Mohon tunggu...
Joyce Silvia
Joyce Silvia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Sekolah

hiii kompasianer !!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Terduga

30 September 2022   20:33 Diperbarui: 30 September 2022   20:36 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kami dari Padalarang Pak."

"Jauh juga ya, kalian mau saya ramal tidak ? saya bisa meramal loh."
Ucapan bapak tua tersebut membuat kami semakin takut dan terheran-heran. Apa maksud dari perkataanya itu. Kami bertiga hanya menanggapi nya dengan senyuman. Dirasa apa yang sedang terjadi membuat perasaan ini tidak nyaman apalagi dengan gerak-gerik bapak tersebut yang aneh. Kami pun saling memberi kode untuk megecek hp masing-masing, membicarakan bagaimana caranya agar kami dapat pergi dari tempat itu.

Dalam chat group selagi mendengarkan ocehan bapak tua tersebut, kami membuat rencana atau misi dimana aku menyarankan agar Kika melakukan acting dimana ia sedang di telpon mamanya. Semua rencana tersebut kami tuangkan dalam chat group yang ada, selama saling memberikan pesan di chat suasananya terasa semakin tidak nyaman. Aku pun memberi kode kepada Kika untuk segera melakukan acting tersebut agar kita bisa pergi menjauh dari sang bapak tua itu. Kika yang mengerti pada kode yang aku berikan pun langsung menjalankan rencana yang sudah kami buat.

"Halo mah, oh udah nyampe di tempat biasa ngejemput ? oke deh ini Kika, Joyce, sama Kyla mau kesitu kok."
Ucap Kika dengan gesture seolah-olah sedang menelepon Ibunya. Harus ku akui acting dia cukup bagus untuk seseorang yang tidak memiliki basic dalam dunia per - acting - an. Setelah itu pun kami segera berdiri dari tempat duduk tersebut, seolah mengerti sang Bapak tua itu pun ikut berdiri.

"Ga jadi nunggu damri kalian teh ?"
Ucapnya.

"Iya pak gajadi, udah dijemput ternyata. Duluan ya Pak kami pulang dulu."
Ucapku.

Kami pun langsung bergegas dari tempat itu dengan Kika yang masih tetap dalam mode bersandiwara. Karena dirasa kami sudah berada jauh dari jangkauan bapak tua tadi, kami berniat untuk duduk sebentar. Namun betapa kagetnya kami ketika melihat bapak tua tersebut muncul kembali dari arah depan kami, seolah-olah dia seperti sedang mengikuti kami. Aku langsung memberikan kode kepada Kyla dan Kika untuk bangkit berdiri agar kita bisa lanjut berjalan menjauhi bapak tua tersebut. Aku berjalan dengan perasaan campur aduk, perasaan cemas, takut, panik semuanya menjadi satu. Aku juga tahu bahwa Kyla dan Kyka merasakan hal yang sama. Karena terus berjalan kami tidak sadar bahwa kami sudah ada di perempatan jalan. Hal tersebut mengharuskan kami untuk menyebrang. Namun ketika akan menyebrang dari kejauhan kami melihat ada seorang ODGJ yang berjalan, mengamuk, sambil membawa pisau lalu menodongnya ke setiap orang yang jalan.

Aku merasa semakin takut dan juga ragu karena jika kami berhenti atau balik badan maka yang akan kami hadapi adalah bapak tua tadi, sedangkan jika kami terus maju yang akan kami hadapi adalah ODGJ yang dimana sudah pasti menyeramkan. Aku dan Kyla sudah hampir menangis tapi Kika dia yang paling bisa tenang diantara kami bertiga dia menuntun kami untuk tetap terus berjalan kedepan. Walau ragu namun aku dan Kyla tetap ikut melakukanya. Setelah menyebrang posisi kami akan semakin dekat dengan ODGJ sedangkan bapak tua tadi ia memilih untuk berhenti mengikuti kami dengan memilih berbelok menuju zebra cross. Melihat hal itu membuatku menjadi sedikit lebih tenang karena setidaknya masalah yang akan kami hadapi tinggal satu. Ketika semuanya terasa buntu tiba-tiba ada seorang om-om yang menyuruh kami bersembunyi di belakang mobil. Om-om tersebut sepertinya adalah pemilik dari bengkel tempat dimana kami bersembunyi sekarang. Aku benar-benar bersyukur karena dipertemukan dengan orang baik. Ketika kami meyumput di belakang mobil, kami menyaksikan ODGJ tersebut yang semakin tidak terkendali ia membuat pembatas jalan berantakan, dan menondongkan pisau yang ia pegang kepada setiap orang yang lewat dan berusaha menghentikan apa yang sedang ia lakukan.

Namun untungnya setelah itu munculah seorang Pak Polisi yang dengan gagahnya berjalan menghampiri ODGJ itu berada yaitu tengah jalan, Pak Polisi tersebut dengan mudah, cepat dan lihai mengambil pisau yang ada di pegangan ODGJ tersebut. Ia pun menarik tangan ODGJ tersebut membawanya ke tepi jalan karena ia telah menghalangi jalan dan membuat kemacetan terjadi. Setelah itu Pak Polisi tersebut kembali ke jalan untuk membenarkan pembatas jalan yang tadi sudah di buat berantakan. Setelah semua kondisinya aman dan kembali kondusif kami bertiga pun keluar dari tempat persembunyian kami di belakang mobil yang ada di bengkel tersebut.

"Makasih ya Pak, sudah boleh menumpang untuk bersembunyi." Ucap Kyla kepada bapak baik hati itu.

"Iya sama-sama, kalian ini masih pada kecil lain kali kalo mau jalan-jalan jauh seperti ini harus di dampingi orang tua untuk sekiranya mencegah hal-hal buruk yang akan terjadi. Apalagi seperti tadi, kalau ada apa-apa bagaimana ? kan pasti bakal bikin orang tua dan keluarga di rumah panik dan juga sedih."
Ucap bapak bengkel baik hati tersebut. Jam sudah menunjukan pukul jam 6 sore, sudah pasti damri sudah tidak lewat lagi jika sudah jam segini. Ternyata kepanikan dan masalah belum juga selesai. Baterai HP kami masing-masing sama-sama lowbat membuat kami takut jika nanti HP nya mati kami tidak bisa mengabari orang rumah untuk bisa menjemput. Kami akhirnya melakukan diskusi kembali namun kali ini kami berdiskusi secara langsung sambil duduk di halte.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun