Tak disangka, saya menempati juara 3 dalam lomba tersebut. Â Jujur kata, kalau dibandingkan hasilnya dengan karya para profesional, nilai saya masih di tingkat buntut. Beberapa hari setelah kegiatan sekolah itu selesai dan karya saya dipajang menjadi mading sekolah, saya pun malu banget.
Melihat peserta lomba lain yang tidak menjadi juara tetapi karyanya juga dipanjang, oke lah, saya mulai bisa menerimanya.
Boleh dikatakan saya lebih persiapan dengan memikirkan konsep, walaupun jelek, tetapi tidak sembarangan.
Kemenangan itu menurut saya adalah anugerah, karena Tuhan pasti memberkati orang yang ingin berusaha. Saya percaya setidaknya itu lah yang membuat saya bisa memenangkan lomba tersebut.
Fast forward ke kelas 8. Saya coba mendaftarkan diri lagi untuk masuk OSIS. Nasib, masih tidak diterima. Mungkin memang saya pendiam, jadi dikira tidak bisa berbuat banyak.
Memang kesal, tetapi mau gimana lagi? Seperti biasa saya mengikuti lomba lainnya saat cup internal sekolah dan berkat kerja keras dan doa, menang lagi.
Tahun berikutnya, karena saya tahu persiapan untuk UN kelas 9 cukup sibuk, namun saya tetap memutuskan untuk mendaftarkan diri dalam OSIS karena masih merasa greget. Lagi-lagi, nama saya tidak berhasil muncul. Meskipun begitu, saya tetap aktif dalam kegiatan pramuka.
Namun, karena merasa kegiatan itu tidak begitu menghibur ambisi saya, saya memutuskan untuk keluar setelah selesai kelas 9. Faktanya, saya keluar lebih awal usai kenaikan kelas (kelas 9 mengakhiri tahun ajarannya lebih cepat karena ada UN) karena merasa sepi dan kurang dihargai.
Akhirnya sampai pada SMA kelas 1 baru saya diterima masuk OSIS, alasannya yaitu kekurangan partisipan akibat banyaknya anggota lama OSIS yang pindah sekolah setelah lulus SMP.
Di waktu bersamaan bercampurnya antara kesempatan dan perasaan hina, saya tunjukkan potensi saya sebagai anggota dengan aktif memberikan ide saat rapat, mau inisiatif mengontak kepala bidang untuk memberikan ide setelah diberikan suatu tugas, mengajak dan mengingatkan anggota untuk melakukan suatu tugas OSIS, dsb.
Karena saking seringnya memberikan solusi, saya mendapatkan kepercayaan dari ketua OSIS untuk mengontak dan mengurus pihak panti asuhan saat kegiatan bakti sosial.