Karya sastra merupakan perpaduan antara kreativitas dan kemampuan dalam menorehkan kisah fiksi hasil dari imajinasi manusia dalam sebuah karya berbentuk tulisan. Horatius (dalam Teeuw, 1984:183) memaparkan bahwa karya sastra dapat memberikan dua fungsi baik itu sebagai penghibur maupun sebagai fungsi ilmu pengetahuan.Â
Novel juga melukiskan secara tidak langsung mengenai sebuah kisah dari imajinasi penulis yang mengandung nilai-nilai esensial sesuai dengan tema yang diangkat dalam cerita tersebut. Biasanya, nilai moral yang secara spesifik ada kesinambungan timbal balik antara sastra dengan sosiologi yang terfokuskan pada permasalahan kehidupan sosial manusia. Oleh karena itu, nilai moral tentang kehidupan sosial pada novel yang paling mendominasi jika dipadankan dengan puisi atau drama.
Novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan merupakan novel karangan pertamanya yang ternyata sempat ditolak oleh empat penerbit. Kemudian, pada tahun 2002 novel ini berhasil diterbitkan melalui kerja sama Akademi Kebudayaan Yogyakarta dan Penerbit Jendela, setelah itu diterbitkan kembali tahun 2004 oleh PT Gramedia Pustaka Utama.Â
Selain itu, novel ini juga telah banyak diterjemahkan ke dalam 34 bahasa dan berhasil mendapatkan penghargaan-penghargaan, antara lain World Readers Awards di tahun 2016, Prince Claus Awards di tahun 2018, serta masuk ke dalam daftar 100 buku terkemuka versi The New York Time di tahun 2015 (Gramedia, 2022).
Novel legendaris ini memvisualkan tokoh utamanya sebagai wanita blasteran Indo-Belanda yang populer karena kejelitaan dan aura kharismanya yang mampu membius setiap orang yang memandangnya. Salah satu daya tarik dari novel ini adalah penulis mengambil latar waktu pada zaman kolonialisme hingga akhir masa kolonial. Ia dipaksa menjadi seorang pelacur dengan keadaan yang lemah dan dijadikan sebagai tumbal atas kepentingan nama baik keluarga, adat, kebijakan, dan nafsu berahi laki-laki.
Fenomena perbudakan seksual pada realita kehidupan yang sering kali dijadikan korban atau objek utamanya ialah seorang perempuan. Dalam novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan, ia dengan sengaja memosisikan suatu keadaan sosial budaya yang berkaitan dengan peristiwa sejarah Indonesia sebagai bentuk dari konkretisasi sastra.Â
Novel Cantik Itu Luka menghadirkan narasi yang kompleks mengenai keadaan sosial budaya zaman kolonial hingga akhir masa kolonial. Secara eksplisit novel ini menekankan bentuk-bentuk kritik feminis yang mengarah pada kekerasan seksual kaum perempuan yang masih dianggap rendah, bodoh, dan hanya sebagai patung penghibur laki-laki biadab pada masa penjajahan. Seorang wanita pada masa itu diibaratkan sebuah permata indah yang hanya dijadikan hiasan sebagai pemuas nafsu seksual oleh para laki-laki. Hal tersebut terbukti dari kutipan berikut.
"Apa kau masih mengharapkanku?" tanya Ma iyang.
"Seluruh tubuhku telah dijilati dan dilumuri ludah orang Belanda, dan kemaluanku telah ditusuk kemaluannya sebanyak seribu seratus sembilan puluh dua kali."
Novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan menampakkan betapa rakus dan kejinya tokoh Belanda terhadap penduduk pribumi, terlebih kepada para kaum perempuan. Dalam tokoh Cantik Itu Luka, gadis pribumi dan gadis Belanda masih terlalu belia dan tidak pantas untuk dijadikan seorang gundik. Kurniawan juga menggambarkan tokoh juragan Belanda yang tamak terhadap gadis pribumi bernama Ted Stammler. Kebanyakan dari tokoh lelaki Belanda tersebut sudah memiliki keluarga lengkap dengan istri dan anak, tetapi mereka hanya mementingkan keinginan rekreasi seksual yang tak bermoral tersebut. Hal yang disampaikan di  atas tersebut juga dalam kutipan novel.
"Dan yang lebih menyedihkan dari itu semua, orang Belanda rakus dan penuh berahi itu adalah kakekku sendiri." kata Dewi Ayu.