Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, ras dan antargolongan yang tersebar di berbagai daerah. Dengan keberagaman itu sangat rentan terjadi yang namanya tindak kekerasan terhadap suku, agama, ras dan antargolongan, intoleransi dan diskriminasi.Â
Oleh sebab itu, penting adanya pemaknaan penuh kepada masyarakat arti dari sebuah keberagaman itu. Keberagaman bukanlah ancaman bagi kehidupan, tetapi sebuah keindahan bagi manusia.
Meskipun kita berbeda-beda tetapi tetap satu jua (Bhineka Tunggal Ika). Kita adalah satu di negeri yang bernama Indonesia. Maka dari itu, tak perlu takut ataupun khawatir akan ancaman dari keberagaman itu. Keberagaman bukanlah momok menakutkan yang memusnahkan manusia, tetapi sebuah energi positif dalam membangun bangsa, berdialog dan berbagi wawasan dan pengetahuan.
Indonesia dapat dikatakan sudah ditakdirkan untuk hidup dalam keberagaman dan yang pasti diingat pada masa kemerdekaan pun keberagaman sudah ada, namun kita tidaklah bertengkar satu sama lain. Akan tetapi, kita bertengkar dan bersatu mengusir penjajah yang selama ini memberikan rasa takut, ketidaknyamanan dan penindasan bagi kita.
Karenanya, jika sejak zaman penjajahan saja kita bisa bersatu dan bahu membahu mengusir penjajah, maka saat ini pun kita harus bekerja keras, bahu membahu dan bersatu untuk mempertahankan kemerdekaan itu.Â
Dengan keberagaman yang ada, tentunya tak ada yang mustahil. Indonesia akan tetap kokoh kedepannya dan tetap berdiri sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dihuni oleh masyarakat yang Pancasilais dan mencintai bangsa dan negara.
Memuliakan manusia
 Terpenting sekarang, kita sebagai bangsa Indonesia mau untuk saling memuliakan. Dengan memuliakan satu sama lain, maka sudah ada rasa hormat menghormati dan mencintai sesama. Kita tak akan bertengkar karena kita sudah saling memuliakan. Harkat dan martabat sebagai manusia haruslah dijunjung tinggi sebagaimana dalam sila Kedua Pancasila mengatakan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Sesama umat manusia haruslah saling menghormati harkat dan martabat masing-masing. Tidak ada pembantaian terhadap hak asasi tersebut. Tidak ada aksi genosida yang melumpuhkan hak asasi manusia.Â
Ingatlah bahwa kemerdekaan yang sudah diraih oleh para pendiri negara (The Founding Father) wajib menimbulkan kesenangan, kebahagiaan dan perdamaian buat kita. Tidak menimbulkan keresahan, kekhawatiran, kesombongan, intimidasi dan lain sebagainya.
Terkait dengan itu, penyair Madura, D Zawawi Imron mengajak publik untuk menghidupi bahasa agama yang konkret, yaitu tindak tanduk dan perbuatan. Kasih sayang Allah yang selalu dikumandangkan perlu dilanjutkan dengan terjemahannya dalam bahasa nyata, yaitu bahasa perbuatan.
"Adagium Tanah Bugis berbunyi, akininnawa patujukko ma-madecceng kalawing ate, yang maksudnya: berpikirlah kamu dengan hati jernih, kemuliaan akan menyelimuti hatimu. Hati yang diselimuti oleh kemuliaan dan kebaikan tidak ada ruang di dalamnya niat buruk untuk membenci dan mencelakakan orang, tak ada waktu untuk mengajarkan kebencian dan permusuhan serta adu domba.
Dapat kita maknai bahwa begitulah memuliakan manusia. Setiap orang hatinya harus diselimuti kejernihan berpikir agar tidak ada niat buruk untuk membenci dan mencelakakan. Adagium itu rasanya sangat baik bila kita tanamkan di setiap pikiran orang agar tidak ada kekerasan berunsur SARA, intoleransi dan beragam jenis kekerasan lainnya.
Jadi, dengan begitu, keberagaman dapat menjadi semangat kebangsaan bukan ancaman yang nantinya dapat membawa bangsa dan negara menuju pada kesejahteraan. Persatuan dan kesatuan harus tetap kokoh.Â
Kita sebagai bangsa wajib saling menyapa, berdiskusi dan duduk bersama memecahkan masalah yang terjadi di negeri ini. Atau setidaknya, kita berkolaborasi menghasilkan inovasi kreatif yang mampu memberikan dampak positif bagi kemajuan bangsa dan negara.
Itulah yang menjadi tugas kita bersama agar mimpi dan cita-cita bangsa dan negara dapat terwujud. Mari saling memuliakan satu sama lain. Kita sama-sama manusia, cuma hanya berbeda suku, agama, ras dan antargolongan. Akan tetapi, tak perlu risau karena kita satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Oleh karena itu, ayo kita berpegangan tangan dalam keberagaman dan saling memuliakan agar hidup lebih bermakna.
Hindarkan unsur perbedaan diantara kita. Mari menganggap bangsa yang berbeda suku, agama, ras dan antargolongan mulia di mata kita, sehingga harus saling mencintai agar hidup ini lebih indah. Sekali lagi, keberagaman itu adalah seni dalan hidup berbangsa dan bernegara yang mendewasakan kita untuk saling menghargai sesama.
Tak perlu takut dengan keberagaman karena kita tidak akan merasa terancam olehnya. Maka dari itu, semangat keberagaman dengan saling memuliakan begitu baik kita maknai.Â
Kita adalah makhluk mulia yang diciptakan Tuhan berbeda dari makhluk lainnya. Jadi, untuk apa kita bertengkar, marilah kita bersatu dan berjabat tangan. Tak perlu merasa terancam, karena dengan keberagaman ancaman itu akan hilang.Â
Kita sebagai bangsa Indonesia adalah satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air yaitu Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H