Mohon tunggu...
Juanda
Juanda Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer Taruna

$alam Hati Gembira ...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apakah Anda Pendendam?

24 Juni 2019   10:03 Diperbarui: 24 Juni 2019   10:10 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: wikihow.com

"Obat untuk meredam keinginan balas dendam adalah memutuskan untuk tidak balas dendam."

Dalam kehidupan istilah balas dendam sering berkonotasi kepada perilaku yang bersifat negatif atau jelek. Menurut KBBI bahwa, "Balas dendam adalah perbuatan membalas perbuatan orang lain karena sakit hati atau dengki."

Padahal kata balas dendam bisa juga dipakai untuk sesuatu yang positif atau baik, khususnya dalam pembicaraan kaum muda. Contoh: "Ayo latihan lebih giat lagi. Kita harus balas dendam dengan kekalahan kita ini." "Banyak sekali makamu. Balas dendam yach."

Lalu bagaimana dengan ungkapan ini, "Kita diam aja, nanti Tuhan yang balas dendam." Makanya kita sangat senang, jikalau melihat musuh kita menjadi sengsara hidupnya, bahkan kalau perlu di penjara, apalagi penjara seumur hidup. Puas ... puas ... .

7 Penyebab Dendam:
1. Pola Asuh. Berasal dari rasa dendam yang diturunkan baik tidak sengaja maupun sengaja dari orang tua atau keluarganya. Hal ini lalu memengaruhi kejiwaan seseorang. 

Sejak kecil melihat keluarganya dihina atau dianiaya, dan keluarganya tidak bisa berbuat apa-apa. Namun kesehariannya menampakkan kebencian dan kemarahan di wajah mereka. Ini bisa menjadi virus yang menular.

2. Pola Didik. Beda dengan pola asuh, namun dalam hal ini telah memuat ajakan dan ajaran untuk menjadikan seseorang dalam posisi tertentu, demi untuk bisa membalaskan ketidakadilan yang telah dialami sebelumnya. 

Ini bisa lebih mengerikan dari yang sekadar meniru di pola asuh, karena telah dibumbui kebencian yang membara dengan cara tertentu untuk balas dendam. Ada sugesti ancaman kalau tidak dilakukan akan susah hidupnya kelak.

3. Masa Lalu. Tidak ada manusia yang tidak memiliki masa lalu. Hingga suatu hari, melihat keadaan atau peristiwa tertentu, membawanya kepada bayangan masa lalu. 

Tiba-tiba timbullah keinginan  untuk balas dendam karena suatu hal yang menurutnya demi keadilan. Ini bisa dikaitkan dengan pola asuh dan pola didik yang diterimanya.

4. Lingkungan. Melalui lingkungan tertentu yang isinya terus membicarakan dan membakar semangat untuk melakukan revolusi sosial dengan alat dan tujuan tertentu. 

Di sinilah akan muncul kelompok-kelompok yang anti-sosial, yang bisa merusak kebaikan yang telah tertata dengan rapi. Lingkungan ini telah membentuk opini tertentu yang membakar semangat untuk balas dendam.

5. Merasa Dirugikan. Ini yang sering dialami kita, bukan? Karena merasa di-bully atau ditipu (non-materi atau materi), maka seseorang bisa mencari cara untuk bisa membalasa dendam atas perlakukan yang telah menimpanya. Bisa segera dilakukan atau menunggu setelah sekian tahun menanti waktu yang tepat untuk balas dendam

6. Kemarahan. Inilah pencetus utama daripada balas dendam. Tapi ini bukan sembarang marah, namun perpaduan bentuk amarah dan sakit hati yang telah terpelihara sekian waktu. Kemarahan yang membara ini akan terus mengendalikannya. Hingga suatu hari meletus dan itu bisa merusak damai sejahtera yang ada.

7. Efek Hoaks. Awalnya baik-baik, tapi ternyata membaca sebuah berita tiba-tiba jadi ingin balas dendam. Hal ini bukan cuma terjadi di Indonesia, namun di beberapa negara juga menghentikan operasional media massa atau sosial tertentu demi untuk menurunkan tensi kemarahan yang bisa berujung pada balas dendam.

Ada 7 penyebab dendam, mungkin bisa dikembangkan lagi. Jika tidak mewaspadai kehadiran penyebab dendam itu, maka akan membuat kita terseret arus tanpa terasa menjadi pendendam pula. Bagaimana ciri-ciri seorang pendendam?

5-M Ciri Pendendam: 
1. Merasa Benar. Seseorang yang memiliki pendirian itu bagus, daripada seorang yang bingungan mudah diombang-ambingkan oleh aneka pendapat. Jika pendapatnya itu tidak mau dikoreksi, ini adalah cikal bakal seorang yang keras kepala. 

Orang seperti ini, jika sedang marah akan mengerikan sekali. Sulit dipadamkan, karena pendapatnya yang paling benar. Semua pendapat yang lain itu salah semua.

2. Mudah Tersinggung. Seorang yang mudah usil atau menghina perilaku seseorang, biasanya itu mencerminkan kelemahan dirinya sendiri. Jika perlakukan itu dibalik, maka akan tersinggung pula dirinya. 

Seorang yang sensitif begini kalau disakiti, akan mencari cara untuk bisa balas dendam. Penampilannya tetap biasa saja, namun telah menjadi musuh dalam selimut.

3. Menutup Diri. Ini bukan masalah pribadi yang introvert atau ekstrovert, tetapi akibat sesuatu yang menimpa dirinya. Tetap mau kumpul-kumpul yang terbatas, namun tidak bisa terbuka seperti dulu lagi. Kemungkinan bisa karena minder atau sombong, dalam perspektif luas tentunya. 

Dulu begitu ceria dan setelah ada yang menyakiti, hingga pada titik tertentu berubah drastis. Di sisi lain, mungkin telah diindoktrinasi tidak boleh bergaul dengan siapa saja, karena sedang mengemban misi tertentu.  

4. Menyendiri. Bukan cuma menutup diri, namun juga suka menyendiri. Ini tidak mau bergaul sama sekali. Tapi bukan terkait dengan kelainan jiwa lho, namun menjadi sebuah keputusan melalui sebuah motivasi yang terbentuk dalam diri, baik melalui sebuah arahan tertentu atau pengalaman yang menyakitkan.  

5. Memusuhi Sesama. Memutuskan untuk bermusuhan. Suka menjeneralisir sebuah persoalan kepada siapa saja dan dianggap sama saja semua orang. Sehingga semua bisa dianggap jadi musuh untuk dilenyapkan, jika tidak sesuai dengan pendapat atau keyakinannya itu. Yang ini sungguh mengerikan.

Kelima ciri-ciri ini juga bisa dikembangkan lagi dengan mengamati perilaku seseorang. Mungkin Kompasianer ada pengalaman tersendiri? Bagi donk ... .

Kata para ahli kalau suka menyimpan kemarahan, bisa menimbulkan aneka penyakit, baik gangguan jiwa atau sakit secara tubuh. Lalu kalau bisa disalurkan keluar akan menyehatkan. Sehingga ada banyak yang telah balas dendam, lalu hidupnya malah bahagia. Mungkin bahagia di atas penderitaan orang lain.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun