Mohon tunggu...
Just Riepe
Just Riepe Mohon Tunggu... Guru (Honorer) -

I am a simple people (Reading, writing, singing, watching, traveling)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[LOMBAPK] Ayam-ayam Nackal!

14 Januari 2017   07:02 Diperbarui: 14 Januari 2017   08:06 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mengangguk. Untuk urusan penataan ruang, saya serahkan sepenuhnya pada Istri. Biarkan saja dia bebas berkreasi, lagian kalau dibantah juga suka cemberut. Hehe. Saya pun menurut segera ke kamar mandi. Seharian di tempat kerja membuat badan terasa lengket.

Selepas magribh, kami mulai berkeliling pada tetangga dekat. Mereka menyambut dengan ramah. Suasana akrab pun cepat terjalin. Sungguh, kami merasa senang memiliki tetangga yang baik dan penuh kekeluargaan.

Euleuh-euleuh, atuhsi Mas teh ngawulang di SMA?!” pekik Bu Asep dengan logat Sundanya yang khas. Rumahnya persis di sebelah kiri rumah saya, tidak terhalang apapun.

“Iya, Bu. Tapi masih honorer.” Saya menjawab malu-malu.

“Ih, biarin we masih honorer juga, siapa tahu nanti mah diangkat jadi PNS, nya Neng, nya?” katanya sambil melirik wanita cantik yang duduk di samping saya. Dan dia pun tersenyum, lalu mengangguk mengaminkan.

“Ya udah, pokonya kalau ada apa-apa mah jangan sungkan-sungkan atuh ya, hubungi we ka Ibu. Sing betah di sini ya Mas, ya, Neng. Di sini mah begini geuning, masih kampung, jalan juga masih bararecek. Ih sebeleun pamarentah teh! Padahal kita mahmeni patuh bayar pajak teh,da sieun kadengda, ibu mah!” Bu Asep malah nyerocos. Saya dan Istri hanya tersenyum.

“Ih, ari si Ibu, kalah ngomong teu pararuguh, jadi kana pamarentahan sagala! Keun we da udah ada yang ngatur itu mah!”sergah Pak Asep. Wajahnya berubah sedikit tegang.

“Biarin we, da emang begitu kenyataannya! Dari dulu ge belum wae dibenerin!” Bu Asep tetap ngeyel.

Saya dan Istri akhirnya memutuskan untuk pamit, semoga saja perseteruan ini tidak berlanjut. Hehe.

Ih, padahal mah nanti we, masih sore keneh da!” tahan Bu Asep.

“Mm, anu Bu, masih banyak yang harus dibereskan, belum semuanya,” jawab Istri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun