Mohon tunggu...
Just Riepe
Just Riepe Mohon Tunggu... Guru (Honorer) -

I am a simple people (Reading, writing, singing, watching, traveling)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Cinta

11 Januari 2017   15:18 Diperbarui: 11 Januari 2017   15:21 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayo naik!" Kamu menyuruh, karena aku hanya diam saja. Aku pun segera naik di belakangmu, dan tak lama motorpun melaju, entah kemana. Aku ikut saja, karena aku yakin akan aman bersamamu.

Sepeda motormu meliuk-liuk menerobos arus kendaraan yang deras. Sesekali mataku terpejam karena takut seperti akan menabrak kendaraan lain. Tanpa sadar aku pun memeluk tubuhmu.

Aku tak tahu kamu akan membawaku kemana, karena semakin jauh, aku semakin tak mengenal jalan ini. Sepertinya aku belum pernah jalan-jalan hingga sejauh ini. Dimanakah? Kamu terus saja memacu sepeda motormu. Aku tak berani bertanya, khawatir mengganggu konsentrasimu. Aku hanya melihat pemandangan di sepanjang jalan. Sudah mulai sepi. Arus kendaraan tidak sepadat tadi. Namun cukup indah. Di kiri-kanan ditumbuhi pohon-pohon yang menghijau, menjulang tinggi. Juga dipenuhi bunga-bunga liar yang bermekaran, warna-warni. Tiba-tiba motormu berbelok ke arah kanan, meninggalkan jalan utama dan memasuki jalan setapak. Disini tampak semakin sepi. Sebenarnya kamu hendak membawaku kemana? Dan apakah sesuatu yang ingin kau tunjukkan?

Tak lama menyusuri jalan setapak, tiba-tiba kamu menghentikan sepeda motormu. Kita pun berhenti di situ. Dan tampaklah di hadapan kita sebuah telaga yang menghampar luas, ditumbuhi bunga-bunga rawa beraneka warna, disorot mentari sore yang keemasan, dihiasi burung-burung yang beterbangan, maka terciptalah panorama yang sangat indah. Ah, dimanakah ini? Apakah ini syurga?

"Kamu suka tempat ini?" tanyamu lengkap dengan senyum menghias bibirmu. Aku mengangguk. Sungguh, aku sangat menyukainya. Disini begitu indah, sejuk dan tenang. Banyak pemandangan yang bisa kulihat, ikan-ikan yang berenang sesuka hati, angsa putih yang menari dan langit biru yang terbentang kokoh. 

"Aku juga suka. Sangat suka. Di sini aku merasa tenang, seperti menemukan dunia sendiri," katamu bertutur. "Makanya aku sering kesini, kalau lagi senang atau lagi sedih, telaga ini yang selalu menjadi temanku. Telaga ini juga yang sering menjadi inspirasiku. Oh iya, aku juga menulis, lho."

"Menulis? Menulis apa?" 

"Ya, menulis apa saja, puisi, cerpen, juga novel."

"O ya, aku suka puisi, aku juga suka novel, boleh kan aku membaca karyamu?" Aku merajuk, seperti anak kecil yang minta dibelikan permen.

"Boleh, besok jam 4 sore, Kamu datang saja kerumahku, aku simpan semuanya di laci lemari kamarku. Kuncinya aku taruh dibawah kasur," jawabmu menunjukkan tempat dimana menaruh karyamu.

"Kamu tidak menerbitkannya? Sayang kalau hanya disimpan saja," sesalku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun