Mohon tunggu...
Ignatius Jovan Liem
Ignatius Jovan Liem Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA Kanisius

Seorang siswa biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bergumul Merajut Asa Toleransi Melalui Ekskursi

17 November 2024   11:16 Diperbarui: 17 November 2024   11:16 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan sebuah dinamika doa sampai membuat para Kanisian terpelanga. Durasi dari kegiatan tersebut mencapai lebih dari dua jam dengan pembicaranya membacakan teks Al-Quran yang tidak dimengerti para siswa Kanisius itu. Pembicara juga berbicara dengan kecepatan tinggi dan mengulang teks yang dibacakan beberapa kali.

Haru Dalam Perpisahan

Setelah berbagai dinamika itu, perpisahan menjadi momen yang tak dapat dihindari. Pagi itu, tampak mereka berkumpul di Aula. Dengan para santri yang menyoraki, mereka perlahan mengambil tas dan hendak menuju bus pulang. 

Sempat dihadang oleh para santri yang meminta foto dan tanda tangan, menandakan waktu perpisahan semakin dekat. Seolah tidak akan interaksi lagi, seolah ada perpisahan, para santri begitu enggan melepaskan kepergian Kanisian.

Walau terlihat sekilas berbeda dengan anak-anak santri, bukan hanya warna kulit anak usia tujuh belas tahunan itu tampak lebih putih bersih, kepercayaan mayoritas dari mereka juga berbeda, keakraban di dalamnya tak bisa dipalsukan.

Momen haru inilah yang menampakan persaudaraan dalam suatu miniatur Indonesia. Sesuai dengan semboyan negara Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika". Generasi muda bangsa bersama bergumul merajut asa.

"Kalau semuanya tiba-tiba akrab, artinya sebentar lagi akan ada perpisahan."

Toleransi Menuju Harmoni

Keberagaman yang dimiliki Indonesia merupakan sebuah anugerah sekaligus tantangan. Dengan keberagaman, Indonesia memiliki kekayaan budaya, tradisi, bahasa, dan agama yang luar biasa. Namun, keberagaman tersebut  berpotensi menimbulkan  gesekan  dan  konflik  jika  tidak  dikelola  dengan  baik.  Oleh  karena  itu,  para  pendiri  bangsa  dengan  bijak  menetapkan  keberagaman  sebagai  fondasi  persatuan  bangsa,  sebagaimana  tercermin  dalam  Sumpah  Pemuda  dan  Pancasila.

Sumpah Pemuda yang diikrarkan tanggal 28 Oktober 1928 merupakan tonggak sejarah dalam Bangsa Indonesia. Sumpah tersebut merupakan perwujudan dari persatuan para pemuda yang berasal dari ras, daerah, suku, dan agama yang berbeda. Ikrar tersebut bukan hanyalah ucapan di atas kertas, tetapi juga sebagai komitmen penegas untuk majunya Bangsa Indonesia.

Pancasila,  sebagai  dasar  negara  Indonesia,  menyatukan persepsi masyarakat kita tentang keberagaman. Sila ketiga, "Persatuan Indonesia" menekankan pentingnya persatuan di atas segala perbedaan yang ada. Pancasila mengajarkan kita bahwa semua Bangsa Indonesia layak mendapat perlakuan yang sama, tanpa memandang latar belakang yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun