1. Cerai Emosi
Ini adalah jenis cerai yang pertama, yang bisa menjadi dasar atau pemicu terjadinya cerai-cerai berikutnya. Mencintai itu lebih dominan menjadi milik perasaan (emosi), daripada intelektual.
Intelektualnya seseorang boleh hebat dalam memahami aneka pengetahuan termasuk yang bersumber dari keyakinannya, namun kalau emosinya tidak bisa dikontrol (labil), maka akan menghambarkan perasaan cinta itu. Di sinilah perlu adanya keseimbangan.
2. Cerai Biologis
Setelah mengalami cerai secara emosi sekian waktu lamanya, maka akan meningkat kepada jenis cerai yang kedua, yaitu cerai secara biologis. Sudah mulai malas untuk menikmati keberadaan pasangannya.
Tapi tetap serumah dan kelihatan rukun-rukun saja. Bahkan ada yang menganggap pasangannya seperti layaknya saudaranya sendiri saja. Sehingga sudah tidak ada lagi gairah untuk bermesra-mesraan.
Maka di sinilah perlu adanya cinta jenis eros (nafsu). Tapi tentu khusus, untuk pasangannya yang resmi. Sekali lagi cinta eros ini tetap sangat dibutuhkan. Tanpa cinta jenis ini dalam sebuah perkawinan, maka yang terjadi adalah betapa banyaknya pasangan yang sedang menikmati persetubuhan, namun sedang membayangkan wajah orang lain, supaya tetap bisa menimbulkan rangsangan pada dirinya atas pasangannya.
Mungkin itu mantan pacarnya atau senang melihat tampilan lawan jenis yang menggairahkan, baik secara langsung atau melalui sebuah media, termasuk di dalamnya film pornografi.
3. Cerai Tempat
Jenis cerai yang ketiga adalah berbicara masalah kehadiran pasangan di dalam sebuah pernikahan. Tanpa kehadiran orang yang dicintai itu, maka akan bisa menimbulkan persoalaan. Cinta bukan sekadar diucapkan, namun perlu untuk dilakukan. Dan kalau terpisah oleh jarak atau tempat, bagaimana cinta itu bisa dinikmati?
Cerai tempat ini, bisa diawali dari pisah tempat tidur. Lalu meningkat lagi kepada pisah kamar. Dan ujungnya meningkat lagi kepada pisah rumah. Kalau sudah demikian terbiasa adanya, maka untuk menyatu lagi akan mengalami kegerahan.
Padahal pada waktu masih pacaran inginnya terus menyatu. Lalu ternyata bisa menyatu. Namun kemudian setelah disatukan, malah ingin menjauh dan menjauh. Dan kalau ini telah dialami oleh sebuah pasangan, maka untuk bisa menyatu kembali, layaknya seperti waktu masih pacaran adalah perjuangan yang berat.
Mengapa? Karena perasaan untuk menyatu yang terjadi disaat masih pacaran dan perasaan untuk menyatu kembali, setelah sekian lama sudah menyatu dan berpisah secara tempat itu, berbeda nuansa dan suasananya. Dalam hal ini membutuhkan perjuangan yang ekstra.Â
4. Cerai Hukum
Inilah puncak daripada apa yang dimaksud dengan cerai itu sendiri. Cerai jenis ini, bukan saja diketahui oleh Sang Pencipta, lalu kedua pasangan, namun juga mulai terungkap di hadapan publik.