Mohon tunggu...
Just Riepe
Just Riepe Mohon Tunggu... Guru (Honorer) -

I am a simple people (Reading, writing, singing, watching, traveling)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ngaliwet bersama Teteh dan Keluarganya

15 Maret 2018   21:24 Diperbarui: 15 Maret 2018   21:54 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasinya belum mateng (Dokumentasi Pribadi)

Tak jarang, semua anggota keluarga terlibat dalam pengerjaannya. Ibu-ibu biasanya kebagian tugas memasak nasi liwet, yaitu nasi yang dibuat dengan cara merebus beras secara langsung dengan sejumlah air tertentu (ukurannya harus pas) dan diberi bumbu (bawang merah, bawang putih, daun salam, batang serei, cabe rawit, garam, penyedap, daun kemangi atau kadang ditambah ikan asin), membuat tumis-tumisan (biasanya kangkung atau genjer), goreng tempe dan yang tak kalah wajib, sambal dan lalap. Sementara, bapak-bapak kebagian membakar ikan atau ayam.

Ketika sudah matang, nasi liwet akan digelar di atas daun pisang lalu disantap secara berjamaah. Woow ... bagian ini adalah yang paling ditunggu. Karena biasanya banyak diselingi dengan banyolan-banyolan konyol, atau celetukan-celetukan kocak yang bersifat jail. Aturan mainnya: dilarang baper atau sakit hati, rugi! Ha ha.

Oya, waktu saya mengadakan syukuran pindah rumah beberapa waktu lalu, kebetulan Teteh (kakak perempuan -- Sunda), yang tinggal agak jauh, tidak bisa hadir karena ada keperluan lain yang lebih urgent. 

Jadi dia minta dibuatkan acara khusus bersama keluarganya. Baik, saya pun menyambut dengan suka cita bahagia damai sentausa. Dan setelah sepakat masalah waktu penyelenggaraan, yang biasanya alot dalam penentuannya karena banyak kepentingan yang tidak penting, atau sok jadi penting, pada akhirnya bisa dilaksanakan.

Bertepatan dengan hari kasih sayang, Teteh dan keluarganya benar-benar datang, dan menginap di rumah saya. Tapi, yang membuat saya lebih senang dan gembira adalah, tentengannya itu lho! 

Lobster, ikan laut beraneka jenis, jambu citra merah yang dipanen dari depan rumah, dan ikan asin khas Parigi (dibuat dari ikan laut besar, tidak terlalu kering dan tidak terlalu asin), cukup untuk bekal ngaliwet sekeluarga besar.

Tanpa banyak basa-basi, semuanya langsung diproses. Liwet-liwet-liwet, bakar-bakar-bakar, asam manis, saus tiram, selesai. Hasilnya pun segera diserbu ramai-ramai. Tak lupa candaan, celetukan dan jail-jailan tak pernah ketinggalan. Akhirnya bukan hanya perut yang kekenyangan tapi pipi juga jadi sakit karena kebanyakan ketawa. Pastinya seru banget dong.

Lobster Bakar (Dokumentasi Pribadi)
Lobster Bakar (Dokumentasi Pribadi)
Hal-hal semacam inilah yang selalu dirindukan. Apalagi dengan saudara yang tidak bisa tiap hari ketemu, karena terhalang ruang dan waktu. Pastinya ada kangen yang berjarak, yang butuh untuk digenapi.

Dan yang paling membahagiakan lagi adalah, Teteh datang dengan membawa kabar bahwa putrinya atau keponakan saya akan segera mengakhiri masa lajangnya. Resepsi akan dilaksanakan hari Minggu, tanggal 18 Maret 2018, atau tiga hari lagi dari sekarang. 

So, selamat ya untuk Eka Widyastuti dan Riyan Fauzi. Semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warrohmah. Aamiin.

Pokoknya nanti setelah rangkaian acara pernikahan selesai dan tuntas, kita bikin ngaliwet lagi, ok!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun