Mohon tunggu...
Josua Gesima
Josua Gesima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2

Seorang yang berkecimpung dalam Teologi, Filsafat, Ekonomi, Ekologi, dll.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Karl Max, Max Weber, dan Pierre Bordiue "Pendekatan Kanan, Kiri, dan Tengah"

13 November 2022   18:28 Diperbarui: 13 November 2022   18:32 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dengan pemikiran yang rasional "Habermas" praktis selalu rasional tetapi "Bordiue" tidak harus bisa rasional namun bisa irasional. Sehingga kebanyakan dari perasaan bukan dari otak. Apakah di ruanglingkup yang rasionalitas orang-orangnya sudah rasionalitas? Belum tentu. Filipi 1:21 "menyangkut kepuasan religious bukan keuntungan ekonomi" (Ahok bicara dilingkungan comunity). 

Jadi Pendeta atau teologi pasti ada motivasinya yaitu hidup yang lebih baik. Kata Bourdiue langsung sadar atau tidak sadar mengarahkan langsung ke arah penelitiannya (mempunyai kemampuan self-reflection. Tentang agama (ada posisi, memegang posisi yang memberikan makna agama bukan sesuatu yang instrinsik) karena pemegang posisi ini mempunyai otoritas (Pendeta) dalam komunitasnya yang berhak melayangkan perjamuan kudus disana "karena yang lain tidak memiliki otoritas" walaupun disana presbiter (tetapi ada otoritas keberhakan). Orang yang terbiasa dihabitus yang satu maka dihabitus yang lain akan susah dipahami "GPIB ke Karismatik".

Identitas, agama itu penentuan akan identitas "mengapa kamu Kristen? Karena ada identitas tertentu sehingga saya Kristen" identitas ini biasanya menimbulkan perbedaan-perbedaan yang tak bisa dihindari, terutama yang bersifat simbolik. Identitas itu seharusnya identitas yang terbuka saja, hanya orang yang kuat yang mempunyai identitas terbuka. Untuk dapat melihat yang dalam agama-agama itu construct "lihat PL aturan binatang yang halal dan haram "imamat 11 dan Ulangan" lalu tentang orang-orang yang kudus dan orang-orang yang najis (komunitas itu yang memisahkan yang sacral dan profan, antara yang itu dan yang ini) tetapi sekaligus sebetulnya rapuh. Terjemahan LAI itu ternyata Babi tidak haram yang haram itu Babi Hutan. 

Apa yang menentukan haram dan halal itu susah diketahui secara konstruktif dan objektif itulah yang menyebabkan di PB akhirnya dapat diubah dalam membangun kehidupan yang baru (KIS masuk ke rumah Kornelius "orang kafir dan makan disitu dan membaptis kornelius sehingga didalam sinodalnya dihakimi dengan menjawab bahwa kita harus terbuka (haram)" penyelesaiannya ada dalam injil "markus" lebih dulu, identitas yang baru yang lama hapus akibatnya orang Kristen makan babi tetapi abad ke-19 orang advent tidak makan babi "kembali ke imamat" ini menunjukan sulit memisahkan yang objektif dengan yang subjektif yang kelihatannya berkelindan). Agama seperti itu sains juga begitu (ada interpretasi-interpretasi selalu dikaitkan), pengalaman yang subjektiv menandai orang-orang yang diluar kita, juga sebaliknya orang-orang yang diluar itu menandai kita (Marx -- Weber).

 Protestan, Puritan (Weber), Biarawan Katolik (Novak) "Weber" (Pikiran ke realitas) -- Investasi, modal, kapitalisme "Marx" (Realitas ke pikiran) -- (Pikiran dapat dibolak-balik ke realitas "dengan melihat habitus, sense of pratique, dan identity) "Bourdiue".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun