Mohon tunggu...
Juan Alviaro
Juan Alviaro Mohon Tunggu... -

Be who you are and say what you feel. With some more research... :)

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY di Tahun 2012

12 Januari 2012   19:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:58 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Who are you to judge the life I live? I know I'm not perfect and I don't live to be. But, before you start pointing fingers, make sure your hands are clean." - Bob Marley

Banyak sekali kritik kepada pemerintah, yang telah dianggap gagal disebabkan oleh satu orang. Yaitu Presiden.  Salah satunya yang melakukan kritik adalah para anggota DPR bahkan para mantan anggota Dewan. Apakah Presiden pernah mengkritik mereka atau memang tidak boleh?

Pada Tahun 2012 ini terlihat sekali demo-demo, untuk menurunkan pemerintahan. Stasiun Tv semakin menyiarkan berita negatif, negatif, dan negatif. Sehingga masyarakat muak, karena pusing dan masyarakat memilih nonton humor sekalian. Rupanya upaya stasiun Tv itupun tak berhenti, mereka menyajikan humor yang diselingi politik.

Lalu apakah pemerintah diam akan demo-demo itu, tayangan itu, kalau bereaksi, apakah reaksi nya? Sampai ada seorang teman saya yang sampai tidak percaya berita. Karena baginya politik itu kotor dan memuakkan. Sama saja berebut kekuasaan.

Lalu teman saya mendengar ada berita bahwa Indonesia bisa buat robot, mobil, pesawat, bahkan berencana buat satelit, Sineas Indonesia ikut festival Film dunia, siswa sekolah Indonesia menjuarai lomba Fisika tingkat dunia, para pengusaha muda yang masih kuliah, bisnisnya sudah mulai banyak yang sukses. Teman saya seperti menemukan harapan. Dia pun mencari itu di televisi, dia tidak menemukannya. Tau kenapa? Karena  tayangan itu rupanya hanya ada pada jam pagi saat dia berangkat kerja. Dia pun akhirnya sampai nge-"google", "youtube", sosial media, cuma ingin memastikan apa berita itu benar.

Beralih pada perusahaan tempat dimana saya kerja. Saya hanya tau kalau atasan saya Mr. Caldwell, Human Resources Manager (HRM) tempat dimana saya kerja, dipilih oleh direktur untuk memimpin saya, karena dia dinilai mampu. Bukan tempat saya kerja dulu, dimana manajer saya adalah anak direktur.  Saya yakin Mr.Caldwell, dia diangkat menjadi HR Manager harus tanda tangan kontrak, berjanji menjalankan tanggung jawab kerja secara baik, sama saja seperti saya. Hanya beda posisi dan gaji.  Tanggung jawab sama ko pada perusahaan.

Saya pernah mengadu pada atasan kalau kerjaan saya sudah berat, saya uda ga sanggup dan ingin mengundurkan diri. Lalu saya dinasehati. Saya tanya "Bagaimana ya. Apa yang membuat saya dibutuhkan perusahaan ini Sir?". Mr Caldwell menunjukkan balance score card nya, atau statistik kinerja saya selama di perusahaan. "You know, ini yang menjadi tolak ukur saya, absensi kamu, sakit..cuti.. sampai usulan kamu sewaktu meeting, semua yang sudah berjalan maupun yang belum. Ada semuanya".  Saya diam. Mr.Caldwell bilang "Kasih saya alasan yang tepat agar saya bisa menendang kamu dari sini... kontrak kamu belum selesai, bahkan setelah meeting kemarin saya mau menugaskan kamu ke Batam untuk produk kita". Saya diam dan sekaligus bingung. Saya pun kembali ke ruangan tempat saya bekerja seperti biasa.

Saya memang tidak terlalu paham politik. Tapi saya yakin semua pejabat pemerintah baik Presiden, Wakil beserta para Menterinya, para Anggota Dewan yang terhormat beserta staf ahlinya. Semua diangkat berdasarkan perjanjian, (yang pastinya beda dengan saya) yaitu perjanjian sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila. Mereka semua ini tinggal bertanggung jawab sama rakyat.  Berjalan sesuai dengan undang-undang atau tidak, biar rakyat saja yang menilai.

Saya melihat sepertinya pemegang kekuasaan seperti sedang berebut kekuasaan. Aneh sekali. Mungkin ingin kekuasaan lebih banyak lagi. Saya yakin rasa dari kekuasaan itu enak sekali sehingga diperebutkan dengan sikut-sikutan, tes kekuatan, siapa yang paling hebat. Yang terakhir rakyat juga jadi korban. Terprovokasi, demo-demo, fasilitas umum rusak, lalu lintas macet, jatuh korban dsb. Datang aparat. Pendemo coba adu kuat. Dan Aparat sekarang ingin mengatasi semua tapi takut disinggung masalah HAM. Begitulah

Sekiranya saya di perusahaan kalau diminta HRM melaporkan ada yang tidak beres tentang kerja bawahan atau bahkan rekan kerja, apa saya harus tutup mulut. Tentu tidak dibolehkan. Sama saja menyimpan keburukan. Saya bersuara, tapi nanti saya harus siap resikonya kalau saya di cap penghianat oleh rekan kantor saya. Tapi mau gimana lagi atasan meminta saya jujur dalam melaporkan kinerja. Saya melaporkan kinerja staff (karena kebetulan saya staff HRD) dengan laporan absensi karyawan, Reward and Punishment, basis kompetensi kerja mereka. Bagi karyawan yang bermasalah dikenakan peringatan, SP1,2,3, sampai ada yang dipecat, dan saya pun sibuk mencari calon pengganti . Itu sungguh merepotkan, karena sesuai dengan kebutuhan, misalkan soft skill dan hard skill nya harus sesuai  dengan kompetensi yang ditetapkan.

Maksud saya adalah saat kebebasan untuk mengkritik itu diberikan, (karena saya di HRD), itu semua harus objektif. Setiap kekurangan jangan disembunyikan dan jangan pula dilebih-lebihkan. Bila berprestasi, maka dia layak dapat Reward. Bila performance kurang dia layak diberi punishment. Jangan sampai atasan yang mencari tahu yang disembunyikan. Itu bisa berbahaya. Tidak semua karyawan, staff diperusahaan tempat saya bekerja patuh seluruhnya pada Peraturan Perusahaan. Mereka naik turun. ya Fluktuatif lah. Maklum bukan robot. Salah satu alasan konsep reward and punishment berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun