Tentu awalnya yang berkepentingan adalah sang pengajak, mungkin untuk mendongkrak suara partai atau paling tidak bisa mendukung pendanaan operasional dari partai.Â
Tapi untuk yang diajak bisa menjadi tantangan tersendiri dan tentu telah membayangkan keuntungan yang akan diperolehnya, daripada tetap bertekun diprofesinya yang mulai meredup secara ekonomis.
4. Kesempatan. Mumpung sudah terkenal atau kaya raya, lalu ingin melakukan pekerjaan yang lain. Hal ini bisa berawal dari gabung dengan partai tertentu atau membuat partai sendiri.Â
Mencoba keberuntungan, siapa tahu bisa sukses. Mumpung ada kesempatan. Tidak peduli memiliki pengetahuan politik atau ketrampilan berbicara, tidaklah penting, yang penting jadi anggota dewan dulu.
5. Harga Diri. Kehadirannya dalam dunia politik hanya terkait dengan penampilan semata. Senang berbagi kartu nama dan mengenalkan diri sebagai anggota partai tertentu atau dewan.Â
Mungkin juga untuk promosi dalam mendapatkan pasangan hidup atau berpamer-ria kepada teman-teman sekolahnya yang dulu sering nge-bully dirinya. Diajak apa pun ok punya, asal tetap eksis Brow ... . Yang  penting bisa selfie dulu. Coba nikmati medsosnya.
6. Sandang Pangan. Ini merupakan kebutuhan pokok manusia. Setelah bisnisnya menurun atau tidak ada kerja yang sesuai dengan bayangannya, maka akan mencoba peruntungan kerja dalam dunia politik.Â
Parahnya ketika telah terpilih jadi anggota dewan, tidak mau mengembangkan diri. Saat rapat akan memiliki hobi tidur. Mengapa ini bisa terjadi? Karena tidak ada yang dipikir atau tidak mampu mengikuti alur rapat yang ada. Yang penting akhir bulan tetap terima gajian.
7. Kepentingan Bisnis. Mengembangkan proyek. Ada banyak jalan untuk menjadikan diri kaya. Jika anggota dewan itu seorang pengusaha, maka pada akhir masa jabatannya pasti asetnya akan meningkat dengan drastis.Â
Jika bukan seorang pengusaha, maka cukuplah menjadi seorang makelar proyek yang tetap menerima komisi (fee). Di sinilah akan bertumbuh subur yang namanya KKN.
8. Menyebar Ideologi. Ini bisa  mengarah ke kasus SARA. Yang sesuai dengan keyakinannya atau ideologinya, maka akan bisa bekerjasama atau diajak kerjasama. Yang tidak, secara otomatis akan disingkirkan.Â