Mohon tunggu...
Josua Pardede
Josua Pardede Mohon Tunggu... Bankir - Chief Economist - PermataBank

Mathematician who becomes an economist.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menakar Risiko Resesi Global dan Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Ekonomi Indonesia

21 September 2022   15:35 Diperbarui: 27 September 2022   18:21 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi ekonomi global yang di ambang resesi serta kenaikan harga BBM domestik memberikan dampak negatif bagi perekonomian. (Pixabay)

Sejalan dengan risiko stagflasi dari sebagian besar negara yang berpotensi mendorong resesi global, lembaga internasional telah merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi dari sebagian besar negara pada tahun 2022 dan 2023.

Bank Dunia merevisi pertumbuhan ekonomi global pada tahun dari sebelumnya 4,1% menjadi 2,9%. Sementara itu, IMF juga merevisi kebawah pertumbuhan ekonomi global dari sebelumnya 3,6% menjadi 3,2%.

Lebih lanjut pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023 pun juga turut direvisi kebawah mempertimbangkan dampak kenaikan inflasi global yang selanjutnya akan diikuti oleh kenaikan suku bunga bank sentral global.

Kondisi resesi ekonomi global diperkirakan memengaruhi Indonesia, terutama bila terjadi pada negara mitra dagang utama dan investasi Indonesia, seperti Tiongkok dan AS.

Diperkirakan bila resesi terjadi, maka aliran ekspor dan investasi Indonesia akan cenderung terhambat di tangah proses pemulihan pasca pandemi.

Selain dari sisi investasi dan perdagangan, potensi resesi yang terjadi di berbagai negara juga berpotensi mendorong pelemahan nilai tukar Rupiah akibat investor yang mencari aset-aset safe-haven di kala krisis.

Potensi resesi di Indonesia sendiri relatif masih rendah di tengah inflasi yang meningkat, sejalan dengan komitmen pemerintah dalam menjaga harga, sehingga hingga saat ini indikator konsumen Indonesia masih relatif solid.

Dampak kepada perekonomian pada resesi global diperkirakan tidak separah 2020 ataupun 1998 seiring dengan kondisi ekonomi riil yang masih relatif stabil sejauh ini.

Namun, potensi perlambatan ekonomi masih tetap ada, seiring dengan dampaknya pada beberapa sektor dan nilai tukar Rupiah.

Dampak kenaikan inflasi global pada masyarakat secara umum terasa adalah kenaikan beberapa jenis barang, terutama barang-barang yang berbahan dasar impor, seperti gandum atau kedelai.

Harga bahan bakar juga berpotensi meningkat akibat tekanan nilai tukar dan harga minyak global yang terus meningkat. Kenaikan inflasi ini kemudian menggerus daya beli masyarakat, terutama pekerja.

Resesi global yang berpotensi terjadi mempunyai perbedaan dengan krisis-krisis sebelumnya, terutama dengan krisis pandemi.

Krisis pandemi berawal dari penurunan aktivitas ekonomi akibat menyebarnya pandemi COVID-19. Sementara itu, krisis 2008 berasal dari burst yang terjadi pada aset derivatif di AS yang kemudian melebar ke berbagai aset finansial global.

Potensi resesi pada kali ini cenderung berasal dari potensi stagflasi di berbagai negara. Stagflasi berasal dari kenaikan inflasi di sebagian besar sektor akibat bahan baku yang meningkat, utamanya komoditas energi dan pangan, namun inflasi ini juga tidak diimbangi oleh peningkatan permintaan, sehingga daya beli masyarakat secara umum mengalami penurunan.

Penurunan daya beli masayarakat kemudian mendorong perlambatan pengeluaran konsumen secara global.

Selain dampak dari kondisi resesi perekonomian global, perekonomian Indonesia juga menghadapi tantangan terutama dengan kenaikan harga BBM.

Patut kita sadari bahwa jumlah nilai subsidi BBM saat ini telah mencapai 502 triliun, angka yang cukup besar karena jumlah ini mencapai 16% dari total belanja pemerintah dalam Perpres 98/2022.

Jika pemerintah tidak melakukan pengendalian atau menaikkan harga BBM, angka subsidi ini berpotensi membengkak menjadi Rp700 triliun.

***

Penjelasan lengkap mengenai Dampak Penyesuaian Harga BBM Domestik dapat dibaca pada artikel ini (di sini)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun