Menurut Ensiklopedia Sastra Indonesia, Sutan Takdir sendiri merupakan seorang sastrawan Indonesia yang menuang berbagai seni pikirannya ke dalam karya tulis. Beliau lahir di Tapanuli, Sumatra Utara, tanggal 11 Februari 1908, dan menutup hayatnya pada 31 Juli 1993.
Selain gemar menciptakan puisi atau novel, beliau juga sering menulis artikel-artikel dalam koran atau majalah yang menyinggung masalah sosial dan agama. Beliau sendiri dikenal sebagai pemikir kebudayaan yang kontroversial karena pemikirannya yang cenderung berkiblat kebarat-baratan.Â
Namun tidak bisa dipungkiri, karya-karyanya telah diakui berhasil mengembangkan kesusastraan Indonesia. Beberapa dari karyanya yang terkenal selain Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940) adalah Tak Putus Dirundung Malang (1929) dan Dian yang Tak Kunjung Padam (1932).
Cerita Anak Perawan di Sarang Penyamun sendiri memiliki tema besar percintaan dengan sedikit bumbu petualangan yang dialami para tokoh. Jenis rangkaian peristiwa yang membangun cerita ini berbentuk alur maju.Â
Dari awal hingga akhir cerita, berbagai kejadian menghampiri kehidupan para tokoh dengan perannya masing-masing.Â
Diawali dengan sang tokoh utama, Medasing. Pada awal cerita, ia diceritakan sebagai sosok yang antagonis. Hal ini terlihat saat adanya percakapan antar tokoh yang menceritakan perbuatan keji Medasing yang tega membunuh Haji Sahak ketika merampoknya. Sosok Medasing sendiri dikenal sebagai seseorang yang kejam dan garang.Â
Namun pada akhir cerita, perkembangan karakter Medasing dapat terlihat setelah kejadian ia bertobat hingga menjadikannya tokoh protagonis. Berbicara tentang tokoh protagonis, Sayu yang merupakan anak perawan Haji Sahak juga merupakan salah satunya.Â
Dari awal hingga akhir cerita, Sayu diceritakan sebagai tokoh yang berbudi luhur dan lemah lembut. Semua itu didukung dari tutur kata dan perbuatan yang dilakukannya saat berinteraksi dengan tokoh lain.
Di sisi lain, terdapat tokoh Samad yang merupakan salah satu dari para penyamun.Â
Samad digambarkan sebagai tokoh antagonis dalam cerita ini, terbukti dari perilaku dan pemikirannya yang licik dan jahat. Samad juga tak segan-segan mengkhianati kawannya sendiri demi keserakahannya.Â
Selain dari itu, terdapat pula tokoh lain yang berperan membantu jalannya cerita seperti Sanip, Tusin, Amat, Sohan, Sima, Bedul dan istrinya, serta Nyi Hajjah Andun.Â