Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kita Bersaudara, Berbudaya, dan Bersatu dalam Bingkai Pancasila

18 Mei 2019   16:26 Diperbarui: 19 Mei 2019   10:47 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

19 Mei 2019 kita memperingati Hari Trisuci Waisak. Hari Trisuci Waisak mengingatkan kita pada tiga peristiwa suci yang terjadi dalam kehidupan Buddha Gautama, yaitu kelahiran, pencerahan sempurna dan kemangkatan beliau (Kompas, 18/5/2019).

Peringatan hari Trisuci Waisak tersebut meminta kita semua umat beragama pada umumnya, untuk penuh bakti sesuai dengan budaya masing-masing. Sebagai bangsa yang berbudaya, di mana kita hidup dari beragam suku, agama, ras, dan antargolongan diminta untuk menghargai sesama tanpa adanya pilih kasih.

Kehidupan berbudaya telah memberikan hidup kita lebih berwarna. Banyak budaya yang ditampakkan, sehingga kita tahu warisan nilai-nilai budaya leluhur kita. Coba kita lihat kalau ada pagelaran budaya, maka saat itu kita disajikan dengan beragam tarian dan pakaian budaya ditampilkan, sehingga dunia pun melihat bahwa Indonesia adalah negara berbudaya dan mencintai budaya.

Kita adalah Saudara
Sadarlah bahwa kita sesama bangsa yang ada di negara ini adalah saudara. Kita satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air. Begitupun kita memiliki beragam budaya, di mana kita sama-sama mencintai budaya itu. Begitu juga kita memiliki ideologi dan dasar negara yang sama yaitu Pancasila. Pancasila adalah pedoman kita untuk saling menghormati, menghargai dan menguatkan hubungan antar umat beragama.

Jika ada perselisihan, pertentangan dan pertengkaran, maka itu menodai jati diri kita sebagai bangsa. Mencederai juga ajaran dari agama kita sendiri.

Saatnya kita sebagai umat beragama memberikan pencerahan sempurna seperti kata Buddha Gautama. Umat manusia menjadi terang dunia yang menyinari kegelapan saat ini. Kegelapan itu adalah pertengkaran dan perselisihan atas nama agama yang masih sering kita alami, salah satunya intoleransi.

Kita memusnahkan kegelapan dengan sebuah terang. Terang itu adalah mencapai tujuan mulia dengan mengembangkan sikap saling asih, asah, dan asuh. Itu adalah terang yang dapat memusnahkan maupun menghancurkan kegelapan.

Setiap umat beragama diajarkan untuk bisa menahan amarah, tensi maupun hatinya untuk tidak melakukan kekerasan. Antar suku, agama, ras, dan antargolongan yang hidup di negeri ini harus bersatu. Budaya bersatu harus dikuatkan sebagai pembina dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Umat beragama harus jadi terang bagi kehidupan bukan jadi kegelapan. Kita butuh terang karena itu yang menunjukkan jalan buat kita. Hindarkan aksi-aksi intoleransi, terorisme, pembunuhan, dan bentuk kejahatan lainnya. Kita harus mau menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu hal yang buruk. Berpikir dulu baru bertindak.

Perpaduan antara persaudaraan, kebudayaan, dan persatuan dalam bingkai Pancasila harus semakin kita tanamkan dalam kehidupan. Itulah yang membuat kita sampai saat ini masih hidup di negara ini. Kita tidak bubar apalagi punah. Sudah hentikan segala bentuk keburukan menuju pada kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun