Dalam dua minggu ini tiba-tiba saya jadi semangat menulis di kompasiana (untuk selanjutnya saya singkat Kps) lagi. Hahahaha, saya tidak munafik setelah perbincangan ringan dengan seorang teman di media social bahwa kompasiana sudah mengalami perubahan.
Dulu menulis di kompasiana hanya suau kepuasan tersendiri dari saya untuk menulis di blog , di respon oleh orang lain, tapi pada suatu titik saya mengalami titik jenuh dalam menulis di kompasiana karena memang tidak menjadi tantangan lagi bagi saya.
Saya mulai menulis untuk blog pribadi saya, dan untuk sementara waktu mengabaikan blog ini. Tantangan menulis saya dapatkan di grup FB dimana ada kepuasan tersendiri saaat tulisan saya dibaca dan dibagikan oleh banyak orang. Semua tulisan saya, yang umumnya bersumber dari synopsis buku yang sudah saya baca atau film yang sudah saya tonton saya buang semua ke grup di media sosial. Di Grup FB, kepuasan terbesar saya adalah melihat tulisan saya dibagikan banyak orang daripada sekedar dikomentari. Dengan di bagikan, maka makin banyak orang yang akan membaca tulisan saya (dan semoga memberi dampak yang baik bagi mereka)
Baru kemudian awal bulan Desember ini , teman saya bercerita bahwa beberapa kali dia mendapatkan gopay dari Kps, dan saya bertanya," kok bisa? Bagaimana caranya?" Dia menjelaskan bahwa dia berusaha membuat tulisan dan mengejar label pilihan dan sebelumnya akun harus sudah divalidasi dulu.
Gubrakkkkkkkk! akun validasi? Hal yang sudah pernah saya ajukan beberapa tahun lalu tapi entah kenapa selalu mengalami kegagalan dalam mengisi sehingga tidak pernah berhasil dalam validasi akun. Hal yang akhirnya saya abaikan karena memang tidak memahami keuntungan yang saya dapat kalau akun sudah tervalidasi.
Dengan rentang menjadi anggota sejak 2009 hingga 2020 , memiliki tulisan 200 artikel (itupun juga baru rajin 2 minggu ini) adalah sesuatu yang masih sedikit mengingat saya harusnya bisa lebih dari itu. Tapi kembali lagi, itu diakibatkan dari ketidaktahuan saya aka keuntungan dari validasi akun ditambah kegagalan dalam validasi akun. Akhirnya saya langsung mencoba validasi akun lagi (ditambah langsung email admin untuk bertanya alasan kegagalan dan sebagainya) dan dalam dua hari langsung sudah bisa di validasi. Dalam hati saya bertanya loh kok bisa? Apa karena saya gercep alias gerak cepat mengejar sang admin ya? Hahahahaha
Dan akhirnya berbagai tulisan di blog pribadi yang sebelumnya hanya tersimpan dengan sedikit yang membaca, langsung saya pindahkan ke Kps. Saya mulai mengejar untuk mendapat label pilihan. Yah, kalau dianggap mata duitan juga, terserah sih, toh belum tentu saya bisa menembus 3000 viewer.
Namun, adanya iming-iming hadiah K-reward itu bukankah membuat seseorang menjadi lebih bersemangat dalam menghasilkan sesuatu? Kita bekerja dengan iming-iming bonus atau kenaikan gaji pasti akan lebih bersemangat.
Saya jadi teringat diskusi singkat dengan seorang teman saya beberapa tahun dulu, kami sama sama sebagai guru, bedanya dia adalah guru negeri dan saya guru swasta. Saya tahu sekali teman saya adalah guru muda yang sangat idealis dengan kecerdasan di atas saya, tapi saya merasa ada yang berbeda dengan dia.Â
Akhirnya dia berkata, " buat apa ngoyo bekerja sebaik mungkin , toh kita bekerja baik buruk, nglembur tidak, hasilnya juga sama aja, tidak ada bedanya antara yang rajin bekerja dan tidak rajin bekerja. Asal tidak membuat suatu kesalahan fatal, maka posisi sudah aman. Â Bukan berarti saya menggeneralisir bahwa semua pegawai negeri seperti itu, namun cara berpikir teman saya sangat berbeda dengan diri saya sendiri, bagaimana saya berusaha memberikan yang terbaik dari yang saya bisa karena adanya reward dari perusahaan jika saya mampu bekerja dengan baik serta punishment bila tidak sesuai standar.
Saya kemudian teringat di dalam kelas dulu , waktu saya bermain kuis dengan murid-murid, ada anak-anak yang menurut saya cerdas tapi kurang begitu antusias untuk ikut bermain. Mereka berpikir, toh ini hanya sekedar game, kalau gagal juga tidak ngefek, kalaupun juara 1 dalam game juga tidak ada bonusnya (waku itu saya bermain game dengan website Kahoot).
Akhirnya saya sedikit membuat perubahan (tapi tidak selalu) kalau menang, saya akan memberikan tambahan poin untuk nilai tugasnya. Atau kadang saya kasih snack apabila mereka mampu menjadi juara. Hasilnya langsung mengalami perubahan. Anak-anak menjadi lebih antusias untuk ikut bermain game.
Kemudian saya teringat diri saya sendiri, kala berhasil mendampingi siswa dalam suatu kompetisi penelitian dan murid saya mampu menjadi juara 1 tingkat nasional, maka ada suatu kepuasan sendiri saat sekolah menghargai dengan memberikan sedikit bonus kepada saya, bukan sekadar ucapan terimakasih. Ucapan terimakasih dan selamat tetap penting sih, tapi mendapatkan sesuatu yang lebih dari itu merupakan pancingan yang sangat berhasil untuk saya saat itu (dan sekarang heheh, jangan meniru saya, masih banyak guru atau penulis idealis yang menulis untuk kepuasan dirinya sendiri kok, hehehe)
Dan itulah yang terjadi pada diri saya sekarang ini di Kps. Saya menjadi lebih tertantang untuk menghasilkan tulisan yang bermutu, tulisan dengan label pilihan, tulisan dengan jumlah pembaca yang lebih banyak. Saya berusaha memeras otak saya dengan film film lama yang pernah saya tonton tapi sudah lupa filmnya, atau buku buku yang pernah saya baca.
Saya tertantang untuk mendapat hadiah apabila bisa menembus 3000 viewer. Saya seperti murid saya, adalah orang orang yang lebih bergairah apabila ada reward yang didapat apabila melakukan sesuatu. Murid saya fokus dengan poin untuk menambah nilai tugasnya, sementara saya fokus dalam bentuk benda materi.
Dan sekarang, tiap hari, otak saya selalu berpikir, saya akan membuat tulisan seperti apa dengan tema seperti apa untuk bisa menarik perhatian orang? Mungkin semangat ini akan mengalami penurunan seiiring berjalannya waktu kalau saya terus menerus tidak mampu mencapai 3000 viewer tiap bulannya.
Saya jadi teringat murid-murid saya yang dulu tidak memiliki kemampuan akademik yang tinggi. Mereka tidak terlalu bersemangat walau saya memberikan iming-iming berupa tambahan poin untuk nilai tugas mereka. Mereka menjawab," buat apa terlalu semangat mr, toh yang menang muridnya itu-itu aja, kita lho, mau belajar dengan sangat bagus tetap saja kalah saingan dengan anak anak di kelas yang pandai.
Hal yang kemudian membuat saya mencari cara baru. Dan begitu juga di blog ini, dengan banyaknya penulis penulis yang terampil, peluang untuk bisa menembus 3000 viewer dan mendapat label pilihan membutuhkan perjuangan yang cukup sulit . Butuh usaha keras dan konsisten agar tulisan kita dilirik untuk dibaca yang lain. Tapi selama kita masih memiliki semangat untuk membuat tulisan dari pikiran kita, maka kenapa tidak?
Jikapun saya tidak mampu mencapai 3000 viewer terus menerus, maka saya harus mengubah mindset saya kembali di blog ini, bahwa saya hanya ingin berbagi, bukan untuk demi reward. Daripada nanti jadi stress dan patah semangat lagi. Toh sebelum saya mngetahui K-reward, saya sudah sangat rajin menulis di Kps dan juga blog lain maupun di grup media sosial, dan cukup mendapatkan kepuasan kala tulisan saya dishare oleh banyak orang. Jadi, TETAP SEMANGAT MENULIS!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H