Mohon tunggu...
Josua Gesima
Josua Gesima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2

Seorang yang berkecimpung dalam Teologi, Filsafat, Ekonomi, Ekologi, dll.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Karl Max, Max Weber, dan Pierre Bordiue "Pendekatan Kanan, Kiri, dan Tengah"

13 November 2022   18:28 Diperbarui: 13 November 2022   18:32 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemikiran Karl Marx, Max Weber, dan Pierre Bordiue "Pendekatan Kanan, Pendekatan Kiri, dan Pendekatan Tengah"

(Weberian mulai 1901-sekarang "pendekatan kanan") Konsep dikembangkan menjadi realitas berupa struktur maupun berupa kenyataan konkret (dipakai Yahwa dan Lynn White "dalam konsep pemikiran teologis Kristen penilaian yang tinggi terhadap manusia" namun berbeda dengan aliran calvinis ortodoks (total depravity) yang percaya kepada kristus itu yang selamat karena pada dasarnya "manusia itu berdosa"). 

Namun White mengatakan ada yang teologinya sangat antroposentrik yang dapat dilihat dari teologi-teologi mandat yang diberikan kepada manusia "mahkota ciptaan" untuk menguasai alam sama dengan Manusia sebagai Kalifah Allah secara eksplisit tidak mandat itu tidak ada. Sehingga mendorong menciptakan teknologi, untuk mengelola alam (jadi menurut white ada hubungannya teologi, teknologi, dan alam). 

Sehingga baginya teknologi itu Alkitabiah yang kemudian dibantah "bangsa-bangsa Mesopotamia yang menciptakan teknologi bukan Israel tahung 60an". Ketika kerusakan ekologi muncul semuanya dipertanyakan, white menganggap semua ini negative "pada akhirnya teknologi merusak alam". Jadi bagi White kerusakan alam diakibatkan oleh teologi Kristen. 

Tahun 70an dimasukkan tentang Protestanitas. Local religion juga sering kali mengatakan sangat menghormati alam "mewakili yang ilahi" tetapi dalam praktenya mereka merusak alam, membunuh binatang-binatang alam. Semua ikut ambil bagian dalam pemulihan kerusakan ekologi, yang tidak dapat dilakukan sendiri "karena kerusakan ekologi sangat parah" (paus prasiskus "semuanya harus bertobat dengan melakukan pertobatan ekologi" berhenti berkelakuan antroposentrik, menghormati tanpa mengorbankan manusianya).

(Marxian pertengahan abad ke-19) Struktur tetap bisa relevan. Konkret tapi tidak kelihatan, Struktur yang mewakili realitas yang menghasilkan konstrak (Construct) dari realitas ke pemikiran. Contohnya kalangan feminis banyak yang Marxis, namun bisa ditunjukan kedudukan perempuan dibangdingkan laki-laki bukan disebabkan secara alamiah perempuan lebih lemah daripada laki-laki, tetapi laki-laki lah yang menyusun kodratnya bahwa perempuan lemah (construct) dari Tuhan "padahal bikinannya laki-laki sendiri".

Dinegara barat "kebijakannya kanan tetapi banyak yang menjadi kiri "untuk melindungi diri "protecsionisme" contohnya: apel amarika yang laku di Indonesia tetapi apel Indonesia tidak dapat diterima di Amerika. Yang mencoba melampaui Marx dan Weber itu adalah Pierre Bourdiue berasal dari Prancis yang teorinya dikenal pada pertengahan akhir abad ke-20, di Indonesia belum dikenal abad itu tetapi di dunia Barat cukup popular. Uraian Bourdiue tentang agama (sangat sulit) yang lebih sederhana (). 

Melihat agama sebagai objek penelitian akademik ternyata orang banyak mengalami kesulitan karena agama begitu kompleks di dunia ini (sama atau tidak sama sehingga tidak dapat diteliti secara akademik) mempelajari agama secara fenomenologi pada awal abad 20 (Davamony seorang India bahasa Indonesia), pendekatan ini tidak doctrinal tetapi fenomena hanya sekarang kesulitannya adalah bahwa agama itu adalah sesuatu secara essensial ada di luar sana, jadi kita mencoba menangkap sedapat mungkin yang di luar sana dengan pemikiran kita "kepercayaan dan ketidakpercayaan". Misalnya bagi orang katolik devosi bagi bunda maria menjadi bagian agama, tetapi tidak berlaku pada orang Kristen. 

Bagi orang muslim (NU) pergi ziarah ke makan-makan bali itu sah, tetapi bagi muhamadiyah itu takyul, dan selalu diambil contoh dari Saudi Arabia. Yang tidak disebutkan Yesus itu adalah adalah Tuhan, tetapi bagi orang muslim itu "Sreek tidak dapat dianggap Tuhan". Sehingga dibayang-bayangkan sebetulnya praktek-praktek manusia dan yang dianggap berkaitan dengan agama itu bukan tidak religious sebab ada nilai-nilainya yang instrinsik atau bahwa mereka itu punya nilai yang bisa diukur secara subjektif, praktek-praktek ini religious orang-orang beriman menempatkannya discoursus komunikasi.

Riwayat hidup bourdiue belajar filsafat diparis tahun 50an, filsafat eksistensialisme "Sartre" dan eksistensialisme itu menekankan manusia dalam menentukan nasibnya dan perjalanan hidupnya sendiri, dikenal dengan orang yang eksistensialis itu "aku mau hidup 1000 tahun lagi" Iwan simatupang (bukunya merahnya merah). Setelah studinya mencari pekerjaan di Aljajair menyaksikan perang kolonial aljajair, eksistensialis terlalu individualis, dan kemudian pindah ke marxisme. Yang mempengaruhinya adalah filsafat yang dipengaruhi sosialis. Habitus terbiasa di lingkungan tertentu "contoh RS Bethesda, ke konter baru diberikan arahan kemana pergi" tetapi UGD langsung masuk diperiksa, administrasi, dilaksanakan kemudian. 

Pemerintah yang mengatur bila semua rumah sakit wajib BPJS "Bordiue mengatakan ada posisi yang mengatur dan ada orang yang menempati posisi ini, namun bila semua construct dapat diubah ke arah yang lebih baik" (berapa kamar kelas itu tidak hanya untuk orang-orang tertentu tetapi semua orang udah dapat menikmatinya). Ketika pemerintah membangun rusunawa "rumah susun" ternyata orang yang tidak sekelas dapat tinggal disana (menikmati, dan di duga melakukan kejahatan juga tidak ada). Sense Pratique (sense of the pratical) bagaimana praktisnya dan bertindak, jadi kita paham ke mana tanpa diberitahu oleh orang lain, kecuali belum pernah ke sana. 

Dengan pemikiran yang rasional "Habermas" praktis selalu rasional tetapi "Bordiue" tidak harus bisa rasional namun bisa irasional. Sehingga kebanyakan dari perasaan bukan dari otak. Apakah di ruanglingkup yang rasionalitas orang-orangnya sudah rasionalitas? Belum tentu. Filipi 1:21 "menyangkut kepuasan religious bukan keuntungan ekonomi" (Ahok bicara dilingkungan comunity). 

Jadi Pendeta atau teologi pasti ada motivasinya yaitu hidup yang lebih baik. Kata Bourdiue langsung sadar atau tidak sadar mengarahkan langsung ke arah penelitiannya (mempunyai kemampuan self-reflection. Tentang agama (ada posisi, memegang posisi yang memberikan makna agama bukan sesuatu yang instrinsik) karena pemegang posisi ini mempunyai otoritas (Pendeta) dalam komunitasnya yang berhak melayangkan perjamuan kudus disana "karena yang lain tidak memiliki otoritas" walaupun disana presbiter (tetapi ada otoritas keberhakan). Orang yang terbiasa dihabitus yang satu maka dihabitus yang lain akan susah dipahami "GPIB ke Karismatik".

Identitas, agama itu penentuan akan identitas "mengapa kamu Kristen? Karena ada identitas tertentu sehingga saya Kristen" identitas ini biasanya menimbulkan perbedaan-perbedaan yang tak bisa dihindari, terutama yang bersifat simbolik. Identitas itu seharusnya identitas yang terbuka saja, hanya orang yang kuat yang mempunyai identitas terbuka. Untuk dapat melihat yang dalam agama-agama itu construct "lihat PL aturan binatang yang halal dan haram "imamat 11 dan Ulangan" lalu tentang orang-orang yang kudus dan orang-orang yang najis (komunitas itu yang memisahkan yang sacral dan profan, antara yang itu dan yang ini) tetapi sekaligus sebetulnya rapuh. Terjemahan LAI itu ternyata Babi tidak haram yang haram itu Babi Hutan. 

Apa yang menentukan haram dan halal itu susah diketahui secara konstruktif dan objektif itulah yang menyebabkan di PB akhirnya dapat diubah dalam membangun kehidupan yang baru (KIS masuk ke rumah Kornelius "orang kafir dan makan disitu dan membaptis kornelius sehingga didalam sinodalnya dihakimi dengan menjawab bahwa kita harus terbuka (haram)" penyelesaiannya ada dalam injil "markus" lebih dulu, identitas yang baru yang lama hapus akibatnya orang Kristen makan babi tetapi abad ke-19 orang advent tidak makan babi "kembali ke imamat" ini menunjukan sulit memisahkan yang objektif dengan yang subjektif yang kelihatannya berkelindan). Agama seperti itu sains juga begitu (ada interpretasi-interpretasi selalu dikaitkan), pengalaman yang subjektiv menandai orang-orang yang diluar kita, juga sebaliknya orang-orang yang diluar itu menandai kita (Marx -- Weber).

 Protestan, Puritan (Weber), Biarawan Katolik (Novak) "Weber" (Pikiran ke realitas) -- Investasi, modal, kapitalisme "Marx" (Realitas ke pikiran) -- (Pikiran dapat dibolak-balik ke realitas "dengan melihat habitus, sense of pratique, dan identity) "Bourdiue".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun