Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Film

Gold: Ketika India Pertama Kali juara Hockey di Olimpiade Musim Panas 1948

12 Desember 2020   01:17 Diperbarui: 12 Desember 2020   01:20 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang film Gold. Film yang terinspirasi dari kemenangan tim Hockey India pada olimpiade di Inggris tahun 1948 . Film ini bukan kisah nyata murni tapi terinspirasi dari kisah nyata, jadi termasuk dalam film fiksi, yah, setengah fiksi lah. Walau begitu, pesan di film ini sangat kuat sekali.

Film ini menceritakan seorang asisten manajer Hockey yang bernama Tapan Das, bersama dengan tim India Inggris yang menjadi juara olimpiade di tahun 1936 mengalahkan tuan rumah Jerman. Bersama mereka berjanji untuk membawa nama India menjadi juara di olimpiade berikutnya, saat India nanti sudah merdeka.

Sayangnya olimpiade di tahun 1940 dan 1944 dibatalkan karena pecah perang dunia kedua. Baru di tahun 1948, olimpiadde akan diadakan. Tapan Das segera menghubungi konfederasi Hockey India untuk membentuk tim Hockey. Awalnya akan dipilih Samrat yang di tahun 1936 menjadi kapten tim, tapi Samrat yang sudah pensiun kemudian menyarankan rekan setimnya dulu yaitu Imtiaz Ali Shah.

Imtiaz dan Tapan akhirnya melanjutkan mimpi mereka untuk membawa emas bagi india. ,mereka mengumpulkan para talenta berbakat untuk menjadi pemain inti India.Tapi situasi pada waktu itu di India terjadi partisi pemisahan negara menjadi India dan Pakistan. Imtiaz yang hampir tewas dibakar oleh orang Hindu akhirnya memutuskan untuk pindah ke Pakistan diikuti sebagian anggota tim Hockey ke Pakistan.

Tapan akhirnya membentuk tim baru dan berlatih di sebuah biara Buddha yang pemimpinnya sangat menyukai Hockey sehingga diijinkan untuk berlatih di sana. Untuk sementara Samrat kembali terlibat untuk melatih para anggota tim Hockey India. Jalan Tapan untuk ke London di hambat oleh Pak Mehta yang sejak awal memang tidak menyukai Tapan. Mehta adalah tipikal orang yang merasa dirinya paling pintar dan pantas untuk mendapatkan sanjungan. Dia menjebakTapan sehingga Tapan akhirnya tidak bisa ikut ke London. Hanya karena campur tangan dari Pak Wadia, pimpinan tertinggi organisasi Hockey India, maka Tapan berangkat sendiri ke London.

Di saat yang bersamaan, Imtiaz juga menjadi kapten tim Pakistan, berhasil membawa Pakistan sampai semifinal walau akhirnya kalah dari tuan rumah Inggris. Tapi di Final, India berhasil memenangkan pertandingan dengan baik dan pertama kalinya India mendapatkan emas di olimpiade London.

Ada beberapa point yang saya catat dari film ini. Isu nasionalisme terlihat sejak awal film dimana saat bus yang berisi para pemain India-Inggris tiba di stadion pertandingan maka ada beberapa pemuda yang langsung memasang bendera India pada bus itu, sehingga mereka langsung dihajar oleh para polisi. Walau begitu, bendera itu disimpan oleh Tapan dan dari situ dia bermimpi untuk membawa emas bagi India.

Hal yang juga menjadi penguat kala di final, mereka tertinggal jauh dari Inggris. Ketidak kompakan tim India berhasil disatukan oleh Tapan atas nama India. Bahwa mereka ada di disitu bukan membawa nama sendiri, tapi membawa nama negara, sehingga pemain kunci bernama Himmat yang sejak awal di simpan oleh Tapan akhirnya bisa dimainkan.

Sosok Himmat ini mendapatkan porsi besar di film ini sebenarnya. Sebagai seorang pemuda yang bersemangat, dan sangat potensial, dia sangat emosi karena tidak pernah dimainkan oleh Tapan. Dia tidak tahu bahwa sejak awal Samrat dan Tapan menganggapnya sebagai pemain kunci yang perlu dimunculkan di saat genting. Para pemain lawan pasti sudah mengamati pemain --pemain yang sudah sering dimunculkan sehingga kemunculan Himmat akan menjadi senjata ampuh di situasi genting. Sementara Himmat menganggap bahwa dia tidak pernah dimainkan gara gara perselisihannya dengan Raghubir.

Raghubir sebagai wakil kapten sejak awal menolak kalau dia menentang Himmat masuk ke tim, itu semua adalah keputusan Tapan. Himmat yang sudah terbakar emosi tidak peduli dan terjadi perkelahian. Hal yang akhirnya justru membuat Raghubir menyatakan bahwa dia akan benar --benar menghalangi Himmat bermain. Dan memang benar, sejak semifinal, Himmat sudah dimasukkan oleh Tapan dalam daftar nama tapi ditentang oleh Raghubir yang didukung oleh Devang sebagai kapten tim dan Mehta. Mereka menganggap sikap Himmat yang tidak disiplin harus di hukum dengan cara tidak dimainkan.

Dari situ saya belajar untuk benar benar bisa mengendalikan emosi dengan baik. Jika tidak tahu akan sesuatu maka akan lebih baik untuk langsung menanyakan ke pihak yangbersangkutan seperti Himmat yang harusnya langsung bertanya kepada Tapan mengapa dia tidak pernah dimainkan, bukan justru membuat asumsi sendiri yang akhirnya justru merugikan dirinya.

Sejak awal dia sudah diperingatkan oleh kekasihnya saat dia tiba tiba memukuli sepupu sang kekasih karena dikira akan melecehkannya. Dari situ kekasihnya mengingatkan aga hati hati sebelum memukul orang karena saat itu mungkin permintaan maafnya tidak akan ditrima.Tapi tenang saja, dia akhirnya dimainkan oleh Tapan di menit menit terakhir dan mampu membalikkan keadaan setelah Tapan berhasil meyakinkan seluruh pemain atas nama nasioalisme, bukan kepentingan pribadi.

Sosok Raghubir sendiri juga cukup menyebalkan, seorang pangeran Raghubir Pratap Singh yang selalu main seorang diri saat bertanding hockey. Sosok yang selalu ingin menjadi sorotan walaupun didukung dengan bakat yang sangatbagus. Mungkin karena dia adalah seorang pangeran yang terbiasa mendapatkan apapun yang dia inginkan dengan mudah maka dia juga berupaya untuk selalu menjadi superstar dalam setiap pertandingan. Dan terlihat betapa egoisnya dia kala dia dicoba dipindahkan dari posisi favoritnya, ke posisi lain. Bagaimana dia terus merengek ke Tapan dan Samrat agar dia bisa kembali ke posisi depan tengah agar bisa selalu menjadi pencetak gol.

Samrat dan Tapan memberikan pengetahuan yang umum tapi sangat penting di film ini, bahwa bermain dalam tim maka harus sangat mengandalkan kerjasama, bukan ingin menjadi seorang superstar seperti yang dilakukan oleh Raghubir. Kerjasama ini terus ditekankan terutama saat mereka berlatih di biara Buddha , karena Tapan dan Samrat melihat bagaimana para anggota tim cenderung berkelompok sesuai asal daerah mereka yang kalau terus dibiarkan akan berbahaya bagi kerjasama tim.

Sosok Mehta sendiri adalah sosok yang menyebalkan. Bagaimana dia menjebak Tapan agar tidak ikut ke London dengan cara membuat dia mabuk sehingga Tapan melakukan tindakan --tindakan gila di pesta tersebut. Yah , Tapan memang seorang pemabuk dan itu juga yang memuat dia dipecat dari beberapa pekerjaannya yang terakhir. Akhirnya Mehta lah yang menjadi manajer tim Hockey India menggantikan Tapan.

Begitu juga saat sudah sampai di London, Mehta tidak menggubris para pemain yang ingin dirinya untuk protes terhadap panitia karena menggabungkan India dan Pakistan dalam satu grup agar hanya salah satu dari mereka saja yang sampai di semifinal. Mehta memiliki sikap arogan dan merasa dia sudah tahu semua sehingga dia tidak mau mendengarkan para pemain India. Akhirnya diadibenci oleh seluruh pemain India (untung saja Tapan Datang ke London tepat pada waktunya, walau tentu saja mengejutkan Mehta)

Film ini rencananya akan dibuat biografi atas sosok Balbir Singh Sr, pemain hockey legendaris india yangmenjadi pemain India saat india memenangkan emas pertama di olimpiade tahun 1948, walau tidak jadi sih. Di kisah aslinya tim India menang 4-0 melawan Inggris, tapi karena ini dibuat film, agar kesan dramatisnya lebih kerasa maka kemenangan tim india adalah 5-4. Agar para actor bisa bermain hoki cukup baik, maka didatangkanlah para pemain hockey professional india yaitu Yuvraj Valmiki dan Sandeep Singh untuk melatih para actor tersebut.

dari film ini saya belajar beberapa point penting:

1. kalau bekerja sesuai dengan passion itu semangat banget tapi kalau tidak sesuai passion, kayak ada yang kurang

2. kebiasaan buruk kalau dibiarkan akan menjadi senjata ampuh untuk diserang

3. untuk meraih kemenangan , maka kerjasama tim harus dilakukan dan mengesampingkan ego maupun perbedaan SARA

4.tidak semua orang menyukai kita, bahkan akan ada orang yang iri dengan kesuksesan kita dan mencari cara untuk menjatuhkan kita

5. untuk meraih keberhasilan sesuai passion, pengorbanan tetap diperlukan agar hasil bisa maksimal.

Film ini disutradarai oleh Reema Kagti dan dibintangi oleh beberapa bintang tenar seperti Akhsay Kumar, Mouni Roy, Kunal Kapoor, serta Vineet Kumar singh. Film ini merupakan salah satu film dengan pendapatan tertinggi di India di tahun 2018, jadi bisa dibayangkan kalau film ini sukses secara komersial. Silahkan di tonton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun