Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang film Gold. Film yang terinspirasi dari kemenangan tim Hockey India pada olimpiade di Inggris tahun 1948 . Film ini bukan kisah nyata murni tapi terinspirasi dari kisah nyata, jadi termasuk dalam film fiksi, yah, setengah fiksi lah. Walau begitu, pesan di film ini sangat kuat sekali.
Film ini menceritakan seorang asisten manajer Hockey yang bernama Tapan Das, bersama dengan tim India Inggris yang menjadi juara olimpiade di tahun 1936 mengalahkan tuan rumah Jerman. Bersama mereka berjanji untuk membawa nama India menjadi juara di olimpiade berikutnya, saat India nanti sudah merdeka.
Sayangnya olimpiade di tahun 1940 dan 1944 dibatalkan karena pecah perang dunia kedua. Baru di tahun 1948, olimpiadde akan diadakan. Tapan Das segera menghubungi konfederasi Hockey India untuk membentuk tim Hockey. Awalnya akan dipilih Samrat yang di tahun 1936 menjadi kapten tim, tapi Samrat yang sudah pensiun kemudian menyarankan rekan setimnya dulu yaitu Imtiaz Ali Shah.
Imtiaz dan Tapan akhirnya melanjutkan mimpi mereka untuk membawa emas bagi india. ,mereka mengumpulkan para talenta berbakat untuk menjadi pemain inti India.Tapi situasi pada waktu itu di India terjadi partisi pemisahan negara menjadi India dan Pakistan. Imtiaz yang hampir tewas dibakar oleh orang Hindu akhirnya memutuskan untuk pindah ke Pakistan diikuti sebagian anggota tim Hockey ke Pakistan.
Tapan akhirnya membentuk tim baru dan berlatih di sebuah biara Buddha yang pemimpinnya sangat menyukai Hockey sehingga diijinkan untuk berlatih di sana. Untuk sementara Samrat kembali terlibat untuk melatih para anggota tim Hockey India. Jalan Tapan untuk ke London di hambat oleh Pak Mehta yang sejak awal memang tidak menyukai Tapan. Mehta adalah tipikal orang yang merasa dirinya paling pintar dan pantas untuk mendapatkan sanjungan. Dia menjebakTapan sehingga Tapan akhirnya tidak bisa ikut ke London. Hanya karena campur tangan dari Pak Wadia, pimpinan tertinggi organisasi Hockey India, maka Tapan berangkat sendiri ke London.
Di saat yang bersamaan, Imtiaz juga menjadi kapten tim Pakistan, berhasil membawa Pakistan sampai semifinal walau akhirnya kalah dari tuan rumah Inggris. Tapi di Final, India berhasil memenangkan pertandingan dengan baik dan pertama kalinya India mendapatkan emas di olimpiade London.
Ada beberapa point yang saya catat dari film ini. Isu nasionalisme terlihat sejak awal film dimana saat bus yang berisi para pemain India-Inggris tiba di stadion pertandingan maka ada beberapa pemuda yang langsung memasang bendera India pada bus itu, sehingga mereka langsung dihajar oleh para polisi. Walau begitu, bendera itu disimpan oleh Tapan dan dari situ dia bermimpi untuk membawa emas bagi India.
Hal yang juga menjadi penguat kala di final, mereka tertinggal jauh dari Inggris. Ketidak kompakan tim India berhasil disatukan oleh Tapan atas nama India. Bahwa mereka ada di disitu bukan membawa nama sendiri, tapi membawa nama negara, sehingga pemain kunci bernama Himmat yang sejak awal di simpan oleh Tapan akhirnya bisa dimainkan.
Sosok Himmat ini mendapatkan porsi besar di film ini sebenarnya. Sebagai seorang pemuda yang bersemangat, dan sangat potensial, dia sangat emosi karena tidak pernah dimainkan oleh Tapan. Dia tidak tahu bahwa sejak awal Samrat dan Tapan menganggapnya sebagai pemain kunci yang perlu dimunculkan di saat genting. Para pemain lawan pasti sudah mengamati pemain --pemain yang sudah sering dimunculkan sehingga kemunculan Himmat akan menjadi senjata ampuh di situasi genting. Sementara Himmat menganggap bahwa dia tidak pernah dimainkan gara gara perselisihannya dengan Raghubir.
Raghubir sebagai wakil kapten sejak awal menolak kalau dia menentang Himmat masuk ke tim, itu semua adalah keputusan Tapan. Himmat yang sudah terbakar emosi tidak peduli dan terjadi perkelahian. Hal yang akhirnya justru membuat Raghubir menyatakan bahwa dia akan benar --benar menghalangi Himmat bermain. Dan memang benar, sejak semifinal, Himmat sudah dimasukkan oleh Tapan dalam daftar nama tapi ditentang oleh Raghubir yang didukung oleh Devang sebagai kapten tim dan Mehta. Mereka menganggap sikap Himmat yang tidak disiplin harus di hukum dengan cara tidak dimainkan.
Dari situ saya belajar untuk benar benar bisa mengendalikan emosi dengan baik. Jika tidak tahu akan sesuatu maka akan lebih baik untuk langsung menanyakan ke pihak yangbersangkutan seperti Himmat yang harusnya langsung bertanya kepada Tapan mengapa dia tidak pernah dimainkan, bukan justru membuat asumsi sendiri yang akhirnya justru merugikan dirinya.