Mohon tunggu...
Juanda Azhari
Juanda Azhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rusun Lateppo

11 Januari 2023   15:06 Diperbarui: 11 Januari 2023   15:17 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tirta menendang bola dengan keras hingga mengenai salah seorang temannya hingga terjatuh dan tak sadarkan diri. Sista dikerumuni sementara Tirta didorong-dorong temannya. "Bagaimana ini? Kamu sih nendangnya kekerasan." Ucap Rian sangat kesal dengan Tirta. Rian lantas memanggil Ibu Sista. Ia membawa anaknya ke Rumah Sakit.

Ibu Tirta yang mengetahui kenakalan anaknya lalu menghukum Tirta dengan cambukan ekor kuda. Tirta hanya bisa pasrah. Ia sesekali berteriak karena tak sanggup menahan perihnya cambukan. Tetangganya tidak memedulikan apa yang Ibu Tirta lakukan. Mereka sudah terbiasa dengan suara-suara sepertI itu. Bahkan teman-teman Tirta sering nguping diluar.


Ibu Sista mengetuk pintu rumah Tirta. "Permisi.!!!" Teriaknya sambil mengedor-ngedor pintu.


"Hei, ribut banget sih! Anak saya bangun nih! Capek tau ngurus bayi" kesal tetangga rusun Tirta. Ibu sista hanya menatapnya dengan sinis. Tak lama setelah orang itu masuk, Ia kembali berteriak memanggil Ibu tirta. Ibu tirta terbangun dan mengintip dibalik gorden. Melihat Ibu sista yang ada di depan, Ia memanggil anaknya lalu membuka pintu.


Belum sempat Ibu sista berbicara, Ia langsung menimpalinya dengan berkata "ini ambil anak saya, saya nggak mau ya Ibu marah-marah di Rumah saya. Silahkan bawa anak saya. Terserah mau diapain yang penting nggak sampe mati."  Ia menyodorkan anaknya lalu menutup pintu dengan keras hingga anginnya menghempaskan wajah dan rambut Tirta. Ia kemudian dibawa Ibu Sista dengan tersentak-sentak.


"Saya mau dibawa kemana Bu?" rengek Tirta. Ia diperhatikan teman-temannya yang sedang bermain di Tangga, Mereka berhenti bermain saat Mereka lewat. Berbeda dengan teman-teman yang lain, Rian yang penasaran membuntuti mereka dengan sembunyi-sembunyi. Hingga mereka masuk di rumah sista, Rian menguntit dibalik Jendela namun tak jelas.


 "sudah berapa bulan jendela ini tidak pernah dibersihkan." Jengkel Rian. Ia mendengar suara grasak-grusuk dari dalam. "waduh suara apaan tuh. Mampus Tirta di dalam." Lanjut Rian.


Rian mencoba membuka pintu rumahnya sedikit untuk melihat apa yang terjadi di dalam sana. "siapa itu." Tegas Ibu Sista. Ia mendekat ke pintu. Rian segera menjauh dan berlari. Saat rian berlari, Ia tak sengaja menabrak Joko.


  "Aduh ni bocah. Kalau jalan pake mata jangan pake hidung." Ujar Joko.


"kebetulan ketemu Bapak. Gini, kan bapak tugasnya menjaga keamanan dan kenyamanan penduduk rusun. Maka dari itu saya ingin melaporkan tindakan kekerasan yang terjadi di rusun blok C nomor 104."


"seriusan nih? Bosen Bapak dibohongin terus sama bocah kayak kamu." Celetuk Joko. Rian lantas mencoba meyakinkannya agar percaya dan segera mengecek rumah yang Ia maksud. Setelah merengek dan berjanji, Joko percaya dan menuju ke lokasi diikuti Rian dibelakangnya. "Bener yang ini?" lanjut Joko menanyakan kepastian. Rian manggut. Joko ingin mengetuk pintu namun dilarang oleh Rian, Ia menyarankannya agar langsung saja membuka pintu.


"Ah ni bocah, Kamu mau Pak joko diomelin."


"kalau bapak ngetuk, nanti dia sembunyiin Tirta." Terang Rian. Alhasil Joko menuruti Rian. Ia memutar gagang pintunya.


"siapa diluar." Ucap Ibu Sista mendengar suara pintu."


"aduh, pintunya kekunci." Celetuk Rian. Joko memukul ringan kepala Rian setelah mendengar suara Ibu sista. Pintu terbuka dan mereka saling tatap dan senyap beberapa detik. Joko langsung meminta maaf namun maafnya tidak dipedulikan. Ibu sista justru menanyakan kenapa Pak joko ingin membuka pintu rumahnya. Pak joko terdiam. Ia bingung harus ngomong apa. Ia melirik ke arah Rian yang menatap ke arah lain dengan menyenggolnya. Rian lantas menatap Pak joko dan memberinya kode. Pak joko tak paham dengan kedipan mata Rian.


"saya mau bicara sesuatu tapi nggak enak kalau disini, nanti didengar tetangga." Ujar Pak joko.


"Ya sudah masuk. Kita bicara di dalam." Mendengar perkataan Ibu sista, Rian tersenyum ke Pak joko. Mereka masuk. Rian melirik-lirik dan tak melihat Tirta. Sementara Pak joko berbincang-bincang, Rian menanyakan toilet ke Ibu sista. Anehnya Ia dilarang menggunakan toilet rumahnya dan malah menyuruh Rian kencing dirumahnya saja karena toiletnya kotor.


Rian keluar dari rumah itu dan menuju ke rumah Tirta. Ia memanggil Tirta dari luar rumahnya. Pintu terbuka dan Ibu tirta mengusir Rian karna Tirta tidak sedang di Rumah. Belum sempat Rian bertanya hal lain, Ia menutup pintu. Rian kembali ke Rumah Sista.


"Lah, kok kekunci. Permisi!" Ucap Rian sambil mengetuk pintu. Tak ada yang merespon. Setelah beberapa kali mencoba dan tak ada yang membuka pintu, Ia kembali bermain dengan teman-temannya dan memilih melupakan apa yang telah terjadi.


Tak terasa sudah seminggu Tirta tak bermain dengan teman-temannya. Mereka setiap hari memanggil Tirta bermain namun Ibunya mengatakan Tirta sedang berlibur ke rumah neneknya di kampung. Rian semakin heran dengan satpam rusun yang telah diganti oleh seorang pria dingin dan pucat.


Rian terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam tangannya dan ternyata pukul setengah dua belas malam. Ia ke dapur meneguk segelas air putih.


Ketika Rian ingin masuk ke kamarnya, tiba-tiba suara langkah kaki segerombol orang lewat depan rumahnya. "suara apa itu? Aneh sekali rusun ini." Jengkel Rian. Ia mengintip dari jendela tapi mereka sudah melangkah jauh dari rumahnya maka dari itu Dia membuka pintu dan mengejar gerombolan orang itu. "hei sedang apa kalian di rusun tengah malam?" tanya Rian begitu berani. Tak ada yang meresponnya. Mereka tetap berjalan. Ia terkejut ketika melihat seorang anak yang menurutnya mirip Tirta. Yakin dengan apa yang Ia lihat, Rian memanggil Tirta. Anak tersebut menoleh ke belakang dan benar bocah itu adalah Tirta. Tak sampai lima detik Ia menoleh, Ia kembali berjalan dengan gerombolan orang itu.


Rian memutuskan kembali masuk ke rumahnya setelah Tirta hanya menatapnya dan pergi. Rian dan teman-teman kembali memanggil Tirta di rumahnya untuk bermain setelah Rian memberitahu apa yang telah Ia lihat semalam. Mereka antusias memanggil hingga tetangga terusik dan mengomeli mereka. "Aduh ribut banget sih kalian. Ee bocah kalian udah gila? Ngapain cari-cari orang mati."


Berlanjut..................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun