Mohon tunggu...
Joy Manik
Joy Manik Mohon Tunggu... Mentor -

Seorang suami dari satu istri dan dua anak. Seorang mentor yang menyenangi buku dan musik. Seorang manusia yang berdosa sejak dalam kandungan. Dipilih oleh Allah sebelum dunia dijadikan. Ditebus oleh Kristus. Dan hidup dalam pemeliharaan Roh Kudus! - - 'i do what i think. and i think what i believe'

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Orang Tua, Andalah Pahlawan Sesungguhnya!

10 November 2015   10:52 Diperbarui: 10 November 2015   17:17 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - keluarga (Shutterstock)

Orang tua adalah pahlawan! Mereka berjuang saat yang lain menyerah, mereka beraksi saat yang lain sembunyi. Maka sebagai orang tua saya ingin berbagi kepada pahlawan-pahlawan lainnya tentang perjuangan ini.

A – Arahkan (directing)
Setiap orang tua bertugas mengarahkan dan bukan mendikte. Mengarahkan dan bukan memerintah. Anak akan merasa bahwa hidupnya adalah milik orang tuanya saat kita hanya memerintah dan bukan mengarahkan. Usia anak terus bertambah. Dan seiring pertambahan usianya, anak akan semakin dewasa.

Dalam tahap awal kami mengarahkan Deon dengan ‘memerintah’. Deon, ayo berhenti main.Sekarang makan! Tapi di usia 3-5 tahun Deon mulai diarahkan untuk berdiskusi. ‘Deon, ayo makan supaya nanti bisa main..! Dan pada usia 5 tahun kami mengajak Deon untuk berpartisipasi. ‘Deon, kamu mau makan kapan? Kalau makan sekarang, nanti Deon bisa langsung main..kamu pilih yang mana?’ Kadang sebagai orang tua kita merasa harus terus memerintah anak dan lupa untuk mengarahkan mereka. Hingga anak-anak cenderung terus menunggu tanpa punya inisiatif untuk melangkah.

 

B – Berikan (giving)
Anak membutuhkan pemberian. Setiap senin saya berusaha memberikan waktu khusus berdua dengan Deon. Saya berikan dia kesempatan untuk memilih tempat dan apa yang mau Deon lakukan. Tidak hanya itu. Ketika dia berhasil melakukan sesuatu di sekolah atau di rumah kami memberikan dia reward atau penghargaan. Ya! Anak membutuhkan pemberian. Tapi ingat kalau pemberian bukan hanya hadiah saat ia berhasil, tapi juga hukuman saat mereka salah. Keduanya harus berjalan beriringan. Anak perlu belajar apa yang menjadi hak-nya tapi juga perlu mengerti kewajiban-nya.

Deon kami minta untuk berdiri sore itu. Dia melakukan kesalahan. Dan Deon tahu kalau kami marah. Dia sempat berkata agar jangan dihukum. Tapi kami coba menjelaskan bahwa hukuman itu pun karena kami mengasihi dia. Deon pun berdiri. Kali ini Deon tidak terlalu banyak menangis. Setelah selesai saya memangil dia dan memastikan apa yang dia langgar. Lalu kami berdoa. Biasanya Deon minta maaf lebih dulu pada Tuhan lalu saya juga mendoakan dan minta ampun pada Tuhan jika salah. Memeluk dia dan kemudian selesai. Dan anda tahu. Ini bukan akhir segalanya. Deon tetap mengulangi kesalahannya.

Namun Deon bertumbuh menjadi anak yang sadar bahwa hukuman adalah bagian dari pemberian. Sebagaimana dia dapat hadiah karena apa yang baik yang ia lakukan, demikian pula saat ia melakukan pelanggaran. Tentu tidak semua pelanggaran kami lakukan pola yang sama. Tapi yang terpenting adalah Deon tahu apa yang ia tuai saat melakukan kebaikan dan sebaliknya saat ia melakukan pelanggaran.

 

C – Cari dan Temukan (founding)
Suatu kali kami Tanya Deon. ‘Deon, kamu khan sekarang ikut les piano ya. Deon, senang tidak main piano?’ atau Deon mau coba alat musik lain?’ Mencari dan menemukan bakat anak adalah tugas kita sebagai orang tua. Bukan sekedar tugas sekolah. Dan salah satu cara menemukan bakat mereka adalah dengan apa yang mereka senangi. Tentu saya setuju kalau anak kadang cenderung berubah dan tidak tekun. Dan kita perlu mendampingi mereka. Namun kita tetap harus sadar. Anak-anak ini masih anak-anak. Artinya, waktu mereka masih cukup panjang. Mereka masih dalam waktu untuk bermain sambil belajar. Sulit memang jika kita hidup dalam iklim pendidikan di Indonesia. Iklim yang kadang memberikan tuntutan yang terlalu tinggi dalam aspek kognitif (pengetahuan) tapi masih kurang minim di aspek karakter (moralitas).

Mencari dan menemukan bakat anak sejak kecil akan menolong kita untuk menumbuh kembangkan rasa percaya diri anak. Mereka bisa bertumbuh dengan pemahaman bahwa hidup mereka berarti dan bermanfaat. Arahkan, berikan kesempatan dimulai dari mencari dan menemukan.

D – Disiplinkan (Discipline)
Calista (22 bulan) turun dari mobil dan berlari masuk mendapati saya di dalam rumah. Saya jongkok dan berniat memeluk dia. Setelah beberapa langkah masuk ke dalam rumah, tiba-tiba dia berhenti dan berbalik keluar. Tidak sempat berfikir mengapa. Ketika Calista jongkok dilantai dan membuka sepatunya sendiri dan membawanya ke rak sepatu. Saya tersenyum lebar dan sambil memeluk dia seraya berkata: ‘Thank you ya cantik…!’

Anak-anak belajar melalui visual dan bukan sekedar verbal. Saya belajar bahwa disiplin anak bukan sekedar aturan dan kesepakatan orang tua bersama anak. Kita perlu memberikan contoh. Saya perlu memberikan contoh. Benar sekali! Teladan! Kata ini sudah semakin jarang kita temukan. Dalam jaman seperti ini, anak-anak kehilangan figur. Bagaimana tidak! Kita sebagai orang tua kadang hanya menuntut anak mengikuti apa yang kita katakan tapi bukan apa yang kita lakukan.

E – Empati (Empathy)
Setiap manusia memiliki tanki (baca: jerigen) kasih. Dan tanki kasih manusia ini tidak boleh sampai kosong. Demikian juga anak-anak. Mereka sangat membutuhkan kasih dari orang tuanya. Dan salah satu caranya adalah dengan memahami perasaan mereka.

Deon membawa secarik kertas. Di dalamnya ada gambar dan coretan-coretan yang ia buat. Saat itu saya sedang dalam keadaan yang ‘sibuk’. Ada tugas yang perlu saya selesaikan. Dan ketika itu Deon menunjukkan kertas tersebut pada saya. Sebenarnya dalam hati saya sempat berkata pada diri sendiri. ‘Nak, kamu khan pernah gambar itu. Dan lebih bagus. Yang ini biasa saja.’ Saya sempat berniat untuk melihat dan merespon singkat saja. Tapi tidak saya lakukan. Saya meninggalkan pekerjaan saya. Memeluk Deon dan bertanya: ‘Gambar apa itu bang?’Deon menjawab: ‘Ini papah dan Deon!’sambil menunjuk gambar di dalam kertas itu.  Terus mamah dan Calis dimana ?Deon menjawab: ‘Mamah dan Calis di dalam rumah. Papah sama Deon karena papah sayang Deon..!’

Kalimat itu sangat sederhana. Tapi maknanya sangat dalam. Anak perlu tahu bahwa orang tua menyayangi mereka. Dan itu dimulai dengan menaruh empaty pada hal-hal yang terlihat kecil yang mereka tunjukkan. Jangan menganggap remeh apa yang membuat anak-anak kita senang. Karena mereka tahu apa itu basa-basi walau mereka tidak dapat mengutarakannya.

10 November adalah Hari pahlawan! Setiap tahunnya kita akan merayakan dan mengenang bersama jasa para pahlawan. Tahun ini saya mencoba melakukan refleksi sederhana mengenai hari pahlawan. Hingga merenungkan satu kalimat yang berkata: ‘Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya’. So True!

Kita bicara mengenai pahlawan bangsa yang tidak pernah kita lihat tapi ada banyak ‘pahlawan’ lain yang kelihatan namun tidak kita hargai. Siapakah mereka? Para orang tua! Diri kita sendiri. Anda dan saya. Kita adalah pahlawan yang sedang dalam perjuangan. Kita pahlawan yang terlihat! Dan medan perang belumlah usai. Kita patut memberikan penghargaan bagi para pahlawan bangsa ini. Namun para pahlawan hadir karena ada orang tua yang mendidik mereka.

Hari ini berikan penghargaan pada orang tua kita sebagai pahlawan dan sekaligus diri kita sendiri sebagai orang tua. Menjadi orang tua tugas mulia. Jangan kita sia-siakan. Pengorbanan tiada batas, bendera putih tak mungkin terkibar. Maju terus pantang mundur.

Setiap pagi matahari bangun dari peraduannya. Membangunkan manusia untuk bergegas bangkit dari istirahatnya. Anak-anak tumpuan bangsa sedang berdiri menanti kita.
Didiklah anak dalam takut akan Tuhan karena dari merekalah akan lahir patriot bangsa!

Terima kasih Papah dan Mamah. Kalian adalah pahlawan bagiku!

Selamat Hari Pahlawan!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun