Mohon tunggu...
Just Riepe
Just Riepe Mohon Tunggu... Guru (Honorer) -

I am a simple people (Reading, writing, singing, watching, traveling)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[LOMBAPK] Ayam-ayam Nackal!

14 Januari 2017   07:02 Diperbarui: 14 Januari 2017   08:06 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Oh, ya udah atuh, adatna yang pindahan mah, gak beres seminggu, hehe.” Bu Asep terkekeh. Kami pun jadi ikutan, tak terkecuali Pak Asep.

“Kalau begitu, kami pamit sekarang. Mari Bu, Pak, maaf sudah mengganggu waktunya!” Saya dan Istri pun bangkit, lalu menuju ke luar. Tak lupa menyalami keduanya.

“Eh, tunggu...” Bu Asep memanggil, begitu kami sudah hendak keluar pagar. “Ini ada sedikit makanan, namanya kecimpring, dibuat dari singkong, nyicipin ya?”

“Ah, Ibu. Kami juga ndak bawa apa-apa. Makasih banyak ya, Bu.” Istri saya menerima. Bu Asep tersenyum, mungkin senang bisa berbagi dengan tetangga barunya. Hingga akhirnya kami pun benar-benar dilepasnya.

***

Masa beres-beres akhirnya terlewati. Barang-barang sudah menemukan tempatnya. Meski terkadang, Istri masih suka geser-geser untuk mengubah posisi. Tapi tidak serepot pekerjaan sebelumnya.

Selanjutnya, kami mulai menata halaman depan dan juga pekarangan di belakang. Lumayan masih ada sisa tanah sedikit. Kami pun memanfaatkan untuk menanam aneka sayuran; cabai, terong, bayam, tomat, singkong, lobak, katuk dan lainnya. Kata Istri, lumayan untuk menghemat uang belanja, dan juga ikut melaksanakan anjuran Pak Menteri, terkait harga cabai yang melambung tinggi. Ok deh!

“Maaass! Siniiii...!” teriak Istri histeris pada suatu pagi. Saya tergopoh menemuinya. Kaget, dan khawatir terjadi sesuatu padanya.

Ono opo tho, De?” Setibanya di sana saya langsung bertanya. Dia sedang berdiri melihat kebun mungil kami. Tangannya kuat mencengkram sapu lidi.

“Tanaman kita ancur, Mas! Abis semuanya, diceker-ceker ayam! Tuh, lihat!” katanya mengadu. Ada emosi yang tertahan.

Benar saja, kebun kami jadi berantakan. Tanaman-tanaman yang baru tumbuh itu tercerabut dari akarnya, batang-batangnya patah, daun-daun berguguran, berserakan seperti baru terkena angin puting beliung. Acak-acakan! Dan, di sisi kanan, sekelompok ayam tampak tengah bergembira, seolah merayakan misinya yang berhasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun