Aku berkata "Ah, udahlah itu orang emang ga bener, napa gini terus sih." "Eh jangan begitu, beliau masih bapak kamu." "Ah, ga peduli." Ibuku memang selalu mencoba membuatku seperti orang yang bermoral dan berTuhan. Segala pemikiran iblis-ku akan ia coba rasuki dan hentikan.
Memang ia bagai seorang malaikat kiriman Tuhan dalam bentuk manusia. Akan tetapi aku masih keras kepala. Akupun berkata. "Ah orang begitu gausah deketin lah mih." Akupun beranjak ke kamar tidurku dan memikirkan semua hal itu, kenapa harus begini, kenapa ini menjadi keseharianku, akupun tak berpikir lama dan bersitirahat. Di pagi aku bangun, suatu pagi yang sungguh menderita dan menyedihkan.
Beginilah siklus dari kehidupanku, kesana kesini, tidak beraturan, semua ini menderitakan diriku dan mentalku tentang arti sebenarnya suatu keluarga. Aku tersungkur dalam pemikiranku dan rohaniku, hari hari yang aku akan jalani pastinya tak akan damai dan tentram, penuh dengan kekhawatiran, penyesalan, kesedihan. Semua yang aku bisa lakukan sekarang adalah berharap, berharap terus bahwa suatu hal akan terjadi. Selama waktu waktu ini masih ada baiknya aku nikmati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H