Sahabat, kawan, ataupun teman. Apapun panggilan kalian, aku yakin itu panggilan wajar. Kali ini aku ingin mengupas petualangan pribadiku, kaitannya dengan rekrutmen PLN.
Kurang lebih 5 tahun yang lalu, aq seorang jobseeker, saat itu aku bekerja di salah satu media cetak. Meskipun kerja, sesekali aku nyempatin lihat website, mau nyari petualangan baru gitu.hoho.. nah pas lagi browsing, ternyata kampusku ngasi pengumuman ada penerimaan PLN. Wah..buat aku, ini kesempatan yang gak mungkin datang 2 kali, gak ada salahnya mencoba.
2 hari kemudian, aku udah melengkapi semua persyaratan. Tepat di hari terakhir pendaftaran, aku sudah melengkapi semua persyaratan. Alhamdulillah.
Soal rekrutmen PLN, kampusku menggunakan metode penerimaan dengan Direct shopping, jadi seperti kerjasama lewat kampus dan tahapannya agak sedikit. kalau aku bandingkan dengan metode penerimaan job fair, agak berbeda. Di job fair bisa ada 7 tahapan yang harus dilalui oleh pelamar kerja, sementara direct shopping cuma 4 tahap saja. Itu yang aku tahu. Mau kayak apapun metode penerimaannya sebetulnya tidak masalah, yang utama ialah kesiapan si pelamar kerja. Setuju ya?
Kali ini aku hanya mengupas direct shopping, karena kebetulan pengalaman pribadiku sendiri.
Menjelang test dimulai, sebetulnya aku tidak banyak persiapan khusus, cuma aku pribadi punya beberapa trik yang buatku itu ternyata ampuh, buktinya saat ini aku udah jadi bagian dari PLN. Hehe..bukan sombong y, cuma sharing saja, karena sekarang bicara bukti bukan janji. (mirip politis y..ahaii)
Baca juga : Ayo menoleh sejenak ke Pasukan Khusus PLNÂ
Sebelum test kerja, ada baiknya kita mengetahui dulu filosofi dasar kita memulai kerja. Kenapa perlu? semua yang kita lakukan terasa biasa kalau tidak ada prinsip. Jadi itu jawabannya mengapa perlu, coba saja baca filosofi kerja ini, dalam 3 kata buat kerja nyata menjadi inspiratif
Filosofi kerja itu sudah aku amalkan, terutama pada tahap pertama yaitu Psikotest, buatku sebetulnya psikotest merupakan tes mendasar, bagi tingkat akademisi sepertinya sudah menguasai, karena soal-soalnya tak jauh mengenai kemampuan dasar. Meskipun dasar bukan berarti sepele ya, tetap juga harus dipelajari dan dikuasai. Singkatnya, dalam menghadapi test aku membutuhkan wawasan, nalar dan ketelitian.
Aku sendiri sebetulnya membacaa buku psikotest (termasuk) kosakata itu baru aku lakukan saat sebelum test, hehe ketahuan deh.. tapi bagiku yang lebih mendukung justru kebiasaan yang dilakukan diskusi dengan menggunakan kata ilmiah, jadi bagi kalian yang senang diskusi atau yang belum, coba dibiasakan berdiskusi dengan kosakata ilmiah dan bermain logika.
Selain sinonim/antonym/analogi, ada yang namanya Paulitest, Wartegg Test, tes analog verbal. 3 test ini memang sangat butuh ketelitian dan logika, saat itu waktu yang diberikan sangat terbatas, sementara soalnya banyak banget, jujur bikin aku gegabah. tapi aku mencoba tetap tenang, karena logika atau ketelitian tidak akan jalan kalau terburu-buru. Itu prinsipku, meskipun waktu yang diberikan terbatas aku tetap tenang, karena aku yakin yang diperhitungkan adalah jawaban yang benar, bukan jawaban yang banyak tapi keliru menjawab.