Mohon tunggu...
Juan Karnadi
Juan Karnadi Mohon Tunggu... Penulis - Always Be Helping, Caring, and Loving

Universitas Indonesia Fakultas Teknik Program Studi Teknik Komputer | Digital & Publikasi Yayasan Bayi Prematur Indonesia | Content Creator, Content Writer & Web Developer Sedekah Buku Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Relawan, Lampaui Kemanusiaan

1 Januari 2020   01:10 Diperbarui: 1 Januari 2020   01:19 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Festival Relawan yang diadakan di Ballroom Kuningan City dua pekan lalu (14/12/2019) menjadi momentum yang menyatukan para relawan dengan seluruh elemen masyarakat. Adapun hal yang menjadi nilai tambah dari dunia kerelawanan di mata khalayak luas yang diangkat dalam acara ini. Apa nilai tambah itu?

Ialah transformasi memaknai kerelawanan yang jadi nilai tambahnya. Dari yang sebatas seremonial, berubah menjadi loyalitas, lalu naik kelas menjadi privilege dan puncaknya berujung pada gaya hidup sehari-hari. Itulah relawan, orang-orang mulia yang sanggup lampaui kemanusiaan.

Membangun Awareness

Di Festival Relawan, Sedekah Buku Indonesia diberi kesempatan menggelar booth disana bersama 22 komunitas lainnya yang telah lolos saring oleh panitia dari pihak penyelenggara. Beragam kalangan datang mengunjungi booth kami. Intensinya pun bermacam-macam. Ada yang sekedar merasa penasaran ataupun ingin tahu lebih banyak tentang komunitas kami.

Ada pula yang berdonasi maupun berniat menjadi bagian kami. Dan ada pula yang dengan keseriusan mendatangi kami dengan maksud membangun kemitraan. Kunjungan-kunjungan itu lantas membuat kami menyadari satu tantangan utama, yakni bagaimana membangun awareness di tengah elemen masyarakat secara menyeluruh.

Harus diakui dari pihak Sedekah Buku sendiri masih memerlukan penyempurnaan lebih lanjut akan skema membangun awareness. Mekanisme yang ada saat ini dirasa masih sangat kurang dalam menjaring atensi banyak orang. Pertama-tama yang masih menjadi PR besar bagi kami ialah masalah penyajian konten.

Kami mesti membenahi alur penyajian konten yang ada saat ini untuk berbagai jenis publikasi: posting media sosial; banner / e-flyer; video; dan sebagainya. Dari yang hanya bersifat informatif menjadi lebih dinamis dan atraktif -serta bila memungkinkan disertai infografis; baik dari segi visual maupun substansi.

Dan yang lebih berat lagi yaitu merubah pendekatan kami selama ini dalam memperluas jejaring. Intinya menyiasati supaya lebih cepat tanggap melihat dan menangkap peluang yang ada. Ini dalam rangka memperbanyak jejaring kemitraan juga sekaligus menjangkau lebih banyak penyaluran bahan literasi berkualitas ke banyak perpustakaan sekolah, taman baca serta panti asuhan di seantero Nusantara -terutama daerah dan pelosok. Nyata hal demikian mengharuskan segenap jajaran komunitas Sedekah Buku lebih proaktif dan yang paling urgen mengesampingkan prasangka akan tidak berjalannya kiprah kebermanfaatan sebagai perantara kebaikan melalui gerakan berbagi bahan literasi berkualitas sebagaimana menjadi harapan Sedekah Buku sedari mula.

Keterbukaan, Karakter Sentral

Kami sepenuhnya menyadari bahwa keterbukaan merupakan aspek mendesak yang patut Sedekah Buku dorong lebih intensif. Maksud dari keterbukaan disini adalah menerima, menyikapi, dan mengakui persoalan yang tengah komunitas / organisasi hadapi dengan kerendahan hati dan kelapangan dada. Keterbukaan seperti inilah yang semestinya menjadi karakter sentral para relawan kita.

Mulai dari masalah volunteer lebih dulu. Selama berjalannya lima tahun komunitas Sedekah Buku Indonesia, kami merasa kekurangan jumlah personel, baik di Jabodetabek maupun daerah lain yang sudah berjalan roda kegiatannya: Yogyakarta dan Makassar. Maka pada kesempatan acara Festival Relawan kemarin, kami sekalian mengajak para pengunjung booth bergabung, menjadi bagian dari Sedekah Buku Indonesia. Pendaftaran pun sudah kami buka lewat situs (www.sedekahbuku.id) dan juga platform IndoRelawan. Dan mekanismenya berorientasi memelihari keterlibatan jangka panjang dengan kesediaan dari calon relawan sendiri.

Lalu keterbukaan ini mengantarkan Sedekah Buku pada kelanjutan lainnya, yaitu merancang sebuah program pengembangan diri dari anak muda untuk anak muda. Ide ini datang kala kami mendapati makin gentingnya keadaan kesehatan mental di era menjamurnya generasi milenial. Banyak diantaranya yang rentan mengalami depresi, keterpurukan, stress, juga kecemasan berlebih. Intinya,

Sedekah Buku berkeinginan memberikan wadah bagi mereka, pemuda/i agar bisa menyalurkan emosi secara sehat dan positif lewat program ini. Dan orientasi program ini lebih mengedepankan penggiatan kebersamaan, sehingga kelak bisa menggerakan anak muda mengatasi kesendirian. Itu sebabnya setiap kita mesti bergerak memajukan karakter keterbukaan yang membawa komunitas / organisasi pada kesadaran demi kesadaran yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Melepas Ego

Act is always being the measure of one's truest character. Begitulah pepatah universal yang ada. Dan ini berlaku bagi semua kita, segenap umat penghuni semesta ini. Saya ingin mengangkat satu cerita pada Anda semua.

Kisah ini datang dari seorang teman yang pernah menyelami dunia relawan. Ia membagikan pengalamannya bersama mantan pacar mengurusi anak-anak yang tinggal di tempat sampah dalam naungan sebuah yayasan. Kegiatannya sendiri yakni mengumpulkan anak-anak tadi dalam satu tempat yang dibarengi dengan ikhtiar membangun lingkungan yang positif dan harmonis di sana.

Tujuannya mengarahkan mereka agar kelak jadi manusia yang bermakna, bermanfaat bagi bangsa dan negara. Ia pun berujar betapa membahagiakannya pengalaman berbagi yang ia dapat itu selama menyelami dunia kerelawanan. Itulah pencapaian tertinggi bagi relawan: kisah kasih yang memungkinkan tumbuhnya rasa mencintai dan dicintai.

Tantangan terberat dari rangkaian proses pembelajaran akan visi kerelawanan terletak pada kesanggupan memahami kesusahan dan pula kesanggupan menjalaninya tanpa merusak diri dengan sifat bias, iri dan prasangka. Sebab menjadi relawan selalu menuntut kita untuk tidak terus berlarut dalam kesusahan sendiri. Dan setiap kita perlu merubah kesadaran agar tak melulu menuntut dan meminta; melainkan berada pada kesediaan melayani.

Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.

Juan Karnadi
Volunteer JABODETABEK
Sedekah Buku Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun