Mohon tunggu...
Juanda Astarani
Juanda Astarani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Logika dan Rasa

Selanjutnya

Tutup

Money

Perbaiki Rupiah dengan Memperbaiki Pendidikan

10 September 2018   15:56 Diperbarui: 10 September 2018   16:03 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Saat ini Rupiah sedang mengalami tekanan yang sangat kuat, kondisi nilai Rupiah yang bertengger pada posisi di atas 14.000 per US Dollar membuat semua pihak khawatir. Beberapa pihak sudah menyerukan untuk menghentikan konsumsi barang-barang impor, termasuk Wakil Presiden Bapak Yusuf Kalla yang menyerukan menghentikan pembelian mobil mewah impor serta produk fashion impor. 

Selain itu beberapa kalangan juga menyayangkan perilaku para eksportir yang menahan Dollar dan tidak mengkonversi Dollar yang mereka dapatkan dari hasil ekspor ke dalam Rupiah.

Berdasarkan Data UN Comtrade, nilai ekspor Indonesia tahun 2015, 2016 dan 2017 lebih besar dari nilai Impor.  Artinya Ekspor Indonesia mengalami penguatan dalam 3 Tahun terakhir. Yang mengherankan kita adalah meskipun ekspor mengalami peningkatan, tetapi kita tidak melihat perubahan yang signifikan terhadap nilai tukatr rupiah terhadap dollar.

Salah satu penyebab ekspor yang lebih besar tidak berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah dikarenakan para pengusaha atau ekportir enggan mengkonversi Dollar ke dalam Rupiah.

Yang menjadi pertanyaan besar adalah apa yang menjadi penyebab keengganan tersebut. Jawabannya ada pada kenyataan bahwa kita masih mengimpor cukup banyak bahan baku serta peralatan seperti mesin untuk produksi. Dalam dunia bisnis sangat terbiasa melakukan transaksi secara kredit, atau pembayaran dilakukan dalam jangka waktu  tertentu.

Jika sebagian besar bahan baku dan mesin berasal dari luar negeri maka pengusaha akan lebih merasa aman untuk tetap menyimpan hasil penjualannya ke luar negeri dalam bentuk Dollar. 

Mereka hanya mengkonversinya ke pupiah sebesar kebutuhan biaya yang memang diperlukan Rupiah untuk membayarnya. Sementara jika sebagian besar biaya harus dibayar dalam Dollar, maka tentu saja mereka akan tetap menjaga hasil penjualannya dalam bentuk Dollar.

Proses pertukaran mata uang asing yang mengenal  kurs Jual dan kurs beli juga menyumbang keengganan pengusaha untuk mengkonversi Dollar ke Rupiah.  

Jika kita ingin mengkonversi Dollar ke Rupiah maka kita akan mendapatkan nilai Rupiah yang lebih kecil dari nilai Rupiah yang kita gunakan untuk mendapatkan Dollar dengan nilai yang sama. Jadi pada dasarnya keengganan pengusaha mengkonversi dollar ke rupiah merupakan perhitungan bisnis untuk mengurangi biaya pertukaran yang tentu saja akan merugikan mereka.

Selain itu program pembangunan infrastruktur yang sebagian besar menggunakan dana pinjaman asing juga membuat pengusaha khawatir jika suatu saat ketika pemerintah akan membayar Utangnya maka akan menyebabkan meningkatnya permintaan Dollar yang akan berdampak pada naiknya nilai Dollar.

Beberapa hal diatas adalah penyebab kenapa pengusaha yang menjual barang ke luar negeri enggan untuk mengkonversi Dollar ke Rupiah.

Pada dasarnya yang harus dilakukan adalah memahami masalah Fundamental perekonomian Indonesia. Permaslaahan Fundemantal kita adalah sangat tergantungnya kita pada teknologi Asing. Untuk Bahan Baku tertentu yang berkualitas tinggi kita juga masih mengandalkan impor, selain itu mesin-mesin untuk berbagai sektor masih di dominasi oleh Produksi Asing. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa Industri permesinan kita termasuk di dalamnya transportasi tidak berkembang.

Permasalahan Fundamental kita terletak pada Sumber Daya Manusia yang kita miliki yang kurang menguasai teknologi. Kenapa sumber daya manusia kita masih kurang dalam penguasaan teknologi. Hal ini tentu saja dikarenakan pendidikan kita yang terlalu umum. Seharusnya sejak usia Sekolah Dasar seorang anak telah diberikan pengetahuan-pengetahuan praktis yang memang dapat diimplementasikan dalam kehidupan. 

Selain itu pola pengajaran bidang ilmu terkait teknologi sering dinilai tidak menarik dan metode pengajaran yang kurang menyenangkan menyebabkan kurangnya minat terhadap bidang ilmu yang berkaitan langsung dengan teknologi.

Jadi pada dasarnya kebijakan ekonomi yang dibuat haruslah sejalan dengan kebijakan pendidikan. Pendidikan adalah elemen dasar pembentuk perekonomian, dan negara-negara maju memahami ini. Metode pendidikan terbaik haruslah digunakan untuk mendapatkan perekonomian yang kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun