Seiring dengan inflasi yang melanda ekonomi global, sebagian bank sentral merespon dengan melakukan pengetatan moneter.Â
Fed merespon dengan tapering di awal tahun dan kenaikan suku bunga sebesar 375bps hingga saat ini, sementara bank sentral Inggris Raya, Bank of England (BoE) sudah menaikan sebesar 275bps.Â
Bank sentral kawasan Eropa, European Central Bank (ECB) menaikan suku bunganya sebesar 200bps. Kenaikan suku bunga kawasan Eropa ini berimplikasi pada ketidakstabilan di jangka pendek pada pasar keuangan maupun potensi ketidakstabilan global di jangka menengah hingga panjang.
Dilihat dari sejarahnya, kenaikan suku bunga tidak serta merta mendorong resesi global. Pada umumnya kenaikan suku bunga hanya berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi hingga level tertentu. Namun dalam kasus ini, kenaikan suku bunga yang signifikan berpotensi mendorong perlambatan global, terutama karena laju kenaikannya yang relatif sangat cepat.Â
Hal ini serupa dengan resesi yang terjadi pada awal tahun 80an, yang terjadi akibat kenaikan harga komoditas global. Kondisi ini secara gradual sudah mulai terlihat, di mana indikator ekonomi, baik di AS maupun Eropa, secara perlahan mulai mengalami perlambatan.
Potensi resesi global berpotensi ikut mendorong perlambatan dari ekonomi Indonesia sendiri seiring dengan semakin terbukanya perekonomian Indonesia.Â
Berbeda dengan negara maju yang pasar keuangannya sudah dalam, potensi resesi global Indonesia cenderung berasal dari sisi penurunan ekspor diikuti oleh penurunan investasi langsung, yang berdampak pada semua sendi perekonomian di derajat tertentu.
Pilihan Kebijakan Pemerintah dalam Menangkal Dampak Resesi Global
Dalam mengantisipasi dampak resesi global tersebut, pemerintah dapat mendorong beberapa kebijakan untuk sektor-sektor yang sangat mengandalkan ekspor.Â
Pemerintah mungkin dapat lebih memprioritaskan terutama untuk sektor-sektor yang berdampak pada tenaga kerja yang lebih besar.Â
Sektor yang pertama perlu diperhatikan adalah sektor pertanian, dalam hal ini sektor yang berbasiskan ekspor. Hal ini dikarenakan sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki banyak tenaga kerja, sehingga bila sektor pertanian mendapatkan tekanan resesi, maka dikhawatirkan berdampak pula tingkat konsumsi masyarakat secara umum.Â