Mohon tunggu...
Just Riepe
Just Riepe Mohon Tunggu... Guru (Honorer) -

I am a simple people (Reading, writing, singing, watching, traveling)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hapus Air Matamu, Dita!

1 Januari 2017   21:57 Diperbarui: 1 Januari 2017   22:23 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Model: Rani Ambarwati (ig: rani_amb)

Lulus SMA, keinginanku untuk bisa kuliah begitu kuat. Aku merasa, nilai ijazah dan SKHUN-ku tidak mengecewakan. Tapi tentu untuk kuliah biaya yang diperlukan semakin besar, mungkin tidak akan cukup dari hanya jualan pulsa seperti ini, meski aku syukuri, bisa memiliki sedikit tabungan dari hasilnya, tapi itu tidak akan cukup untuk biaya kuliah.

Aku kembali memeras otak, bersama paman aku kembali berdiskusi, mencari peluang apa lagi yang bisa dijalani. Kami sepakat, kalau aku jadi kuliah aku mengambil kelas karyawan saja, agar waktu kuliahnya bisa dipadatkan, jadi aku masih punya waktu untuk membantu paman mencari uang tambahan. Tapi dengan cara apa? Aku belum tahu.

Paman tidak tinggal diam, bahkan Dito pun ikut urun suara, berbagai peluang usaha yang terpikir kami bahas, dan musyawarah kami mufakat untuk membuka kedai jus di pinggir jalan dekat pasar kecamatan, sekalian sama kue-kue basah dari tetangga itu, barang yang lain bisa sambil jalan nantinya. Lumayan disana ada space yang cukup strategis untuk mangkal, dilalui orang-orang yang mau ke pasar, juga anak-anak sekolah. Paman akan membantu, Dito juga, jadi kita akan bergiliran menunggu kedai, sesuai dengan waktu masing-masing. Ups, kalau kedai kayanya terlalu mewah deh, ini sih hanya gerobak kaki lima saja.

Langkah selanjutnya adalah menyusun konsep dan mengumpulkan modal. Untunglah jeda dari lulus SMA dengan jadwal kuliah cukup panjang, jadi waktu sepanjang itu bisa aku maksimalkan untuk melaksanakan ide kami. Lagi-lagi paman yang menyumbang modal paling besar, karena memang kebutuhan modal kali ini tidak sedikit, untuk membuat gerobak, beli blender dan juga bahan-bahan, buah-buahan, gula, susu, dan lain-lain. Untungnya untuk mangkal di pinggir jalan kita tidak dikenakan uang sewa. Dan kali ini paman pinjam dari bosnya.

Hari pertama launching (buka lapak, maksudnya), hanya laku tiga cup, hari kedua lima cup, hari ketiga delapan cup, hari keempat lima cup lagi, yang jelas satu minggu pertama masih belum terlihat hasilnya. Mungkin karena mental dagang sudah merasuk di jiwaku, aku tidak merasa gentar dengan keadaan itu. Terkadang sembari belanja buah-buahan di pasar, aku ngobrol dengan sesama penjual lain, bagaimana cara mulai membuka usaha, karena tentu ini beda dengan jualan keliling dan jual pulsa di sekolah. Banyak sekali masukan yang bisa kutampung, rata-rata mereka menyarankan untuk bersabar, dan ditekuni. Sikap mental sangat menentukan, apa yang terbersit di hati, benar-benar harus dijaga, jangan sampai ada perasaan menyerah atau aral. Aku setuju. Banyak pengusaha yang tidak langsung berhasil begitu buka usahanya. Namun, dengan adanya pembeli, mengindikasikan bahwa jualanku diterima pasar, meski belum maksimal.

Menyerah? Tidak! Pengalaman sudah mengajariku tentang perjuangan. Menyerah hanya akan menjadikanku semakin lemah. Yang kita butuhkan hanya kesabaran dan ketekunan lebih, ditambah doa dan strategi. Yap, strategi yang tepat akan memberikan hasil lebih baik. Setelah kami berdiskusi lagi, maka kami menyusun beberapa strategi, yang pertama, untuk anak sekolah, ada diskon beli berlima dapat 1 cup freeaneka rasa, tapi harus makan di tempat. Yang kedua, untuk yang upload foto selfie di media sosialnya, dapet 1 cup free juga. Program itu kita sebarkan lewat media sosial yang kita punya, dan juga lewat beberapa anak sekolah yang kita mintai bantuan untuk menyebarkan di sekolahnya, tentu anak itu mendapat fasilitas free. Ah, aku merasa seperti pengusaha besar saja, pakai bikin program promo segala. Tapi memang, program itu cukup berhasil, lambat laun pembeli meningkat jumlahnya, yang secara otomatis akan meningkatkan omzet. Aku harus bisa nabung, untuk mencicil modal pinjaman dari bos Paman Handi dan juga biaya kuliahku yang harus di bayar.

Alhamdulillah, pada saat perkuliahan di mulai, kedaiku sudah lumayan ramai, hingga paman memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan total mengurus kedai. Satu hal lagi yang bisa ku kembangkan, kebetulan kampusku berada di kota kabupaten, dan jadwal kuliahku hanya tiga hari, kamis-sabtu, maka tiga hari aku kos di sana, dan empat hari aku di rumah, otomatis harus bolak-balik, setiap rabu sore berangkat dan sabtu sore pulang. Hal ini tentu sangat menyita ongkos bis. Otak bisnisku pun beraksi lagi, mencari cara agar bisa sekedar untuk mengganti ongkos. Untuk itu, aku membeli kerudung atau pernak-pernik lain yang kira-kira di kampungku belum ada, bakal dijual lagi di sana. Kadang aku juga memanfaatkan media sosial untuk menawari teman-teman SMA-ku yang jauh, dan lumayan ada saja yang membeli. Atau kadang aku juga menerima pesanan dari mereka yang ingin beli barang apa. Lumayan, sambil menyelam makan mie goreng. Hehe.

Tak terasa dua tahun lagi kuliahku selesai, mohon doanya, o ya... aku mengambil jurusan Bahasa Inggris, kalaupun nantinya tidak jadi guru, aku bisa buka kursus di rumah, sambil bisnis tentunya. Dan aku juga mohon doa dari semuanya, sekarang aku sedang mengumpulkan uang untuk bisa membeli kaki palsu, agar tidak perlu memakai jangka lagi, juga alat pendengaran untuk Dito, semoga ada rezekinya. Amin.

Hanya itu sekelumit pengalamanku, girls. Mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk kita semua. Terkadang hidup menyuguhkan hal yang tidak kita inginkan, tapi yakinlah akan hadiah terindah yang disiapkan Tuhan jika kita mau menerimanya dengan sabar dan ikhlas. Jangan jadi cewek cengeng, air mata bukan satu-satunya senjata cewek untuk menghadapi kenyataan, bangkit dengan senyum, berjuang dengan tulus dan tetap semangat menjalani hidup akan memberikan begitu banyak energi positif. Jangan lupa terus bersyukur dan berterima kasih pada orang-orang di sekitar kita. Karena berkat mereka kita bisa bertahan. Keep fight!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun