Mohon tunggu...
Joy Gloria Irahay Karetji
Joy Gloria Irahay Karetji Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana

Mahasiswa progdi Hubungan Masyarakat Fakultas Teknologi Informasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perang, Cinta dan Takdirku

12 Oktober 2024   05:37 Diperbarui: 12 Oktober 2024   06:29 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 

Pada suatu siang, saat aku sedang bekerja tiba-tiba terlintas dalam pikiranku bahwa Spanyol adalah tempat yang pas untuk membangun keluarga seusai perang nanti. Dan malam itu ketika kami telah selesai melakukan pekerjaan kami, aku dan Enzo duduk di atas atap ruangan kami, malam itu sangat indah kami menikmati langit yang dipenuhi dengan bintang-bintang. Sambil bercerita tentang saat pertama kami bertemu dan pekerjaan kami selama 2 bulan terakhir, kami berjanji untuk selalu menjaga dan membahagiakan satu sama lain sampai nafas terakhir hidup kami. Tak lama kemudian ada seorang perawat yang memanggil dan menyuruh aku agar segera ke pos utama untuk menerima telepon. Setelah selesai menerima telepon, aku bergegas naik ke atas dan berkata kepada Enzo "Kepala Markas Jerman menelepon karena ada keadaaan darurat dan membutuhkan bantuan kita untuk membantu prajurit-prajurit yang terluka parah akibat perang yang begitu hebat semalam!", tanpa berpikir panjang kami berdua langsung turun dan menyiapkan barang-barang kami dan pergi ke pos utama. Ketika tiba disana, kami diperintahkan untuk ke lapangan terbang bersama dengan petugas-petugas lain yang akan diberangkatkan ke Markas Besar di Jerman. Dalam pernerbangan menuju Markas Besar aku berkata kepada Enzo "Saat peperangan ini sudah selesai, kita akan kembali ke Spanyol dan membangun keluarga kita disana", sambil berpegangan tangan kami bertatapan satu sama lain, "Aku berjanji kita akan kembali bersama ke Spanyol untuk membangun keluarga baru kita" jawab Enzo sambil tersenyum dan mengeratkan genggamannya.

 

Saat pesawat mendarat di markas besar Jerman, kami bergegas menuju ruangan kami masing-masing untuk menyiapkan diri dan peralatan-peralatan yang akan gunakan untuk bekerja. Setelah kami bersiapsiap, Kepala Markas memerintahkan agar kami segera berkumpul di depan ruang perawatan untuk pembagian tugas dan kelompok. Kemudian, setelah itu aku bersama anggota kelompok lainnya berlari ke bangsal-bangsal dan saat aku berlari aku melihat ke arah Enzo yang sedang tersenyum haru melihat keadaan yang sedang terjadi di tempat ini. Senyuman Enzolah yang memberiku semangat dan tekad yang kuat untuk melakukan tugasku. Keadaan darurat ini berlangsung selama 2 bulan dan berakhir pada akhir tahun 1942.

 

Menolong orang adalah hal yang sangat ingin kulakukan sejak aku masih kecil, dimana pada saat itu aku melihat banyak sekali orang yang terluka dan berteriak meminta tolong. Aku masih seorang anak kecil yang ingin sekali membantu dan tak tahu apa yang bisa kuperbuat. Itu adalah alasan aku untuk menjadi seorang perawat dan akhirnya dengan menjadi perawatlah Tuhan menakdirkan pertemukanku dengan Enzo.

 

Pada awal tahun 1943, prajurit-prajurit yang sudah siapkan untuk kembali berperang dikirimkan ke Uni Soviet untuk mempersiapkan serangan besar di Rusia Tengah. Dan saat dibacakan daftar nama prajurit yang akan dikirimkan, Enzo juga termasuk dalam daftar tersebut. Saat mendengar hal itu aku terjatuh dan hampir saja tidak sadarkan diri karena selama beberapa tahun ke belakang aku tak pernah terpisah jauh dari Enzo, aku langsung dibawa ke ruanganku untuk beristirahat. Melihat aku terbaring seperti itu Enzo tak tega melihatku dalam keadaanku itu, dia hanya ingin menghabiskan sisa waktunya denganku sebelum pergi berperang. Saat aku sudah sadarkan diri yang aku lihat hanyalah Enzo, dengan senyumannya yang manis dan berkata kepadaku "Semuanya akan baik-baik saja aku janji. Ingatlah satu hal, bahwa aku tidak akan pernah mengingkari janjiku. Kamu juga harus berjanji untuk tidak bersusah hati saat aku pergi dan kamu harus kuat karena kamu harus menolong orang banyak karena itulah hal terpenting dalam hidupmu". Aku hanya bisa mengangguk dan meneteskan air mata karena keadaanku masih sangat lemah, yang aku inginkan hanya satu, agar Enzo bisa kembali kepadaku dengan selamat tanpa berkurang sehelai rambutpun. Keesokan harinya di pagi yang cerah, Enzo membawaku ke Pohon Cemara tempat dimana biasanya kami menghabiskan waktu bersama untuk duduk dan membacakan buku yang sangat banyak kepadaku dan berkata "Hari ini bukanlah hari terakhir kita duduk dibawah pohon yang sangat bersejarah dalam hidup kita ini, jangan khawatir karena suatu hari nanti entah kapan waktu itu akan datang kita akan duduk di bawah pohon ini bersama lagi". 

"Lorenzo St.John maukah kamu berdansa denganku di bawah pohon yang sangat indah ini?" tanyaku sambil berdiri dan tersenyum melihatnya dan kemudian kami berdansa sambil menggumamkan sebuah lagu. Setelah berdansa kami memutuskan untuk kembali bekerja karena ada beberapa prajurit yang terluka akibat persiapan perang. Malam itu adalah malam yang sangat indah, Enzo dan aku berjalan mengelilingi markas dan melihat bulan purnama yang begitu indah, angin malam yang begitu sejuk, dan akhirnya kami duduk di sebuah batu yang besar dan bercerita tentang masa kecil kami. Saat aku masih kecil aku adalah seorang anak perempuan yang sangat rajin, pintar, dan sering menolong orang tua tetapi saat aku berumur 5 tahun aku hampir saja mati karena keracunan makanan karena aku senang sekali untuk mencoba hal baru. Kalau Enzo, saat masih kecil dia adalah anak yang sangat bertanggung jawab, murah hati dan senang sekali mengganggu orang lain bahkan dia pernah mendorong Ayahnya ke sungai saat mereka sedang berpiknik di pinggiran sungai. Kami berdua begitu menikmati keindahan pada malam itu sampai tertidur pulas di atas batu itu. Tidak terasa pagi telah tiba, kamipun bangun dan berlari kembali ke markas karena Enzo harus menyiapkan barang-barang yang akan di bawanya dan berkumpul di pos utama untuk mendengarkan arahan dari Kepala Markas. Sekarang adalah waktunya untuk berpisah, aku hanya bisa memeluknya dan berkata "Semoga Tuhan menyertaimu selalu, aku mencintaimu dan lekaslah kembali". "Semoga Tuhan menyertaimu juga dan kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Aku berjanji untuk menepati janjiku untuk kembali kepadamu" jawabnya sambil mencium keningku, aku mengantarnya sampai ke sisi landasan pesawat sampai saat dia menaiki tangga dan masuk ke dalam pesawat. Seusai pesawat yang membawanya berangkat, aku kembali ke ruanganku dan melanjutkan pekerjaanku. Sore itu ada suara tembakan yang terdengar sangat jelas dari markas kami, saat itu aku sedang mengobati prajurit yang baru saja kembali dari Uni Soviet. Semua orang terdiam dan para prajurit dengan cepat mengambil senjata mereka dan berbaris mengelilingi markas, ternyata itu hanyalah tembakan salah sasaran dan membuat semua orang panik. Hari berlalu begitu cepat, tak ku sangka Enzo sudah pergi selama 3 minggu dan belum ada kabar dari Kepala Markas tentang keberadaan mereka. Aku hanya bisa berdoa dan meminta pertolongan Tuhan untuk menyertai Enzo dan para prajurit lainnya. 

 

Suatu pagi, ada rombongan prajurit yang datang dari arah Timur dan terluka parah. Aku segera mengobati para prajurit itu dan aku bertanya kepada salah satu prajurit "Bagaimana keadaan disana? Apakah sangat berbahaya?","Keadaan disana sangat mengerikan, selama aku menjadi seorang prajurit aku tak pernah mengalami keadaan seburuk itu. Menurutku prajurit Jerman akan kalah karena pertahanan Uni Soviet sangat baik" jawabnya. Aku tak percaya dengan perkataan prajurit itu karena yang kutahu Jerman mempunyai pertahanan yang baik. Saat sudah menyelesaikan pekerjaanku, aku langsung berjalan menuju tempat makan dan setelah itu aku kembali ke ruanganku dan berbaring sambil membaca buku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun