Dalam sebuah keluarga kehadiran seorang anak adalah saat-saat yang di nanti nantikan bagi setiap orang tua. Sebagai seorang anak sudah sewajarnya mendapat kebahagiaan serta kasih sayang dari orang tua. Anak yang mendapatkan kasih sayang dari orang tua akan tumbuh menjadi seorang anak yang sehat baik secara mental dan fisik.Â
Tetapi faktanya, tidak sedikit anak yang bertumbuh dan berkembang bersama orang tua yang berperilaku kasar, semena-mena, dan meracuni mental atau psikologis seorang anak baik secara mental atau fisik. Orang tua yang melakukan hal-hal tersebut kepada anaknya itulah yang sering disebut dengan istilah toxic parents.
Namun kita sebagai orang tua atau kelak kita akan menjadi orang tua jangan berpikir bahwa toxic parenting hanya diperuntukkan bagi orang tua yang melakukan tindakan kekerasan fisik terhadap anaknya.Â
Toxic parents juga berlaku bagi untuk semua orang tua yang secara tidak sadar melakukan kekarasan verbal yang membuat pola pikir dan mental anak menjadi rusak dan teracuni.Â
Toxic parenting yang kedua ini memang tidak menggunakan kekerasan secara fisik, tetapi bahayanya bisa lebih berbahaya dari toxic parenting yang petama, dikarenakan secara fisik luka akan bisa  hilang sedangkan luka di batin seorang anak tidak terlihat kasat mata dan dapat membekas selamanya tanpa di sadari oleh orang tua.
Bicara tentang orang tua dan anak, Pastinya setiap orang tua menginginkan yang hal-hal terbaik bagi anaknya. Pada dasarnya tidak ada orang tua yang ingi melihat anaknya sedih, terluka, sakit, dan menderita secara psikologis (mental) atau fisik. Namun kembali lagi, semua orang tua pada dasarnya hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna, kerap memiliki kesalahan yang mungkin mereka lakukan secara tidak sadar melukai hati atau perasaan anaknya.Â
Dan mungkin juga karena pola asuh yang mereka terima juga pada masa kecil yang mereka terapkan kembali pada anaknya secara tidak sadar. Dan karena kurangnya pengetahuan tentang cara mendidik atau mengasuh anaknya yang secara tidak sadar telah mengakibatkan mental anak menjadi lemah, bahkan bisa mengakibatkan depresi pada anak.
Maka dari itu sebelum terlambat, mari kita sebagai orang tua atau kelak akan menjadi orang tua untuk mengenali apa itu toxic parents lebih dalam lagi.
Apa itu toxic parenting?
Toxic parenting kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia meliliki arti, toxic yaitu beraucun dan parenting yaitu mengasuh anak. Maka makna dari Toxic parenting adalah polah pengaasuhan anak yang beracun atau salah dan secara tidak sadar melukai psikologis (mental) sang anak.Â
Pola asuh anak yang seperti itu biasanya dilakukan oleh orang tua yang biasanya berperilaku kasar, belum dewasa secara psikis, dan juga memiliki gangguan mental.Â
Umumnya orang tua yang berperilaku seperti ini juga mendapatkan pengalaman pola asuh yang salah dari dari orang tuanya pada zaman dulu. Namun toxic parenting juga dapat dilakukan oleh para orang tua yang normal secara tidak sadar meracuni mental anak dikarenakan kurangnya pengetahuan dalam mengasuh anak.
Apa itu toxic parents?
Kalau pada sebelumnya toxic parenting adalah pola pengasuhan anak yang keliru dan menjadikan racun di dalam pikiran dan mental anak, maka arti dair toxic parents sendiri adalah para orang tua yang berbuat tindakan tertentu secara tidak sadar dapat membebani psikologis (mental) sang anak.
Anak-anak yang dibesarkan secara tidak benar oleh orang tua mereka dapat menyebabkan kerugian psikologis bagi anak-anak mereka sekarang dan di  masa depan.Â
Orang tua terkadang tanpa sadar mengadopsi pola asuh yang beracun, umumnya mengutamakan kepentingan pribadi, mengatur anak-anak mereka sendiri, mengabaikan pendapat mereka, dan mengatakan bahwa anak-anak mereka memiliki hak untuk hidup mereka sendiri.
Ciri-ciri dari toxic parents.
Efek dari orang tua yang toksik dapat menyebabkan luka yang sangat panjang di masa dewasa. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk menghindari pola asuh toxic  yang merugikan tumbuh  kembang anak kita. Inilah ciri orang tua yang tergolong toxic parent.
1. Suka Berekspektasi berlebihan terhadap anak
Karakteristik pertama dari orang tua yang toxic adalah mereka yang melebih-lebihkan harapan mereka tentang kehidupan dan masa depan anak-anak mereka.Â
Tanda-tanda pengasuhan yang beracun ini adalah tanda yang paling umum, dan hampir semua orang tua melakukannya. Misalnya, dalam pemilihan jurusan di dunia perkuliahan sering kali orang tua menyetir kemauan anak untuk memilih jurusannya sendiri.
Ekspetasi yang berlebih dari orang tua terhadap anaknya ternyata dapat melukai psikologis anak. Memang setiap orang tua menginginkan kehidupan dan masa depan yang baik untuk anak. Sayangnya, harapan yang berlebihan tanpa mempertimbangkan posisi anak dapat membuat tertekan dan akhirnya menjadi racun.
2. Membicarakan keburukan anak
Ciri kedua  orang tua yang toxic adalah mereka sering membicarakan dan membicarakan keburukan anaknya di depan mereka. Jika hal ini sering terjadi pada anak, jiwa anak perlahan-lahan memburuk. Hilangnya rasa percaya diri, rendah diri, dan anak merasa terhina.
Mendengarkan orang tua berbicara kepada orang lain tentang keburukannya, tanpa harus membicarakan atau membicarakan keburukan anak secara langsung di hadapannya, tentu saja membuat si anak malu dan  tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri.
3. Membentak atau memaki anak
Aktivitas orang tua bisa sangat melelahkan, dan orang tua sering kali tanpa sadar meneriaki anak-anak mereka ketika mereka sedang emosi. Bahkan  orang tua yang membentak atau memaki anaknya dijadikan senjata untuk menjaga anaknya agar tetap patuh dan disiplin. Sebenarnya cara ini kurang tepat. Jika Anda terus melakukan ini untuk anak Anda, anak Anda akan  menjadi  kasar dan marah.
Mendisiplinkan anak dengan cara membentak atau memaki tidak membuat anak menjadi menurut atau disiplin. Sebaliknya, tindakan seperti itu dapat menjadi racun bagi pribadi anak di masa depan.
4. Egois
Dalam hal ini, orang tua selalu mengukur sesuatu dengan perasaannya sendiri tanpa memikirkan anaknya. Orang tua  tipe  ini sering merasa kasihan pada dirinya sendiri, karena perilaku anak yang tidak patuh menimpa orang tua.
Belum tentu, tapi anak yang tidak patuh adalah tidak patuh. Mungkin karena saya tidak bisa mengungkapkan keinginan dan perasaan saya. Selama masa ini, orang tua perlu berperan penting dalam membantu anak belajar bagaimana mengekspresikan keinginan dan perasaannya dengan baik.
5. Mengungkit persoalan biaya-biaya terhadap anak
Banyak orang tua yang terlihat egois di depan anak-anaknya. Orang tua  ini sering menanggung biaya  membesarkan dan memenuhi kebutuhan anak-anak mereka. Hal ini juga dapat digunakan sebagai senjata untuk membantu anak-anak ingin mengikuti keinginan orang tua mereka. Tanpa disadari, hal-hal seperti itu bisa menjadi racun yang membebani pikiran anak.
Orang tua  harus berkorban untuk kehidupan dan masa depan anak-anak mereka, tetapi anak-anak juga dapat memilih jalan hidup mereka sendiri. Karena itu, hindari memaksa anak Anda untuk melakukan apa yang diinginkan orang tuanya. Hal ini dikarenakan jika hal ini terjadi sejak masa kanak-kanak, maka anak akan lebih rentan  terhadap stres akibat kehidupan yang penuh tekanan.
Menjadi orang tua memanglah bukan hal yang mudah. Terlebih kita juga merupakan hasil dari pola asuh orang tua jaman dahulu yang mungkin saja termasuk toxic parenting karena kurangnya pengetahuan. Maka dari itu pengetahuan dalam mengasuh anak diperlukan agar tidak membebani pikiran dan perasaan anak.Â
Sebagai anak yang kerap sekali mendapatkan tindakan-tindakan kurang mengenakan dalam pola asuh yang keliru, kita perlu membicarakan kepada orang tua kita dengan kepala dingin tentang apa yang kita mereka inginkan dan apa yang kita inginkan. Karena keluarga yang harmonis adalah keluarga yang saling menghargai satu sama lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H