Mohon tunggu...
Jovita Cloudia
Jovita Cloudia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Komponen Pengembangan Pariwisata Bukit Lawang

22 Desember 2023   13:06 Diperbarui: 22 Desember 2023   13:44 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Putri Rahel Natalia1, Daniel Ortega2, Jovita Cloudia3, Romauli Basa4, Veriando Purba5

Politeknik Pariwisata Medan, Medan, Indonesia

Abstrak

Bukit Lawang adalah sebuah tempat wisata yang terletak di Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara terkenal sebagai pusat rehabilitasi orangutan yang didirikan pada tahun 1973 untuk melestarikan populasi orangutan yang semakin berkurang akibat perburuan, perdagangan, dan deforestasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bagaimana pengembangan pariwisata berkelanjutan di Bukit Lawang menggunakan 5 (lima) komponen pengembangan pariwisata yaitu Attraction, Accessibilities, Amenities, Acomodation, dan Activity serta untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan pariwisata di Bukit Lawang. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara,observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan pengembangan pariwisata di Bukit Lawang belum optimal, masih ada yang perlu di perbaiki dari masing-masing komponen tersebut.

Kata Kunci : Komponen, Pengembangan Pariwisata, Bukit Lawang

 

PENDAHULUAN

         Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menunjang tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan. Keberadaan pariwisata sangat erat hubungannya dengan SDGs. Adanya pariwisata akan membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pencapaian SDGs. Namun di sisi lain, pariwisata juga bisa menjadi hambatan dapal pencapaian tujuan tersebut apabila pariwisata tidak dikelola dengan baik dan benar. Pariwisata yang dikelola dengan baik akan dapat menyasar berbagai target seperti pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, modal untuk pengembangan kesehatan masyarakat yang lebih baik, timbulnya inovasi dan industri penunjang, memacu adanya konsumsi dan produksi yang lebih bertanggungjawab. Selain itu pariwisata juga akan memacu adanya kesetaraan gender dengan adanya pelibatan berbagai pihak dalam aktivitas pariwisata (Chairunnisa, 2020).. Bukit Lawang adalah sebuah tempat wisata yang terletak di Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Tempatini berada di dalam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), sehingga masih memiliki alam dan lingkungan yang asli. Bukit Lawang terkenal sebagai pusat rehabilitasi orangutan yang didirikan pada tahun 1973 untuk melestarikan populasi orangutan yang semakin berkurang akibat perburuan, perdagangan, dan deforestasi. Bukit Lawang memiliki kekayaan alam berupa keragaman flora dan fauna. Kawasan ini memiliki flora berupa bunga raflesia yang langka dan 3500 spesies tumbuhan lainnya. Bukit Lawang juga memiliki 103 spesiesreptil, 285 spesies burung, 35 spesies amphibi, serta primata (Sinuhaji, M. 2017). Selain itu, Bukit Lawang juga memiliki pesona alam yang indah, seperti sungai Bahorok, hutan tropis, dan goa kelelawar. Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan di Bukit Lawang antara lain trekking di hutan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, rafting di aliran sungai Bahorok, dan bertemu dengan orangutan. Bukit Lawang juga merupakan salah satu warisan dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO (Dellatore, Waitt, &Foitovà, 2014). Bukit Lawang dapat dicapai dengan waktu tempuh sekitar 2-3 jam dari Kota Medan. Meskipun sempat terkena bencana banjir pada tahun 2003, Bukit Lawang berhasil dibangun kembali dan kini menjadi destinasi wisata yang populer. 

METODE PENELITIAN 

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif, yaitu untuk memberikan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta pegembangan pariwisata Bukit Lawang. Tempat atau wilayah (lokus) pelaksanaan penelitian ini adalah di Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, sedangkan situs dalam penelitian ini adalah Bukit Lawang. Jenis dan sumber data dalam penenelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan dokumentasi. Analisis dan interpretasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), serta kesimpulan atau verifikasi data (conclution drawing). Teknik Analisis data yang digunakan peneliti adalah Teknik Analisis Komponensial (Sugiyono, 2017).

HASIL DAN PEMBAHASAN. 

Pengembangan Pariwisata Bukit Lawang 

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan 6 dimensi pengembangan pariwisata yaitu Attraction, Accessibilities, Amenities, Acomodation, dan Activity untuk menganalisis pengembangan pariwisata Bukit Lawang.

 1) Attraction 

      Berbagai atraksi wisata menarik disajikan di Bukit Lawang supaya memberikan kesan kepada pengunjung. Bukit Lawang terkenal sebagai pusat rehabilitasi orangutan yang didirikan pada tahun 1973 untuk melestarikan populasi orangutan yang semakin berkurang akibat perburuan, perdagangan, dan deforestasi. Wisatawan dapat bertemu dengan orangutan di Bukit Lawang. 

2) Accesbilitty 

      Akses mencakup fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh wisatawan untuk menuju destinasi wisata, sehingga harus tersedia jasa seperti penyewaan kendaraan dan transportasi lokal, rute atau pola perjalanan (Cooper dkk, 2000). Bukit Lawang dapat dicapai dengan waktu tempuh sekitar 2-3 jam dari Kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian lapangan yang dilakukan peneliti, aksesbilitas di Bukit Lawang belum cukup baik dan masih menjadi kendala karena jalan menuju Bukit Lawang yang belum memadai. Dalam hal ini, akses menuju Bukit Lawang dan meningkatkan aksesibilitas dengan perbaikan jalan dan fasilitas transportasi menuju Bukit Lawang. Memodernisasi fasilitas umum, seperti toilet, tempat parkir, dan taman, untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan. 

3) Amenities 

     Di kawasan Bukit Lawang terdapat beberapa fasilitas di buki tlawang, seperti transportasi, akomodasi, lahan parkir, gazebo, toilet, musholla dan restoran. 

4) Activities 

      Wisatawan dapat melakukan trekking di hutan kawasan Taman Nasional GunungLeuser yang memiliki kontur tanah relative berbukit dan kondisi tanah yang cenderung basah dan berlumpur layaknya jenis tanah di kawasan hutan hujan tropis. Wisatawan dapat melakukan aktivitas rafting di aliran sungai Bahorok yang memiliki air sungai yang bersih.

5) Accommodation

 Terdapat beberapa penginapan di Bukit Lawang, mulai dari guest house hingga hotel. Yaitu Hotel Orangutan, Wisma Batu Mandi, Waterstone Guesthouse, Etalauser Jungle Gate EcoResort Bukit Lawang, Asim Paris Guesthouse, Rambai Tree Jungle Lodges, Sumatra Jungle Trek in - Trips Orangutan, Junia Guesthouse Bukit Lawang, Ida Guesthouse & Restoran dan Rain Forest Guesthouse. Dalam hal ini, pengelola melaksanakan kebijakan dan regulasi yang mendukung pariwisata berkelanjutan, seperti pembatasan jumlah kunjungan harian ke Taman Nasional Gunung Leuser dan kebijakan pengelolaan sampah.  

Analisis SWOT Wisata Bukit Lawang 

1) Strengths 

     Bukit Lawang terletak di dalam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), sehingga masih memiliki alam dan lingkungan yang asli. Bukit Lawang terkenal sebagai pusat rehabilitasi orangutan yang didirikan pada tahun 1973 untuk melestarikan populasi orangutan yang semakin berkurang akibat perburuan, perdagangan, dan deforestasi. Pesona alam yang indah, seperti sungai Bahorok, hutan tropis, dan goa kelelawar dapat dinikmati di Bukit Lawang. Terdapat beberapa fasilitas di Bukit Lawang, seperti transportasi, akomodasi, dan restoran.

2) Weaknesses 

      Aksesibilitas ke Bukit Lawang masih menjadi kendala karena jalan menuju Bukit Lawang yang belum memadai. Kurangnya promosi dan sosialisasi terkait kapasitas situs pariwisata Bukit Lawang. 

3) Opportunities

     Potensi untuk pengembangan pariwisata yang lebih baik lagi, sehingga dapat meningkatkan PAD dan kesejahteraan warga sekitar. Dapat dikembangkan sebagai desa wisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Dapat dikembangkan strategi pemasaran pariwisata yang menarik dengan menawarkan produk dan layanan pariwisata yang terjangkau dengan berbagai pilihan.

 4) Threats

 Ancaman kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia, seperti deforestasi dan perburuan. Ancaman bencana alam, seperti banjir yang pernah terjadi pada tahun 2003. Ancaman pandemi COVID-19 yang dapat mengurangi jumlah kunjungan wisatawan. Dari analisis SWOT tersebut, dapat disimpulkan bahwa Bukit Lawang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata yang menarik. Namun, perlu dilakukan upayaupaya untuk mengatasi kendala-kendala yang ada dan memanfaatkan peluang yang tersedia agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan memperkuat industry pariwisata di daerah tersebut. 

KESIMPULAN 

Pengembangan pariwisata di Bukit Lawang belum dikatakan optimal. Hal tersebut disebabkan karena masih belum optimalnya komponen-komponen pengembangan pariwisatanya. Bukit Lawang adalah destinasi wisata yang menawarkan pengalaman alam yang luar biasa dan kekayaan biodiversitas di hutan hujan Sumatera Utara, Indonesia. Destinasi ini menonjolkan daya tarik alam, khususnya pengamatan orangutan liar dalam habitat aslinya dan berbagai aktivitas ekowisata. Sejumlah kekuatan Bukit Lawang termasuk keragaman alam, pusat rehabilitasi orangutan, aktivitas ekowisata, aksesibilitas yang semakin baik, pilihan akomodasi yang beragam, dan komunitas lokal yang ramah. Namun, ada juga tantangan yang perlu dihadapi, seperti perlindungan lingkungan yang lebih baik, pengembangan infrastruktur, dan manajemen pertumbuhan pariwisata yang berkelanjutan. Dengan upaya yang tepat, Bukit Lawang memiliki peluang besar untuk berkembang menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan, yang tidak hanya menjaga keindahan alamnya tetapi juga memberikan manfaat ekonomi kepada komunitas lokal. Hal ini memerlukan kerjasama antara pemerintah, lembaga konservasi, komunitas lokal, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menjaga keberlanjutan dan kualitas wisata di Bukit Lawang.

 DAFTAR PUSTAKA 

Chaerunnisa, F. 2020. ANALISIS KOMPONEN PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA WISATA WONOLOPO KOTA SEMARANG. E-journal Undip. 

Sinuhaji, M. 2017. Pengendalian Kawasan Wisata Alam Dan Hubungannya Dengan Ketataruangan. Jurnal Geografi, 1(1), 73-76.

Cooper, dkk. 2000. Tourism Principles and Practice Second edition.United States of America: Longman. 

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun