Pemikiran Karl Marx, Max Weber, dan Pierre Bordiue "Pendekatan Kanan, Pendekatan Kiri, dan Pendekatan Tengah"
(Weberian mulai 1901-sekarang "pendekatan kanan") Konsep dikembangkan menjadi realitas berupa struktur maupun berupa kenyataan konkret (dipakai Yahwa dan Lynn White "dalam konsep pemikiran teologis Kristen penilaian yang tinggi terhadap manusia" namun berbeda dengan aliran calvinis ortodoks (total depravity) yang percaya kepada kristus itu yang selamat karena pada dasarnya "manusia itu berdosa").Â
Namun White mengatakan ada yang teologinya sangat antroposentrik yang dapat dilihat dari teologi-teologi mandat yang diberikan kepada manusia "mahkota ciptaan" untuk menguasai alam sama dengan Manusia sebagai Kalifah Allah secara eksplisit tidak mandat itu tidak ada. Sehingga mendorong menciptakan teknologi, untuk mengelola alam (jadi menurut white ada hubungannya teologi, teknologi, dan alam).Â
Sehingga baginya teknologi itu Alkitabiah yang kemudian dibantah "bangsa-bangsa Mesopotamia yang menciptakan teknologi bukan Israel tahung 60an". Ketika kerusakan ekologi muncul semuanya dipertanyakan, white menganggap semua ini negative "pada akhirnya teknologi merusak alam". Jadi bagi White kerusakan alam diakibatkan oleh teologi Kristen.Â
Tahun 70an dimasukkan tentang Protestanitas. Local religion juga sering kali mengatakan sangat menghormati alam "mewakili yang ilahi" tetapi dalam praktenya mereka merusak alam, membunuh binatang-binatang alam. Semua ikut ambil bagian dalam pemulihan kerusakan ekologi, yang tidak dapat dilakukan sendiri "karena kerusakan ekologi sangat parah" (paus prasiskus "semuanya harus bertobat dengan melakukan pertobatan ekologi" berhenti berkelakuan antroposentrik, menghormati tanpa mengorbankan manusianya).
(Marxian pertengahan abad ke-19) Struktur tetap bisa relevan. Konkret tapi tidak kelihatan, Struktur yang mewakili realitas yang menghasilkan konstrak (Construct) dari realitas ke pemikiran. Contohnya kalangan feminis banyak yang Marxis, namun bisa ditunjukan kedudukan perempuan dibangdingkan laki-laki bukan disebabkan secara alamiah perempuan lebih lemah daripada laki-laki, tetapi laki-laki lah yang menyusun kodratnya bahwa perempuan lemah (construct) dari Tuhan "padahal bikinannya laki-laki sendiri".
Dinegara barat "kebijakannya kanan tetapi banyak yang menjadi kiri "untuk melindungi diri "protecsionisme" contohnya: apel amarika yang laku di Indonesia tetapi apel Indonesia tidak dapat diterima di Amerika. Yang mencoba melampaui Marx dan Weber itu adalah Pierre Bourdiue berasal dari Prancis yang teorinya dikenal pada pertengahan akhir abad ke-20, di Indonesia belum dikenal abad itu tetapi di dunia Barat cukup popular. Uraian Bourdiue tentang agama (sangat sulit) yang lebih sederhana ().Â
Melihat agama sebagai objek penelitian akademik ternyata orang banyak mengalami kesulitan karena agama begitu kompleks di dunia ini (sama atau tidak sama sehingga tidak dapat diteliti secara akademik) mempelajari agama secara fenomenologi pada awal abad 20 (Davamony seorang India bahasa Indonesia), pendekatan ini tidak doctrinal tetapi fenomena hanya sekarang kesulitannya adalah bahwa agama itu adalah sesuatu secara essensial ada di luar sana, jadi kita mencoba menangkap sedapat mungkin yang di luar sana dengan pemikiran kita "kepercayaan dan ketidakpercayaan". Misalnya bagi orang katolik devosi bagi bunda maria menjadi bagian agama, tetapi tidak berlaku pada orang Kristen.Â
Bagi orang muslim (NU) pergi ziarah ke makan-makan bali itu sah, tetapi bagi muhamadiyah itu takyul, dan selalu diambil contoh dari Saudi Arabia. Yang tidak disebutkan Yesus itu adalah adalah Tuhan, tetapi bagi orang muslim itu "Sreek tidak dapat dianggap Tuhan". Sehingga dibayang-bayangkan sebetulnya praktek-praktek manusia dan yang dianggap berkaitan dengan agama itu bukan tidak religious sebab ada nilai-nilainya yang instrinsik atau bahwa mereka itu punya nilai yang bisa diukur secara subjektif, praktek-praktek ini religious orang-orang beriman menempatkannya discoursus komunikasi.
Riwayat hidup bourdiue belajar filsafat diparis tahun 50an, filsafat eksistensialisme "Sartre" dan eksistensialisme itu menekankan manusia dalam menentukan nasibnya dan perjalanan hidupnya sendiri, dikenal dengan orang yang eksistensialis itu "aku mau hidup 1000 tahun lagi" Iwan simatupang (bukunya merahnya merah). Setelah studinya mencari pekerjaan di Aljajair menyaksikan perang kolonial aljajair, eksistensialis terlalu individualis, dan kemudian pindah ke marxisme. Yang mempengaruhinya adalah filsafat yang dipengaruhi sosialis. Habitus terbiasa di lingkungan tertentu "contoh RS Bethesda, ke konter baru diberikan arahan kemana pergi" tetapi UGD langsung masuk diperiksa, administrasi, dilaksanakan kemudian.Â
Pemerintah yang mengatur bila semua rumah sakit wajib BPJS "Bordiue mengatakan ada posisi yang mengatur dan ada orang yang menempati posisi ini, namun bila semua construct dapat diubah ke arah yang lebih baik" (berapa kamar kelas itu tidak hanya untuk orang-orang tertentu tetapi semua orang udah dapat menikmatinya). Ketika pemerintah membangun rusunawa "rumah susun" ternyata orang yang tidak sekelas dapat tinggal disana (menikmati, dan di duga melakukan kejahatan juga tidak ada). Sense Pratique (sense of the pratical) bagaimana praktisnya dan bertindak, jadi kita paham ke mana tanpa diberitahu oleh orang lain, kecuali belum pernah ke sana.Â