Namun, ternyata mereka dipaksa menjadi seorang pelacur. Mereka sering disiksa dan mendapat tindakan kekerasan secara fisik maupun psikis, sebagian besar penyiksaan ini terjadi karena keengganan mereka melayani hasrat seksual militer Jepang. Perempuan-perempuan malang tak berdaya harus menghabiskan waktu muda mereka oleh kekejaman dunia yang terpenjara bersama makhluk keji bernama manusia.
"Kecemasan datang dari ketidaktahuan," kata Dewi Ayu.
"Kau pikir kau tau apa yang akan terjadi atas kita?" tanya Ola.
"Ya," jawabnya. "Jadi pelacur."
Melalui karakter Dewi Ayu, Eka Kurniawan ingin menyampaikan bahwa sebuah kertas putih yang sudah tergores tinta hitam tidak akan bisa kembali menjadi sempurna dan sesuci seperti sedia kala. Layaknya kehormatan dan kebahagiaan yang dirasakan Dewi Ayu yang sudah hilang sirna dalam sekejap.Â
Oleh karenanya, wanita itu menggoreskan kembali tinta tersebut hingga memenuhi seluruh permukaan kertas. Hal ini disebabkan Dewi Ayu berpikir mengapa ia tidak meneruskan saja pekerjaan tersebut yang sudah menyebabkan dirinya hidup di balik asap hitam tak bercahaya karena Dewi Ayu yakin sebab Tuhan punya cara-Nya sendiri untuk menghadirkan, menjauhkan, dan membahagiakan umatnya yang tidak pernah bisa kita duga-duga. Akan tetapi, Dewi Ayu tidak pernah mengakui dirinya sebagai pelacur atas keinginannya sendiri melainkan karena sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H