Saya lebih setuju jika wisuda dilakukan dengan cara yang biasa, anak-anak mengenakan pakaian kemeja dan kebaya (jika itu jenjang SMP SMA) tanpa perlu mengenakan pakaian toga. Toh hal itu juga tidak mengurangi rasa khidmat dari proses wisuda itu sendiri. Cuma menempatkan sesuai dengan porsinya saja sih. Atau mungkin memang saya bagian dari Angkatan tua yang belum mampu beranjak dari nostalgia zaman dulu dan masih terjebak pada idealisme semata. Hmmmm, sepertinya saya pun harus belajar untuk lebih menerima bahwa dalam bahasa Indonesia pun, ada banyak kosakata yang mengalami penyempitan maupun perluasan makna seiring berjalannya waktu. Jadi pakaian toga ini mungkin juga bagian dari proses perluasan makna tidak hanya untuk orang berpendidikan tinggi semata tapi juga bisa untuk yang lain. Suatu proses yang harus saya terima , hehehehe. Bagaimana dengan anda ? komen di bawah ya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H