Mohon tunggu...
Juanda
Juanda Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer Taruna

$alam Hati Gembira ...

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

9 Alasan Jadi Politikus

17 Juni 2019   11:09 Diperbarui: 17 Juni 2019   11:24 4556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah mendengar orang berkata, "Itu orang kita." Tidak peduli benar atau salah, kalau sepaham, maka otomatis diperjuangkannya jadi benar, meskipun jelas-jelas dia koruptor. Segala cara dihalalkan, asal tujuan tercapai. Kalau perlu, ada korban nyawa pun tidak menjadi persoalan.

9. Balas Dendam. Ada motivasi terselubung dengan kemarahan, maka akan menghancurkan musuh menggunakan jabatan tertentu. Mungkin pernah diolok, dikhianati, ditipu atau disakiti secara fisik atau materi, maka akan mencari dan menunggu waktu yang tepat untuk melakukan balas dendam. Sehingga semua energi yang mestinya untuk bekerja, namun ada sisipan kemarahanan yang sewaktu-waktu akan meledak. Ini mengerikan sekali.

Kesembilan alasan tersebut bukanlah harga mati, yang artinya pada awalnya bisa dengan motivasi tertentu, namun ternyata diakhiri dengan motivasi tertentu pula. 

Contoh: diawali dengan serius ingin mengabdi kepada masyarakat, namun ternyata diujung lainnya menjadi tersangka kejahatan korupsi. Atau sebaliknya, awalnya tidak jelas atau ikut-ikutan, namun setelah menjabat ternyata bisa berjuang mati-matian untuk masyarakat.

Yang baik adalah diawali dengan kebaikan dan diakhiri dengan kebaikan pula. Namun, selama telapak kaki masih menginjak di bumi, maka masih ada kesempatan seseorang bisa berubah. 

Tidak bisa mutlak mengatakan kinerja seseorang, seperti yang kita harapkan sebelumnya dan sesudahnya akan sama. Itulah pentingnya ada pengontrol untuk pemerintah maupun anggota dewan, supaya tetap bekerja pada jalur yang sesuai dengan sumpah jabatan yang pernah diucapkannya itu.-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun