabowo Tidak Akan Menang Pemilu di MK" (detik.com, 17/6). Hal itu pun berkaitan dengan melihat jauhnya selisih perolehan suara kedua capres-cawapres tersebut sekitar 17 juta suara. Untuk mengimbanginya tentu sangat sulit buat Prabowo. Harus banyak bukti yang bisa menguatkan bahwa 17 juta suara itu bagian dari kecurangan.

Apa yang diungkapkan oleh Faldo tersebut memang masuk akal sekali. Harus ada bukti di MK bahwa ada kecurangan dilakukan dari selisih suara 17 juta suara tersebut. Bisa jadi C1 harus dikumpulkan sebanyak mungkin yang menguatkan dalil kecurangan TSM (Terstruktur, Sistematis, Masif) tersebut. Saksi-saksi yang ada di setiap TPS juga disiapkan. Sungguh rumit bukan?.

Pernyataan Faldo itu adalah bentuk pesimisme, pasalnya dia dan partainya mendukung Prabowo-Sandi, jadi mengapa tidak saling mendukung?. Ini pertanyaan sederhananya. Namanya koalisi harusnya saling mendukung karena dalam suka maupun duka, koalisi harus tetap akur.

Saya berpikiran inilah bentuk perpecahan di kubu BPN Prabowo semakin nyata. Kalau seperti ini, tinggal PKS dan Gerindra yang berada di sisi Prabowo. Kekuatan semakin tumpul dan tak mampu lagi melawan kubu Jokowi-Ma'ruf Amin. Hancur juga rencana besar kalau koalisi saja sudah mendua.

Kecurigaan

Timbul lagi kecurigaan dari Direktur Kampanye TKN Jokowi-Ma'ruf Benny Rhamdani (detik.com, 17/6) bahwa Faldo sudah mendapat instruksi terkait sikap, atas perubahan politik Zulhas yang ingin merapat ke Jokowi-Amin.

Kalau kita mencermati, bisa jadi benar, karena selama ini sudah terlihat kedekatan Zulkifli Hasan dengan Pak Jokowi. Tentu ada maunya pendekatan tersebut. Jadi, tak mungkin juga bila PAN mau mendekat, tetapi politisi mereka masih menjadi sahabat BPN Prabowo.

Kecurigaan itu layaknya benar dan bisa juga dipertanggungjawabkan. Fakta yang menyakitkan tentunya bagi Prabowo-Sandi. Disaat genting seperti ini, koalisi mereka tak lagi solid dan tidak menunjukkan kedekatan yang begitu kuat dan saling support.

Kalau begitu, cukupkah PKS dan Gerindra berjuang sendiri dalam meraih kemenangan di Mahkamah Konstitusi?. Saya ragu mengenai hal itu. Semakin sedikit pihak parpol di kubu Prabowo, maka semakin lemah pertahanan mereka. Semua hampir selesai dan Prabowo hanya akan mendapatkan tangan kosong.

Kerja keras dan kebersamaan waktu kampanye harus berakhir di masa-masa gugatan sengketa di MK. Rasa kecewa tentu akan datang, sekaligus menerima takdir yang ada. Tim Prabowo pun tidak bisa berkata apa-apa lagi, semua diserahkan pada partai koalisi pendukungnya. Tidak ada lagi kata solid, karena perlahan support pun mulai padam.

Beginilah politik itu memang tidak ada kata sempurna dan setia. Semua bisa berubah secepat kilat tanpa siapapun mengetahuinya. Terima sajalah dengan lapang dada apapun yang terjadi.

Salam Kompasianer!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun