Dalam 4 bulan, Anda bisa membuat sekitar 300 gamelan (dari kecil hingga gong) yang diproduksi. Harganya tergantung  jumlah dan ukuran gamelan yang diinginkan. Satu set gamelan  lengkap bisa ditaksir hingga puluhan juta rupiah.
Para pengrajin gamelan di Desa Wirun membuat lebih dari sekedar gamelan Jawa. Gamelan Bali juga dibuat oleh pengrajin lokal. Sementara itu, mereka tidak hanya menerima pesanan untuk rumah tangga. Gamelan buatan pengrajin di desa Birun diekspor ke berbagai negara termasuk Jepang dan Malaysia.
Desa Wirun juga memiliki sumber daya alam yang cukup besar yaitu embung pengantin, nantinya kawasan ini akan dikembangkan dan dikelola untuk berbagai rekreasi bagi warga lokal, maupun luar
Spot wisata selanjutnya adalah Embung Pengantin, yang berada di Dusun Godegan, Embung Pengantin cukup murah dan memiliki banyak spot foto yang bagus. Tiket masuknya hanya 2.000 rupiah untuk premotor dan 5.000 rupiah untuk mobil, dan pengunjung diberikan bonus berupa makanan ikan dalam wadah seukuran segelas air minum kemasan. Pagi dan sore hari adalah waktu yang tepat untuk berkunjung. Karena  matahari tidak terlalu terik
Kita bisa memberi makan ikan dari atas jembatan atau dari tepi kolam. Ada ikan mas dan nila. Dan di sebelah utara waduk terdapat taman dengan berbagai macam bunga. Ini juga merupakan tempat  yang teduh untuk menikmati bendungan ini. Ada dua observatorium mini dengan gubuk azumoro dan pengintai segitiga. Pokoknya Instagramable
Embung Pengantin juga dapat dinikmati dengan menyewa sebuah perahu dayung kecil berkapasitas 4 orang, dikenakan biaya Rp10.000. Sedangkan harga satu perahu yang bisa mengangkut hingga 12 orang adalah Rp 5.000 untuk kapal besar. Disana juga menawarkan hidangan dari Soto hingga nasi pecel dengan harga  terjangkau. Embung Pengantin baru dibuka saat lebaran tahun lalu. Namun, banyak wisatawan yang sudah mengunjunginya menurut Koordinator Pengelola
Syadimun mengatakan Embung Pengantin hanyalah lahan yang dipompa untuk mengisi pembangunan saluran irigasi Bendungan Kolo. Karena menjadi baskom berisi air hingga menjadi reservoir. Yang dulunya tempat pemancingan berubah menjadi kumuh karena tidak terawat. Â "Warga Wirun akhirnya berinisiatif menjadikan bendungan ini sebagai objek wisata. Awalnya, warga ketiga RT menghabiskan waktu hampir dua bulan untuk membersihkan sampah, teratai, dan eceng gondok secara bersama-sama. Alhasil jadilah bendungan", jelas Syadimun.
Ternyata nama 'Embung Pengantin' memiliki sejarahnya sendiri. Syadimun mengatakan dahulu ada pengantin baru sedang bermain di kolam ini pada tahun 1982. Namun keduanya  tenggelam. Sejak saat itu, bendungan tersebut diberi nama "Embung Pengantin". "Ini adalah peristiwa nyata, bukan mitos." Jelas Syadimun
 "Kami mendapatkan 200 hingga 300 pengunjung pada hari kerja. Pada hari libur, terutama pada hari Sabtu dan Minggu, hingga 2.000 orang bisa datang." Ujar Syadimun   Â