kami sudah lelah dengan instruksi...
kami penat dengan himbauan...
kami capek dengan ajakan...
Pak Presiden mulailah tunjuk hidung dan copot...
ganti pejabat-pejabat korup itu...
katamu engkau menang dengan 60% suara...
katamu suaramu adalah suara rakyat...
tetapi mengapa rakyatmu tidak mau patuh...
bikinkan aku lagu tentang rakyat yang kurang makan
sementara dpr membeli kursi-kursi seharga 24 juta...
dpr dan dprd berlomba menghabiskan anggaran...
dengan memperbagus ruang rapat
uang... yang seharusnya untuk rakyat...
lalu mulailah konflik dimana-mana...
rakyat dengan aparat...
rakyat dengan rakyat
pertahankan tanah mereka satu-satunya...
kekerasan demi kekerasan dipertontonkan
di depan publik...
oleh media yang hanya cari sensasi
demi rating dan pemasukan kantong pribadi...
pembodohan publik lewat sinetron dan infotainment
hiburan-hiburan lawakan yang menghibur
berusaha mengalihkan perhatian...
membuat rakyat tertawa...
sementara perut melilit karena lapar...
hutang menumpuk dimana-mana...
hukum diperkosa di negeri sendiri...
kebebasan beragama yang dikebiri
koruptor yang tidak akan pernah tersentuh
karena kuatnya tangan penguasa...
keadilan sudah lama mati...
dulu kami dijajah oleh bangsa lain
sekarang kami dijajah bangsa sendiri...
aparat keamanan cari aman sendiri...
selama masih ada penguasa-penguasa
elit polisi dan tentara merasa aman...
saatnya memperkaya diri...
bawahan tidak diperhatikan lagi...
lalu mulailah para bawahan menggunakan senjatanya
perampokan bersenjata dimana-mana
bunuh dan ambil hartanya...
karena kami harus juga setor ke atasan katanya
kami muak melihat para senior
hanya mau enaknya sendiri...
mengapa menteri perlu wakil menteri...
karena menteri dari parpol tidak tahu
mau berbuat apa...
mengapa subsidi tidak perlu lagi diberi...
supaya bisa dikorupsi dan dibagi...
bekal untuk pencalonan diri nanti...
Pak Presiden... tunjuk hidung dan copot!
walaupun itu anakmu sendiri
yang berbuat salah...
walaupun nanti mereka tidak lagi jadi koalisi
mengapa ada pejabat tersenyum ketika engkau berpidato
karena dia tahu itu hanya retorika...
kenyataan yang tidak akan terjadi...
Pak Presiden... masih belum terlambat...
sekali ini saja lagi...
demi rakyat Indonesia...
Tunjuk Hidung... Copot...
sebelum rakyat menunjukkan...
siapa penguasa sebenarnya...
Tunjuk Hidung... Copot ... Ganti!
simpan dulu gitarmu...
gunakan tongkat komando...
yang sudah mulai berdebu...
Kiranya TUHAN besertamu!
BIG GBU!
@jm210112.1450
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H