Orang orang yang dipanggil yaitu, Bango Samparan, Pendeta dari Turyantapada, anak keturunan dari pandai besi Lulumbang keturunan dari Mpu Gandring yang berjumlah 100 orang. Anak dari Kebo ijo alias Mahisa Rindi disamakan kedudukannya dengan anak Mpu Gandring. Â Anaknya Lohgawe yang bernama Wangbang Sadang dinikahkan dengan Cucu Puranti (aku yakin ini pernikahan politik demi memperkuat aliansi). Negara Singhasari menjadi sangat berhasil dan sukses.
Terdengarlah kabar Kalau Ken Angrok akan menyerang negeri Daha. " siapa Ken Angrok ? memangnya dia bisa apa?gak kenal tuh " jawab Dandhang Gendis angkuh. " Aku akan kalah kalau Batara Guru sendiri yang akan turun tangan melawanku."
Ucapan ini terdengar oleh Ken Angrok. " mmmmm, aku harus menggertak Dandhang Gendis bahwa memang dia akan melawan Batara Guru." Dipanggilnya para pendeta Siwa dan  Buddha. " pak pendeta, ijinkan aku memakai nama Batara guru untuk mengalahkan Daha," Para pendeta sih ok ok aja , akhirnya dia ditahbiskan memakai nama Batara Guru kemudian pergi menyerang Daha.
Dandhang Gendis yang mendengar akan penyerbuan Singasari menjadi kuatir." Aku akan kalah karena Ken Angrok dilindungi dewa." Â (Mentalnya sudah runtuh sebelum bertanding ini gara gara Ken Angrok udah pakai nama Batara guru sih).
Pasukan Daha dan Singhasari bertemu di utara Ganter (wilayah perrbatasan Kediri Malang) saling mengalahkan. Tapi makin lama Pasukan Daha makin terdesak. Adik Dandhang Gendis bernama Mahisa Walungan gugur secara satria bersama menterinya yang bernama Gubar Baleman. Serangan Tentara Tumapel diibaratkan seperti banjir dari gunung. Â Pasukan Daha lari tercerai berai karena pemimpinnya gugur.
Raja Dandhang Gendis mundur dari medan perang  mengungsi ke alam dewa bersama dengan kudanya, hambanya, pembawa payung, pembawa tempat sirih, pembawa air, pembawa air lenyap naik ke angkasa.( ini menimbulkan pertanyaan dari saya, apakah maksudnya moksa, atau benar benar tewas dalam peperangan tapi pengarang pararaton menggambarkannya secara puitis?)
Adik adik dari Dandhang Gendis, yaitu Dewi Amisam, Dewi Hasin,dan  Dewi Paja diberitahu bahwa kakaknya  telah pergi ke alam dewa. "kita harus menyusul kakanda. Tidak ada gunanya kita disini. Istana ini tidak boleh dikuasai musuh." Tiga dewi itu kemudian lenyap beserta seluruh istananya . ( ini menimbulkan pertanyaan dari saya, apakah lenyap maksudnya dihancurkan atau benar benar lenyap secara gaib. Pantes saja kalau ada yang percaya Istana Majapahit lenyap secara gaib karena memang ada naskah yang menjelaskan kasus serupa pada masa kekuasaan Daha).
Kekalahan Daha menyebabkan Singhasari menguasai Tanah Jawa , Hal ini terjadi pada tahun 1144 saka alias 1222 M (versi pararaton)
Oh iya, sebelum perang dengan Daha tadi, Anaknya Ken Dedes dengan Tunggul Ametung lahir dan diberi nama Anusapati. Sementara itu Ken Dedes dan Ken Angrok  sendiri memiliki 4 anak yaitu Mahisa Wong Ateleng, sang Apanji Saprang, Agnibhaya, dan satu anak perempuan bernama Dewi Rumbu.
Sementara itu, Ken Angrok juga memiliki seorang istri siri, eh selir maksudnya yang bernama Ken Umang. Anaknya ada beberapa yaitu Panji Tohjaya, panji Sudhata, Twan Wregola, dan Dewi Rambi.
Telah lama terdengar oleh Anuspati bahwa dia adalah anak Tunggul Ametung. "benar gak sih kalau ayahku benar Tunggu Ametung?" Tanya Anusapati kepada pengasuhnya.